Laporan Praktikum Pengantar Ekonomi Perikanan

PROFIL KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN

“Pokdakan Trunojoyo”

   

Penyusun:

Akhmad Awaludin Agustiar

Idris Afandi

Lintang Yuni  Anna

wqeqwewqe

Asisten:

Lovina Riyan Sari

 

Desa Toyan, Kel. Triharjo, Kec. Wates, Kab. Kulon Progo, Yogyakarta

 

LABORATORIUM SOSIAL EKONOMI PERIKANAN

DEPARTEMEN PERIKANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2016

 

 

KATA PENGANTAR

 

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan  rahmat serta hidayah-Nya sehingga Laporan Pengantar Ekonomi Perikanan  tahun ajaran 2015/2016  dapat terselesaikan dengan  baik.  Laporan ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada khalayak umum dan sebagai referensi data Dinas Kelautan dan Perikanan provinsi DIY . Terselesaikannya laporan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, serta wawasan mengenai masalah yang  berhubungan dengan Kelompok budidaya  ikan. Selain itu, data tersebut akan menjadi referensi bagi Dinas Kelautan dan Perikanan DIY. Semoga dengan kumpulan laporan Pengantar Ekonomi  Perikanan ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya.

 

Yogyakarta, 30 Mei 2016

Tim Penyusun,

DAFTAR ISI

 

HALAMAN JUDUL                                                                                                     i

KATA PENGANTAR                                                                                                   ii

DAFTAR ISI                                                                                                                 iii

 

BAB I. PENDAHULUAN                                                                                            1

 

BAB II. ORGANISASI KELOMPOK  …………………………………………………………….

  1. Sejarah Berdirinya Kelompok 3
  2. Tujuan Kelompok 3
  3. Struktur Organisasi (Pokdakan Trunojoyo) 3

 

BAB III. AKTIVITAS KELOMPOK  ………………………………………………………………..

  1. Sistem Pengelolaan Kelompok                                                          5
  2. Sistem Pengelolaan Produksi                                                              6
  3. Sistem Pemasaran                                                                                 8
  4. Tata Tertib dan Peraturan Kerja 8
  5. Bentuk-bentuk Kemitraan 9

 

BAB IV. PRODUKSI DAN HASIL PENJUALAN KELOMPOK ……………………….

  1. Jenis-jenis Ikan 10
  2. Data Produksi                                                                                        10
  3. Analisis Usaha Budidaya 11

 

BAB V. PRESTASI KELOMPOK     ……………………………………………………………….

  1. Bidang Perikanan                                                                                12
  2. Bidang Pendidikan 12
  3. Bidang Sosial Kemasyarakatan 12

 

BAB VI. PENUTUP                                                                                                   13

Daftar Pustaka                                                                                                      14

 

LAMPIRAN

– Daftar Anggota

– Sertifkat Penghargaan (Jika ada)

– Dokumentasi

 

 

PENDAHULUAN

 

 

Perairan Indonesia sangat luas, terdiri atas lautan dan perairan umum (air tawar). Potensi sumberdaya perikanan yang dimiliki oleh perairan tersebut, baik untuk kegiatan penangkapan (capture) maupun budidaya (culture) mencapai 65 juta ton pertahun. Dari potensi 65 juta ton tersebut 57,7 juta ton merupakan potensi perikanan budidaya (Ghufran, 2008). Sektor kelautan dan perikanan berperan strategis dalam pembangunan masyarakat, khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang mempunyai penduduk sejumlah 3.653.465 orang pada tahun 2010, jumlah penduduk tersebut tersebar di 5 daerah tingkat II, kota Yogyakarta, kabupaten Bantul, Sleman, Gunungkidul dan Kulonprogo.

Data produksi perikanan pada tahun 2008 yakni 17.552 ton yang terdiri dari ikan budidaya 14.930 ton, dan sisanya merupakan hasil tangkapan di laut. Konsumsi ikan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2008 sebesar 17,04 kg/kapita/tahun. Hal ini menunjukan bahwa minat masyarakat terhadap ikan sudah baik karena mengalami peningkatan sebesar 14,7 % dari tahun 2004. Namun demikian, angka tersebut menempati posisi terbawah di tingkat nasional dan jauh di bawah rata-rata nasional yakni 28,6 kg/kapita/tahun. (Dislautkan DIY, 2010). Berdasarkan data tersebut, maka peningkatan kapasitas dan daya saing perikanan DIY melalui usaha perikanan masih perlu dilakukan dan terus didorong agar mampu mengoptimalkan pemanfaatan potensi yang ada untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Sebagian usaha perikanan di DIY adalah usaha skala kecil, baik untuk usaha perikanan tangkap, budidaya maupun pengolahan hasil perikanan. Dengan skala kecil tersebut, maka pengembangan usaha yang dilakukan umumnya melalui kelompok. Model kelompok dipandang sangat penting oleh anggota karena dapat memberikan rasa aman dalam berusaha serta dapat dijadikan media untuk menyelesaikan permasalahan yang tidak dapat diselesaikan secara mandiri dan menjadi wahana bersosialisasi kelas belajar atau pengelolaan administrasi usaha secara bersama. Sebagai contoh, pengelolaan usaha budidaya ikan berbasis kelompok di kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta.

Kabupaten Kulonprogo merupakan salah satu wilayah daerah penghasil budidaya ikan di Propinsi DIY dengan hasil yang beragam dan melimpah. Kulonprogo dipandang berhasil memajukan sektor perikanan budidaya sehingga dapat membawa manfaat bagi rakyat Kulonprogo sendiri. Perikanan Budidaya mempunyai peranan yang sangat strategis mengingat produksinya masih berpeluang besar untuk ditingkatkan.

Oleh sebab itu, pengembangan dan pengelolaan usaha perikanan budidaya berbasis kelompok dirasa penting untuk dipelajari lebih dalam mengenai bagaimana aspek sosial ekonomi perikanan dan kontribusi usaha tersebut terhadap perekonomian masyarakat khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta. Studi tentang sosial ekonomi usaha perikanan berbasis kelompok ini bertujuan untuk mengetahui peran, fungsi, aktivitas dan permasalahan pengelolaan usaha budidaya ikan berbasis kelompok; mengetahui komponen biaya dan penerimaan usaha budidaya ikan baik usaha pembenihan maupun pembesaran ikan di DIY; dan memetakan permasalahan usaha perikanan dan pengelolaannya melalui kelompok. Sehingga nantinya dapat meningkatkan kesejahtaeraan bersama pelaku usaha perikanan.

 

 

 

 

ORGANISASI KELOMPOK

 

  1. Sejarah Berdirinya POKDAKAN TRUNOJOYO

          Kelompok pembudidaya ikan atau pokdakan Trunojoyo terbentuk pada tanggal 23 november 1997, yang dipelopori oleh bapak wagiran sendiri, Di desa toyan, kecamatan wates kabupaten kulonprogo. kelompok ini beranggotakan 40 orang pada saat awal berdirinya, dan sekarang memiliki anggota sejumlah 20 orang karena peraturan pemeritah yang mengharuskan kelompok pembudidaya yang melarang anggota kelompok memiiki kelompok ganda dan juga karena registrasi yang melarang kelompok pembudidaya lebih dari 20 orang. Pokdakan trunojoyo juga merupakan kolompok perintis terhadap kelompok pembudidaya yang ada di kulonprogo.Nama trunojoyo (truno=muda dan joyo=menang, berjaya) yang bisa diartikan bahwa pokdakan trunojoyo adalah kelompok yang berisikan anak muda yang akan berjaya dalam bidang perikanan. Nama trunojoyo juga juga untuk memperingati bahwa  dulu jalan dekat rumah pak wagiran pada  jaman mataram pernah dilewati oleh pangeran truno joyo pejuang islam yang sedang dikejar oleh sultan amangkurat dan VOC melewati jalan depan rumahnya. Sehingga untuk memperingati pangeran truno joyo yang menjadi pejuang islam pada masa itu maka kelompok budidaya yang diketuai oleh bapak wagiran ini dinamakan pokdakan  truno joyo.

  1. Tujuan kelompok

          Tujuan pertama berdirinya kelompok pembudidaya ikan Trunojoyo adalah Untuk menampung anak muda supaya punya kesibukan dan juga mempunyai masa depan yang lebih cerah. Menambah kesibukan masyarakat yang ada di desa Toyan. Menyatukan pemuda di desa toyan yang dulunya terbagi menjadi beberapa kelompok.

 

  1. Struktur Organisasi (Pokdakan Trunojoyo)

Pokdakan Trunojoyo diketuai oleh bapak wagiran yang bertugas untuk mengawasi dan mengkoordinir seluruh anggota kelompok, sekretaris kelompok ini adalah bapak endang saputro yang bertugas mengurusi persuratan yang bersangkutan dengan kepentingan anggota dan kelompok, bendahara dalam kelompok ini adalah bapak iswandi yang bertugas mengurus keuangan kelompok, dalam Pokdakan trunjoyo terdapat beberapa seksi-seksi diantaranya seksi pembibitan yang di urus oleh bapak Rubiyanto Hermawan yang bertugasdalam hal pemenuhan bibit ikan dalam kelompok. Seksi pakan di urusi oleh Edi Juwanto yang mengurusi pemenuhan pakan kelompok, seksi pemasaram di urusi oleh ibu Uji Purnasih yang mengurusi bidang pemasaran hasil panen baik bibit maupun konsumsi, seksi pengolahan hasil di urusi oleh ibu Muslimah yang bertugas mengolah hasil panen yang akan dijadikan produk hasil perikanan. Dan anggota kelompok ini adalah Saridjo, Lis Setiyo Nurcahyo S., Muryanto, Rajiyo,SPD, Bambang Pranomo, Sapto Sumarjo, Suyanto, Ari Widiyanto, Anang Junanta, Wakidi, Dwijo sumarto, Siti Sukarni, tugas anggota kelompok adalah membantu ketua, bendahara, sekretaris dan seksi-seksi sehingga dapat membuat kelompok menjadi lebih maju. Berikut adalah struktur organisasi kelompok:

 

 

AKTIVITAS KELOMPOK

 

  1. Sistem Pengelolaan Kelompok

Sistem pengelolaan kelompok budiaya ikan “Truno Joyo” ini adalah dikelola secara mandiri dengan kepemilikan kolam secara pribadi namun masih tergabung dalam kelompok usaha budidaya tersebut dan termasuk kedalam struktural kelompok. Setiap anggota kelompok memiliki jaringan dan agen tersendiri baik untuk pakan, bibit ataupun benih sehingga tidak perlu dikelola oleh kelompok secara bersama, hanya dimungkinkan untuk bertukar informasi mengenai agen benih ataupun pakan yang murah dan berkualitas. Jika dahulu untuk pakan ikan membutuhkan modal 25 juta rupiah, maka disubsidi oleh kelompok dan saat panen baru dibayarkan. Namun saat ini kelompok usaha budidaya ini sudah berdiri mandiri.

Hal ini didukung oleh salah satu program pemerintah yaitu kredit ketahanan pangan.  Kredit ketahanan pangan adalah program pemerintah yang memberikan pinjaman bagi anggota – anggota kelompok usaha usaha kecil menengah. Dalam satu kelompok boleh meminjam maksimal 500 juta rupiah, tetapi jika pribadi anggota kelompok dapat meminjam hingga 100 juta rupiah dengan catatan terdaftar sebagai salah satu kelompok usaha budidaya. Karena peminjaman pribadi lebih menguntungkan maka pengelolaan kelompok dilakukan secara mandiriatau individu, namun tetap terdaftar dalam kelompok. Peminjaman dapat dilakukan secara kolektif dengan mengajukan masing – masing sertifikat kolam sebagai jaminan, tetapi jika meminjam secara kelompok maksimal dapat 500 juta rupiah untuk dana modal usaha bersama, dengan hanya 1 sertifikat kolam yang menjadi jaminan. Akibatnya, jika tidak ada yang melakukan angsuran malah akan menjadi masalah. Selain itu, masing – masing pribadi kelompok sudah dirasa mampu dan mapan dalam menangani permasalahan kolamnya sendiri. Inilah mengapa sistem pengelolaan dilakukan secara individu.

Sudah hampir 6 tahun belakangan ini kelompok usaha “Truno Joyo” tidak melakukan pertemuan kelompok secara formal dan rutin seperti rapat dan lain – lain. Koordinasi dilakukan dengan mengandalkan teknologi yaitu sosial media seperti sms, whatsapp dan line. Setiap pagi, ketua kelompok melakukan pengecekan dengan berkeliling ke semua sentra budidaya kelompok tersebut dan jika terdapat masalah maka ketua kelompok langsung memberi informasi melalui whatsapp bahwa terdapat masalah pada salah satu sentra anggota kelompok, kemudian salah satu anggota kelompok tersebut langsung menangani permasalahan yang ada dikolam. Hal ini dirasa lebih cepat, mudah dan sangat efisien daripada harus dibahas dan dilakukan rapat secara rutin. Selain itu, menurut kelompok usaha budidaya “Truno Joyo” semestinya bayangan akan kelompok tidak lagi seperti dahulu karena saat ini sudah semakin canggih dengan  mengandalkan teknologi. Rapat atau pertemuan rutin dapat dilakukan dirumah masing – masing melalui social media seperti grup chatting diwhatsapp sehingga anggota kelompok dapat melakukan kegiatan yang lain.

Menurut ketua kelompok budidaya “Truno Joyo” bertemu dengan anggota dapat dilakukan setiap hari karena wilayah desa yang kecil memungkin setiap anggota untuk bertemu dan disaat itu pula dapat dibicarakan mengenai kelompok pengelolaan budidaya mereka sehingga tidak diperlukan pertemuan rutin yang formal seperti rapat. Kerjabakti dalam budidaya perikanan tidak ada tapi dalam lingkungan masyarakat untuk social ada seperti membenahi  kuburan dan lain sebagainya, kecuali jika ada informasi mengenai kunjungan atau tamu dari luar maka akan dilakukan bersih – bersih sekitar kolam, itu yang dinamakan kerja bakti dalam kelompok budidaya “Truno Joyo”.

Ada sistem simpan pinjam untuk modal usaha kelompok yang dikelola oleh ketua kelompok untuk memberi pinjaman kepada anggotanya yang membutuhkan. Selain itu, Kelompok usaha budidaya “TRUNOJOYO” ini memiliki Unit pembenihan rakyat di 4 tempat dan dalam pengelolaannya terdapat juga pengelolaan secara administrasi seperti buku tamu jika ada kunjungan dari luar seperti kunjungan dinas perikanan, bupati dan lain sebagainya.

 

  1. Sistem Pengelolaan Produksi

Jenis ikan yang dibudidayakan pada kelompok ini adalah ikan jenis konsumsi antara lain ikan lele dan Ikan gurame. Proses budidaya yang dilakukan pada kelompok ini sangat variatif mulai dari lamanya waktu budidaya, jumlah ikan yang dibesarkan serta pakan yang diberikan per banyaknya ikan yang ada pada kolam budidaya pada kelompok tani ikan tersebut. Hal ini terkait dengan sistem yang diterapkan pada masing masing pembudidaya pada kelompok tersebut. Pada umumnya, kegiatan budidaya yang dilakukan adalah kegiatan pembenihan dan pembesaran ikan. Umumnya, proses budidaya yang dilaksanakan membutuhkan waktu pemeliharaan sekitar 60 – 75 hari dengan padat penebaran berkisar antara 150/m2 ekor ikan (lele) per kolamnya ukuran 5 – 7cm mulai dari penebaran hingga pemanenan dan untuk ikan gurame dengan kepadatan 60/m2.

Kelompok budidaya ikan “TrunoJoyo” ini memiliki kolam budidaya yang berbeda – beda yaitu kolam jenis terpal dan ada kolam permanen dengan ukuran kolam terpal yaitu 4 x 8 m dengan kedalaman 40cm. Pengelolaan kolam dilakukan dengan cara super intensif dan menjaga kualitas air dengan menggunakan teknologi buangan ammonia, H2S, kekentalan dan lain – lain menggunakan pipa paralon sehingga ketika dilakukan pembunagan dengan membuka paralon maka air kolam akan keluar bersama ammonia, H2S dan lain sebagainya ditandai dengan air yang keluar berwarna hitam, ketika kotoran yang didalam kolam sudah tidak ada lagi maka air yang keluar akan berwarna hijau. Air yang digunakan pada kolam adalah air yang tergenang. Sumber air ini berasal dari air tanah yang di pompa.

Selama pengelolaan produksi dilakukan pemberian pakan dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali per hari dan dosis 5% dari bio massa Ikan yang di budidayakan atau secara adlibitum yaitu hingga kenyang dengan catatan tidak ada pakan yang tersisa. Pakan yang di berikan kepada ikan yang dibudidayakan adalah pakan komersil yang berasal dari pabrik.  Setiap 15 hari sekali dilakukan sampling untuk mengetahui berat rata – rata ikan sebagai dasar penentuan kebutuhan pakan. Target produksi yang diharapkan adalah kepadatan 156,25 ekor/m2, jumlah tebar 5000 ekor benih dengan tingkat kelulusan hidupnya sebesar 90% yaitu sekitar 4500 ekor dengan ukuran rata – rata 10 ekor/kg, sehingga estimasi pakan yang dibutuhkan adalah 450kg. Semakin rendah perbandingan antara pakan dengan produksi semakin baik dan menguntungkan. Dalam pengendalian kesehatan ikan kelompok budiaya ini menggunakan empon – empon yaitu ¼ kg kencur, jahe, kunyir, temulawak ditumbuk kemudian direbus secara terpisah menggunakan 1 liter air. Lalu, dicampur dan dimasukan pece dengan penambahan beberapa tetes air tebu. Setelah itu difermentasikan selama 1 minggu sehingga ikan tidak akan sakit dan jaminan konversi rasio nya 0,8. Selain itu, untuk menjaga kesehatan ikan diberikan vitamin B kompleks 5gr, vitamin C 5gr dan probiotik 10cc setiap 1 minggu sekali. Untuk pengendalian hama atau bakteri pathogen dan penyakit lainnya menggunakan pelepah pisang yang ditaruh dikolam dan pemberian garam secara berkala sebanyak 100gr/m3 jika diperlukan. Jumlah produksi dari budidaya ini diperkiraakan mencapai 2 ton/hari setiap kolamnya.

 

 

 

  1. Sistem Pemasaran

Kelompok uasaha pembudidaya “Truno Joyo” memliki sistem pemasaraan berupa langganan dan seseuai permintaan. Jangkau pasar kelompok ini berada di wilayah lokal seperti seputaran Yogykarta, maupun luar wilayah seperti Cilacap, Boyolali, Klaten bahkan luar pulau Jawa seperti Kalimantan dan Sumatra. Pengiriman diluar pulau hanya akan menerima pesanan berupa telur ikan, sebab jika benih ikan yang akan dikirimkan keluar pulau maka akan banyak benih yang mati sehingga akan sangat disayangkan jika pengiriman dilakukan hanya sedikit benih ikan yang dapat hidup. Pengiriman telur ikan dilakukan dengan dibungkus plastik. Pengiriman benih ikan dilakukan menggunakan jiregen tanpa takut akan kekurangan oksigen dengan permintaan konsumen. Untuk Wilayah yang masih dapat terjangkau kelompok “Truno Joyo” juga menyiapkan armada apabila konsumen menginginkan benih untuk diantar sampai tujuan atau dapat diambil sendiri oleh konsumen disentra kolam budidaya “Truno Joyo”. Namun, dalam pemasarannya usaha pembudidaya kelompok “TrunoJoyo” lebih sering menerima permintaan dan mengirim pesanan.

 

 

  1. Tata Tertib dan Peraturan Kerja

Kelompok usaha budidaya “TrunoJoyo” memiliki peraturan, bahkan memiliki AD/RT. Salah satu tata tertib dan peraturannya adalah memuat paraturan pemerintah mengenai registrasi yaitu tentang:

  1. Keanggotaan ganda, bahwa setiap anggota kelompok tidak boleh terdaftar sebagai anggota kelompok yang lain.

Selain itu, menurut ketua kelompok “TrunoJoyo”, setiap anggota sudah menjalankan dan mengerti fungsinya masing – masing tanpa ada komando. Sehingga semua berjalan lancar tanpa ada hambatan melanggar tata tertib kelompok, kalaupun ada hambatan itu hanya terdapat pada kurangnya ketenaga kerjaan dan peraturan pemerintah mengenai pengendalian hama yang tidak jelas.

 

 

  1. Bentuk – Bentuk Kemitraan

Dalam mendirikan dan bertumbuhnya kesejahteraan kelompok “TrunoJoyo” ini memiliki mitra kegiatan usaha yang membantu berkembangnya kelompok usaha budidaya ini. Ada beberapa mitra usaha yaitu:

  1. Pabrik pakan konfit di Sidoarjo,
  2. Bersama Centra Firma Flikikmil Bogor,
  3. Kerjasama dengan 350 kelompok pembudidaya lain dengan pembinaan sebagai ketua Forum Silahturahmi POKDAKAN baik di Kulonprogo, Yogyakarta bahkan luar pulau jawa.
  4. Kerjasama dengan majalah trubus dalam rangka pelatihan dan pengembangan budidaya gurame,
  5. Kerja sama dengan TVRI dalam rangka mengkampanyekan bangun desa dan mengisi acara di TVRI Jogja,
  6. Kerjasama dengan UGM berupa mengisi pelatihan mahasiswa UGM yang KL maupun magang dan KKN sebagai pemateri.

 

 

 

PRODUKSI DAN HASIL PENJUALAN KELOMPOK

 

  1. Jenis Ikan

Kelompok pembudidaya ikan Trunojoyo membudidayakan 3 jenis ikan antara lain ikan lele dan ikan gurami untuk pembesaran. Besarnya ukuran ikan baik benih maupun ikan konsumsi disesuaikan dengan permintaan pasar. Ukuran ikan konsumsi lele atau gurami sekitar 3 ons (paket hemat). Sedangkan untuk pembenihan kelompok ini membudidayakan ikan lele, ikan gurami dan sidat. Untuk sidat, benih diambil dari muara untuk dibesarkan sampai elver kemudian bisa dijual. Ukuran benih lele yaitu dari 35-46 sedangkan gurami segala ukuran.

 

  1. Data Produksi

Data produksi rata-rata kelompok pembudidaya ikan Trunojoyo dapat dilihat pada table berikut :

 

  1. Analisis Usaha Budidaya

Analisi usaha budidaya ikan lele:

  1. Investasi :
  • Terpal : Rp.500.000 (untuk 2 tahun / 10 kali panen) ,

Susutan = Rp. 500.000/10 = Rp. 50.000/Panen

 

  1. Biaya Tetap (Fix Cost / FC)
  • Sewa lahan 4x8m : 1 tahun = Rp. 50.000 , sekali panen = Rp. 5000
  • Tenaga Panen 2 orang = Rp. 100.000
  • Tenaga Perawatan = Rp. 100.000 (hingga panen)

 

  1. Biaya Variabel (Variable Cost / VC)
  • Pakan 5 kwintal = Rp. 4.500.000
  • Benih 5000 ekor ukuran 46 = Rp. 750.000
  • Vitamin, Probiotik, Garam = Rp. 100.000
  • Bensin untuk isi air = Rp. 50.000

 

  1. Total Biaya (Total Cost / TC)

TC = Biaya tetap + Biaya Variabel + biaya Investasi

TC= Rp. 205.000 + Rp. 5.400.000 + Rp. 50.000

TC=Rp. 5.655.000

 

  1. Pendapatan Produksi

5 kwintal x Rp. 16.500 = Rp. 8.250.000

 

  1. Keuntungan Bersih

= Produksi – Total Biaya

= Rp. 8.250.000 – Rp. 5.655.000

= Rp. 2.595.000/Panen

= Rp. 865.000/bulan

 

PRESTASI KELOMPOK

 

 

  1. Bidang Perikanan

– Juara 1 Unit Pembenihan Rakyat Provinsi Yogyakarta

– Juara pakan alami Se-Provinsi

– Juara 1 terkait UPR Propakan

– Mendapat Serifikat dari FORSIRENAS tahun 2005

– Penghargaan sebagai kelompok perintis dari kabupaten kulonprogo

– Penghargaan dari kementrian perikanan atas dedikasi dan prestasi kaitannya dengan mina-garam tahun 2010

 

  1. Bidang Pendidikan

– Menulis buku Kiat-kiat Budidaya Gurami

– Menjadi Narasumber Majalah Trubus

– Menjadi pembicara dalam acara IndoAqua International di Lampung tahun 2010

– Menjadi Pembina KKN di Desa Toyan

 

  1. Bidang Sosial Kemasyarakaan

– Menjadi Ketua Forum Silaturahmi kelompok pembudidaya ikan se-Kulonprogo

 

 

PENUTUP

 

Kesimpulan

  1. Peran kelompok dalam pembudidaya ikan trunojoyo yaitu sebagai wadah para petani ikan di desa toyan untuk mengembangkan usahanya disektor budidaya perikanan. Fungsi adanya kelompok tersebut yaitu dapat membantu semua anggota untuk berbagi permasalahan dan mengatasinya secara bersama-sama. Pokdakan trunojoyo memiliki berbagai aktivitas rutin seperti pertemuan kelompok secara formal dan rutin seperti rapat , kerjabakti dan lain-lain . Permasalahan yang dialami oleh Pokdakan Trunojoyo diantaranya kebijakan pemerintah yang kurang memihak dan ketidaksiapan dalam menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)

.

  1. Komponen biaya dalam usaha budidaya ikan Pokdakan Trunojoyo yaitu biaya Investasi yang meliputi terpal, biaya tetap yang meliputi sewa lahan, tenaga panan , tenaga perawatan dan biaya variable yang meliputi pakan, benih, vitamin, probiotik, garam, dan bensin. Sedangkan penerimaan berasal dari hasil panen produksi dengan anggapan FCR ikan lele 1, maka didapat hasil produksi 5 kwintal perkolam perpanen. Dalam usaha ini biaya yang dibutuhkan untuk satu kali siklus produksi yaitu sebesar Rp. 5.655.000 dengan pendapatan produksi sebesar Rp. 8.250.000 maka keuntungan bersih dari usaha ini sebesar Rp. 865.000/bulan perkolam.

 

  1. Permasalahan usaha budidaya ikan di Pokdakan Trunojoyo yaitu kesiapan dalam menghadapi MEA. Usaha kelompok dalam mengatasinya yaitu dengan mengembangkan produk budidaya seperti system superintensif sehingga dapat bersaing dengan negara-negara di ASEAN nantinya.

 

 

Saran

Berdasarkan pengambilan data melalui wawancara, untuk mendapat data yang lebih baik dan komprehensif dibutuhkan persiapan pertanyaan yang lebih rinci dan alat bantu perekam untuk mendokumentasikan hasil wawancara sehingga tidak ada jawaban yang terlewatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Dislautkan DIY. 2010.Arah Kebijakan, Program, dan Kegiatan Prioritas Perikanan Budidayadan Tangkap Provinsi DIY Tahun 2011. Sinkronisasi Program/Kegiatan Perikanan Budidaya dan Tangkap Provinsi  DIY Tahun 2011. 11 Oktober 2010. Yogyakarta.

Ghufran, H. M. 2008.Budidaya Ikan Nila di Kolam Terpal. Andi Offset. Yogyakarta.

Agustyar

Mahasiswa perikanan UGM 2014

One thought to “Laporan Praktikum Pengantar Ekonomi Perikanan”

Leave a Reply

Your email address will not be published.