Pengujian Formalin

Formalin  merupakan  bahan  kimia  yang  biasa  dipakai untuk membasmi bakteri atau berfungsi sebagai disinfektan. Zat ini termasuk dalam golongan kelompok desinfektan kuat, dapat membasmi  berbagai  jenis  bakteri  pembusuk,  penyakit, cendawan atau kapang, disamping itu juga dapat mengeraskan jaringan tubuh setiap  hari. Formalin  mudah  larut dalam air sampai kadar 55 %, sangat reaktif dalam suasana alkalis, serta  bersifat sebagai zat pereduksi  yang  kuat,  mudah  menguap  karena  titik  didihnya  rendah  yaitu -210C (Winarno, 2004).

Mekanisme formalin sebagai pengawet adalah jika formaldehid bereaksi dengan protein sehingga membentuk rangkaian-rangkaian antara protein yang berdekatan. Akibat dari reaksi tersebut protein mengeras dan tidak dapat larut (Herdiantini, 2003). Sifat penetrasi formalin cukup baik, tetapi gerakan penetrasinya lambat sehingga walaupun formaldehid dapat digunakan untuk mengawetkan sel-sel tetapi tidak dapat melindungi secara sempurna, kecuali jika diberikan dalam waktu lama sehingga jaringan menjadi keras (Herdiantini, 2003).

Formalin sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari, apabila digunakan secara benar, formalin akan banyak kita rasakan manfaatnya, misalnya sebagai antibakteri atau pembunuh kuman dalam berbagai jenis keperluan industri, yakni pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian, pembasmi lalat maupun berbagai serangga lainnya. Formalin di dalam dunia fotografi biasanya digunakan sebagai pengeras lapisan gelatin dan kertas. Formalin juga sering digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk urea, bahan pembuat produk parfum, pengawet bahan kosmetika, pengeras kuku. Formalin boleh juga dipakai sebagai bahan pencegah korosi untuk sumur minyak. Di bidang industri kayu, formalin digunakan sebagai bahan perekat untuk produk kayu lapis (polywood). Formalin dalam kosentrasi yang sangat kecil (< 1%) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan karpet. (Yuliarti,  2007)

Mutu udang terutama ditentukan oleh keadaan fisik dan organoleptik (rupa, warna, bau, rasa dan tekstur) dari udang tersebut. Kemudian, ukuran dan keseragaman udang juga dapat menentukan tingkat mutunya. Oleh karena itu, tidak boleh ada cacat, rusak atau defect  yang akan mengurangi nilai dari mutu udang (Hadiwiyoto 1993)

DAPUS

Ayustaningwarno, F. 2014.Teknologi Pangan; Teori Praktis dan  Aplikasi. Graha ilmu. Yogyakarta

BSN.1992.SNI 2708-21992.Ikan Teri Asin.Badan Standarisasi Nasional.Jakarta.

BSN.2014.SNI 4110-2014.Ikan Beku.Badan Standarisasi Nasional.Jakarta.

Cahyadi. W. (2009).  Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Edisi Kedua. Bumi Aksara. Jakarta.

Csirke, J. 1988. Small Shoalding Fish Stocks.  In J.A  Gulland, ed. Fish Population Dyamic, 2nd John Willy and Sons, Chechester.

Hadiwiyoto S. 1993.Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. CV Liberty. Yogyakarta.

Hariyadi. 2001. Pengolahan Hasil Perikanan. Lembaga Teknologi Perikanan. Jakarta

Herdiantini, E., 2003. Analisis Bahan Tambahan Kimia (Bahan Pengawet Dan Pewarna) Yang Dilarang Dalam Makanan.  Fakultas Teknik Universitas Pasundan. Bandung.

Hulalata,M.,Daisy dan Rastuti,W.2013.Studi Pengolahan cumi-cumi (lologi sp) asin kering dihubungkan dengan kadar air dan tingkat kesukaan konsumen.jurnal media teknologi hasil perikanan.vol 1 .no2. hal 26-33.

Meilgaard M, GV Civille & BT Carr. 1999. Sensory Evaluation Techniques. CRC Press. NewYork

Meirina,K.2008.Kajian pengolahan cumi-cumi (loligo sp.) siap saji.skripsi.Fakultas Teknologi pertanian IPB.Bogor.

Muchtadi, Deddy. 2009. Pengantar Ilmu Gizi.Alfabeta: Bandung

Nugroho S.A., Eko .D. dan  Romadhon.2014. PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI KARAGENANTERHADAP MUTU  BAKSO UDANG (Litopenaeus vannamei). Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan.Vol 3.No 4. Hal 59-64.

Pradipta,R.2015. IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI CACING PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN SALEM (Scomber japonicus) DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE, JAKARTA UTARA. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 7 No. 1.Hal 109-114.

Rinto, Elmeizi ,A dan Susila ,B.2009. KAJIAN KEAMANAN PANGAN (FORMALIN, GARAM DAN MIKROBIA) PADA IKAN SEPAT ASIN PRODUKSI INDRALAYA. Jurnal Pembangunan Manusia Vol.8 No.2

Saparinto, C dan Hidayati, D. 2006.  Bahan tambahan Pangan. Kanisius. Yogyakarta .

Winarno, FG. 2004. Keamanan Pangan 2. M Brio Press. Bogor

Yuliarti, N. 2007. Awas Bahaya di balik Lezatnya makanan. ANDI.Yogyakarta.

Agustyar

Mahasiswa perikanan UGM 2014

Leave a Reply

Your email address will not be published.