GPS dan Kompas

 

  1. GPS (Global Positioning System)

GPS atau Global Positioning System ialah sistem untuk menentukan letak dipermukaan bumi dengan bantuan penyelarasan (synchronization) sinyal satelit. Sistem ini menggunakan 24 satelit yang mengirimkan sinyal gelombang mikro ke bumi. Sinyal ini diterima oleh alat penerima di permukaan, dan digunakan untuk menentukan letak, kecepatan, arah dan waktu. System ini dibuat dan dikembangkan oleh Amerika Serikat. Penggunaan GPS dalam kapal perikanan adalah sebagai berikut : Read More

Laporan Oseanografi

 

 Intisari

Perairan pantai sepanjang merupakan daerah pantai yang memiliki karakteristik dan ekosistem yang beraneka ragam.Praktikum ini bertujuan mempelajari karakteristik ekosistem pantai dan faktor-faktor pembatasnya, mengetahui fungsi ekosistem pantai bagi biota perairan (ikan), dan mempelajari kualitas perairan pantai  berdasarkan indeks diversitas biota perairan (plakton). Praktikum Oseanografi dilaksanakan pada hari Sabtu-Minggu, 23-24 April 2016 di Pantai Sepanjang, Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul, D.I. Yogyakarta. Pengamatan laboratorium dilaksanakan tanggal 28-29 April 2016 di Laboratorium Ekologi Perairan, Departemen Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Analisis kualitas air laut dilakukan dengan pengukuran parameter fisika, kimia dan biologi perairan pada 4 stasiun pengamatan. Parameter fisika perairan diukur setiap 1 jam sekali yang meliputi suhu udara, suhu air, pasang surut, gelombang, kecepatan dan arah angin serta kemiringan pantai. Parameter kimia perairan diukur setiap 2 jam sekali yang meliputi DO (Dissolved Oxygen) dengan metode Winkler, CO2 bebas dan alkalinitas dengan metode alkalimetri, derajat keasaman (pH), dan salinitas. Parameter biologi perairan diukur setiap 4 jam sekali yang meliputi larva ikan dan plankton. Parameter fisiak, kimia, dan biologi air laut memiliki nilai atau kadar tertentu yang menentukan baik buruknya kualitas air laut. Hasil pengukuran diperoleh suhu udara antara 20,5-34ᵒC , suhu air antara 28.5-34ᵒC , pasang surut 0-1,2 meter, frekuensi gelombang antara 0,058-0,89 Hz, kecepatan angin antara 0-6,9 m/s dan rata-rata kemiringan pantai antara 4.5o sampai10,72o . Sementara DO antara 2,16 sampai 12,06 ppm, CO2 bebas 0 sampai 29,4 ppm, alkalinitas 43 sampai 223 ppm, pH yaitu 7,1 sampai 8 , dan salinitas yaitu 28,5 sampai 32 ppt. Densitas plankton tertinggi 9.339 ind/L dan diversitas plankton tertinggi adalah 4,12. Larva yang sering diketemukan adalah Hypoatherina temminckii. Berdasarkan indeks diversitas plankton di perairan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kualitas perairan di pantai sepanjang cukup baik dilihat dari diversitas planktonya yang tergolong sedang.

Kata kunci: diversitas, ekosistem, kualitas air, oseanografi, pantai

  Read More

PENDEDERAN IKAN KERAPU

Indonesia merupakan produsen utama benih kerapu, dengan tempat-tempat pembenihan di utara Bali yang memproduksi 200.000–1.000.000 kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) per bulan dan sejumlah benih kerapu tikus (Cromileptes altivelis) yang lebih sedikit dan kerapu sunu (Plectropomus leopardus). Tempat pembenihan umumnya membesarkan bibit hingga panjang total (TL/total length) sekitar 2–3 cm, sementara pembudidaya ikan yang membesarkan dalam keramba jaring apung membutuhkan ukuran benih yang lebih besar, kisaran TL 5–10 cm. Untuk memenuhi ukuran yang diperlukan, sub sektor khusus pendederan ikan kerapu telah dikembangkan untuk membesarkan bibit berukuran 2–3 cm menjadi 5–10 cm atau lebih besar, guna selanjutnya ditebar di keramba di laut untuk pembesaran.

Pendederkan kerapu dilakukan baik di tangki di lokasi pantai dengan air laut (tangki budi daya), maupun dalam keramba yang diset dalam tambak payau (tambak). Umumnya, juvenil kerapu yang dideder di tambak berwarna lebih gelap daripada yang dideder di tangki. Namun, kerapu juvenil yang dipelihara di tambak cenderung memiliki toleransi yang lebih baik terhadap variabel parameter lingkungan (seperti salinitas) dan lebih disukai untuk dibesarkan di keramba di laut karena mereka sudah cukup beradaptasi untuk hidup di keramba. Read More

Laporan budidaya artemia

ACARA

        Budidaya Artemia

TUJUAN

  1. Mengetahui cara budidaya Artemia sebagai pakan alami
  2. Mengetahui cara meningkatkan biomassa Artemia melalui pemberian pakan dengan jenis pakan yang berbeda
  3. Mengetahui morfologi Artemia melalui pengamatan menggunakan mikroskop

ALAT DAN BAHAN

ALAT

  1. Botol 1500 ml
  2. Akuarium
  3. Selang plastik
  4. Cawan petri
  5. Pipet tetes
  6. Timbangan analitik
  7. Termometer
  8. Aerator
  9. Object glass
  10. Mikroskop
  11. pH meter

BAHAN

  1. Kista Artemia sp.
  2. Lem kaca
  3. Air laut
  4. Dedak
  5. Maizena
  6. Yeast
  7. Tepung ikan
  8. NaOCl atau Ca(OCl)2

Read More

Laporan praktikum Budidaya Cacing Sutera

LEMBAR KERJA MAHASISWA

ACARA

Budidaya Cacing Sutera (Tubifex sp.)

TUJUAN

  1. Mengetahui cara budidaya Tubifex sebagai pakan alami
  2. Mengetahui cara meningkatkan biomassa Tubifex melalui media tumbuh yang berbeda
  3. Mengetahui kombinasi media yang paling sesuai dalam budidaya Tubifex berdasarkan peningkatan biomassa

ALAT DAN BAHAN

ALAT

  • Bak
  • Timbangan
  • Serok
  • Pipa
  • Talang
  • Selang
  • Power head
  • Termometer
  • pH meter

BAHAN

  • Bibit cacing sutera
  • Kotoran ayam
  • kotoran kambing
  • Dedak
  • Lumpur kolam
  • Ampas Tahu
  • Molase
  • Starter EM4

Read More