Hydrothermal Vents (Deep Oceanic hotsprings)

Hydrothermal Vents adalah retakan di permukaan planet yang secara geothermal memanaskan perairan. Hydrothermal vents biasa ditemukan di dekat daerah yang aktif secara vukanik, area di mana lempeng tektonik bergerak. Ditemukan di mid Ocean ridge (3000 meter) namun ada juga yang berada di laut dangkal, rentang suhu 5-100ºC,Pancaran asap hitam panas 250-400ºC, suhu sekitar vents 8-35ºC. Ekosistem hydrothermal vents memiliki produktivitas yang cukup tinggi oleh adanya aktivitas kemosintesis bakteri yang hidup bersimbiosis dengan cacing tabung Riftia pachyptila, Karbohidrat yang dihasilkan bakteri berfungsi bagi hewan agar dapat hidup di lingkungan yang ekstrim suhunya, Kemosintesis yang dilakukan memanfaatkan H2S yang tersedia melimpah dari Vents dengan persamaan kimia:

 

CO2 + 2H2S   (CH2O) + H2O + 2S

 

Hydrothermal vents biasa ditemukan di bumi karena bumi secara geologis cukup aktif dan perairan berada di atasnya. Di daratan, Hydrothermal vents dapat berupa fumarol, mata air panas, dan geyser. Di bawah laut, Hydrothermal vents biasa disebut Black Smokers. Di sebagian besar laut dalam, area sekita Hydrothermal vents secara biologis sangatlah subur bagi kehidupan sekitarnya dan menjadi tuan rumah bagi berbagai makhluk hidup yang memanfaatkan bahan kimia terlarut dari lubang Hydrothermal Vents. Archaea kemosintesis membentuk dasar rantai makanan, mensupport berbagai organisme seperti cacing tabung raksasa, udang, dan kerang.

 

Hubungan dengan Biota

Hubungan hidrotermal vent dan biota di sekitarnya ialah pada lingkungan sumur hidrotermal, hidrogen sulfida berperan sebagai sumber energi dan mikroorganisme kemosistesis berperan sebagai produsen primer. Cacing tabung dan kerang putih raksasa merupakan jenis yang paling berhasil beradaptasi pada lingkungan hidrotermal, karena telah berhasil mengembangkan ke-mampuannya untuk memenuhi sendiri kebutuhannya akan nutrisi (autotrof) dan tidak tergantung pada keberadaan produsen primer. Sifat autotrof ini dimungkinkan dengan hadirnya mikroorganisme kemosintesis yang hidup secara endosimbion dalam tubuh inangnya. Kehadiran organisme endosimbion inilah yang menyebabkan komunitas hidro-termal menjadi sangat khas. Karena pada komunitas lain baik di darat maupun di per-airan, sinar matahari merupakan sumber energi yang dapat menyebabkan berlangsungnya proses fotosintesa pada produsen primer yang memiliki butir hijau daun.

 

Hidrotermal vent dikatakan mengutungkan karena:

Keunikan sumur hidrotermal selain sehagai tempat hidup berbagai jenis organisme yang sangat epidemik, juga sangat membantu dalam mekanisme penyebaran larva organisme tersebut.

Karena larva-larva tersebut menyebar bersama dengan gelembung-gelembung air yang terbentuk pada saat terjadi semburan dari sumur-sumur tersebut. Ekosistem hydrothermal vents memiliki produktivitas yang cukup tinggi oleh adanya aktivitas kemosintesis bakteri yang hidup bersimbiosis dengan cacing tabung Riftia pachyptila.

 

 

Sirkulasi Hydrothermal Vent

Sumber utama garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam. Bagaimana prosesnya? Kita tahu bahwa laut adalah tempat berkumpulnya semua air; air dari rumah, selokan, sungai, semua air, termasuk air hujan. Kesemuanya mengalir menuju laut, sambil “mencuci” batuan, tanah, semua benda yang dilewatinya, sambil membawa juga ion-ion tadi (semua terjadi dalam proses hidrologis). Belum lagi peristiwa alam seperti letusan gunung api baik yang di daratan maupun di lautan, semua memberi kandungan khlor yang berlimpah bagi lautan. Proses ini terjadi secara terus menerus selama milyaran tahun.

 

Laut, menurut sejarahnya, terbentuk 4,4 milyar tahun yang lalu, dimana awalnya bersifat sangat asam dengan air yang mendidih (dengan suhu sekitar 100°C) karena panasnya Bumi pada saat itu. Asamnya air laut terjadi karena saat itu atmosfir Bumi dipenuhi oleh Karbondioksida. Keasaman air inilah yang menyebabkan tingginya pelapukan yang terjadi yang menghasilkan garam-garaman yang menyebabkan air laut menjadi asin seperti sekarang ini.

 

Mekanisme Terjadinya Hydrothermal Vents

Air laut meresap ke dalam lapisan (1-3 km), dan bereaksi dengan basalt cair. Karena suhu air laut meningkat naik menuju lapisan, dapat memicu CaSO4. Sulfat dalam air laut diubah pada suhu tinggi untuk hidrogen sulfida. Bikarbonat diubah menjadi karbon dioksida dan metana. Magnesium bereaksi dengan basalt untuk fase dari mineral baru melepaskan proton. Beberapa proton dilepaskan terjadi pertukaran dengan basalt dan melepaskan sejumlah logam bekas untuk cairan. Cairan hidrotermal meresap kembali ke permukaan dan keluar, pada suhu rendah (2 – 23ºC) dan suhu tinggi (350ºC). reaksi antara logam dan sulfida dapat terjadi di sepanjang lapisan endapan sulfida. H2S sebagai senyawa berkurang yang datang dari vent adalah sumber pemberi elektron utama. Hal ini dibentuk oleh pengurangan   dari air laut, ditambah dengan oksidasi Fe2+ di basalt untuk Fe3+. H2S juga dapat tercuci dari kristal basalt. Kedua mekanisme telah ditemukan dalam percobaan laboratorium pada 300ºC. konsentrasi HS-(25μm) adalah hampir sama dengan  dalam air laut (28μm). Hal ini menunjukkan bahwa air laut berputar-putar melalui sistem hidrotermal dan bereaksi dengan jumlah batu yang hampir sama dengan massanya sendiri. Karena air laut dapat kehilangan  sebagai CaSO4 (anhidrit), sedikit air laut  dapat sampai ke bagian panas dari sistem dimana dapat dikurangi. Isotop dari belerang mengolah air vent ini menunjukkan bahwa H2S terutama berasal dari basalt tersebut.

English Quiz

Reading Session

  1. Consumer habits have changed significantly in recent decades, and food issues such as indulgence, convenience, health, ethics, variety, value for money, and safety are becoming more important. Health and well-being are increasingly influencing consumption decisions, and fish has a particular prominence in this respect, as mounting evidence confirms the health benefits of eating fish.
  • What is the main topic of paragraph in the previous slide

Answer :  Consumer habits have changed significantly in recent decades

 

  • What ais the reason that influencing consumption decission significantly?

Answer : Health and well-being

 

  1. Oceans, seas, coastal areas and the associated blue economy are critical to global
    and national development, food security and the fight against hunger and poverty. They are both engines for economic growth and sources of food and jobs. However, overfishing, pollution and unsustainable coastal development are contributing to irreversible damage to habitats, ecological functions and biodiversity. Climate change and ocean acidification are compounding such impacts at a time when the rising global population requires more fish as food, and as coastal areas are becoming home to a growing percentage of the world’s population.

“and as coastal areas are becoming home to a growing percentage of the world’s population”

 

  • Explain in Indonesian what does the prase tells us about

Answer :  phrase tersebut menjelaskan kalau daerah pesisir merupakan sumber bagi pertumbuhan persentase populasi dunia, karena daerah pesisir dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan sebagai sumber makanan serta pekerjaan.

 

  1. Illegal, unreported and unregulated (IUU) fishing remains one of the greatest threats to marine ecosystems, undermining national and regional efforts to manage fisheries sustainably and conserve marine biodiversity. Motivated by economic gain, IUU fishing takes advantage of corrupt administrations and exploits weak management regimes, especially those of developing countries lacking the capacity and resources for effective MCS. It is found in all types and dimensions of fisheries, occurs both on the high seas and in areas under national jurisdiction, concerns all aspects and stages of the capture and utilization of fish, and may sometimes be associated with organized crime.

 

  • What is the main idea of the prevoius paragraph ?

Answer : Ilegal fishing remains one of the greatest threats to marine ecosystems

 

  • What is the meaning of this Sentences (with indonesian)

“It is found in all types and dimensions of fisheries, occurs both on the high seas and in areas under national jurisdiction”

Answer : Ilegal fidhng ditemukan di semua tipe dan dimensi perikanan, terjadi pada laut lepas dan laut yang berada dibawah hukum negara.

 

Writing Session

  • Do you remember the table that we’ve gave to you to simplify the TENSES understanding?
  • Write it down!
Auxilary verb Main verb
Future (5) Perfect (4) Continous (3) Passive (2) (1)
Modal :

Will

Would

Has

Have

Had

-Am  -was

-is  -were

Are

V1: be

V3 : been

-am  -was

-is  -were

Are

V1 : be

V3 : been

V ing : being

V1

V3

Ving

5 + V1 4 + V3 3 + Ving 2 + V3

 

 

Make the sentences with this role

4 1             : He has driven a car

3 2 1           : The car was being driven by him

5 3 1           : He will be driving the car

5 4 1           : He will has driven the car

Structure Session
please identified which one is subject, object, verb or else..

 

Oceans, seas, coastal areas and the associated blue economy are critical to global

  1. Consumer habits have changed significantly in recent decades, and food issues such as indulgence, convenience, health, ethics, variety, value for money, and safety are becoming more important.

Subject            : Consumer, fish.

Object             : consumption, desicion.

Verb                  : have, associated, changed, are, becoming, influencing, has, mounting, confirms, eating.

Adverb            : significantly, more, increasingly.

Preposition      : in.

Conjuction      : and, to, such as, as, of.

Noun                 : Ocean, seas, coastal areas, economy, global, habit, decades, issues, indulgence, convenience, health, ethics, variety, value for money, safety, well-being, prominence, respect, evidence, fish.

Adjective        : Blue, critical, recent, food, important, particular, benefits.

Article             : The, a.

Pronoun           : This.

  1. Health and well-being are increasingly influencing consumption decisions, and fish has a particular prominence in this respect, as mounting evidence confirms the health benefits of eating fish.

–  Subject :                   Health and well-being, fish,

– Verb :                        are, influencing, has, confirms, eating

– object :                     consumption decisions, a particular prominence in this respect as mounting evidence confirms the health benefits of eating fish.

– adverb :                     increasingly, this

– Noun :                      health, well-being, consumption, decisions, fish, noun, mounting evidence, benefits,fish

– adjective :                 particular

– Conjunction :            and, as

– preposition :              in, of

– article :                      the

 

  1. However, overfishing, pollution and unsustainable coastal development are contributing to irreversible damage to habitats, ecological functions and biodiversity.

–  Subject :       overfishing, pollution and unsustainable coastal

– Verb :            are contributing

– object :          to irreversible damage to habitats, ecological functions and biodiversity.

– Noun :          overfishing, pollution, coastal, development, damage, ecological functions, biodiversity

– Conjunction : however, and, to

– Preposition : –

– Adjective :    unsustainable, irreversible

 

 

Nama : Akhmad Awaludin Agustiar

NIM : 14/369621/PN/13935

HOW IT’S MADE – FARMED CAVIAR

HOW IT’S MADE – FARMED CAVIAR
Caviar is term for salted eggs of the sturgeon fish up early delicacy they’ve long been the snack food have the privileged enjoyed for centuries by roman emperors, saudi sheikh, russian czar, and english king. A few nipples still offer taste in the high life. Caviar is sometimes called black gold. No wonder a teaspoon of fish egg costs more than a meal at some family restaurant. For most of us a little caviar is a big splurge.
Overfishing has depleted wild siberian sturgeon stock, so at this hatchery in the southern united states they farm the species for their eggs and flash. They feed the young fish high protein pellets. The juvenile sturgeon fish need constant nourishment to develop. A computerized system dispenses feed every four minutes. As the fish grow larger the feeding schedule ratchet down a bit.
The fish produce tiny metabolites that are toxic to them. Those are filtered out by bacteria introduced for this purpose. Stuff routinely test the tank water to ensure the bacteria are doing their job adequately. After a few month of growth, they transfer the fish to larger tank. Here mesh drums filter the solid waste they produce. Pounds constantly circulate the water to move it trough plastic nuggets, the house of all important filtering bacteria. Circulating the water also disperses carbon dioxide gas emitted by the fish and introduce oxygen which they need to survive and thrive. Ordinary molasses injected into the tank is consumed by the beneficial bacteria helping them to process the harmful metabolites produced by the fish.
After five to seven years of growth, the fish are at least a meter in length and they should be full of eggs. Worker transfer them to tabs and mixin a gas to put the fish to sleep. Now sedated the fish can be more easily handled undertaken to the ultrasound station. Using high frequency sound waves they probes the sturgeon ovaries. This gives them a clear picture of her eggs production. She should contain ten of thousand of eggs. If not she’ll go back in to the tank to mature some more. But is she’s ready, they’ll harvest the ovaries.
They clean the eggs and ovaries and transfer them by the bagful to a child room with filtered air. This is just one of the siberian sturgeon to ovaries and its massive row fish eggs that are about to become pure caviar. They extremely fragile and need careful handling to separate them from the membrane. This worker gently rubs the eggs against the mesh screen. She sets the tissue aside for composting and lift the screen revealing the thousand of delegated sturgeon eggs. But this caviar isn’t quite ready yet. She now rinses the eggs repeatedly with cold water to wash away any impurities like bit of broken eggs and tissue residue. Using tweezers she pick out remaining specs and membrane and crushed egg gremlin until what’s left is pure and perfect.
She pour the eggs into a fine mesh colander, the volume decreases as the water drains of. She weighs the drained caviar and season it with salt measuring an amount that’s about three an a half percent of the caviar weight. This precise salting maximize the caviar flavour and substantially improves shelf life. She puts the eggs on ice for about six minutes to absorb the salt. The salt grossed more moisture so she drains it one more time. A worker bloks up remaining moisture with highly absorbent paper towel. Another worker pulls away the towel gently leaving the pearls of caviar intack. she packs it into a lacquer lined tin and presses down the cluster of eggs to eliminate any air pockets which would cause oxidation and spoilage. She seal the tin with a thick band of rubber. This caviar has been many years in the making. Farm produce, no wild fish were destroyed to get this eggs market and thats mean they should appeal to growing appetite for something a little more sustainable.

Question:
1. Describe how to maintain water quality
2. Explain how to decide that the fish is ready for harvest
3. Explain how to produce caviar
Answer:
1. To maintain water quality use the bacteria. Stuff routinely test the tank water to ensure the bacteria are doing their job adequately. After a few month of growth, they transfer the fish to larger tank. Using mesh drums to filter the solid waste they produce. Pounds constantly circulate the water to move it trough plastic nuggets, the house of all important filtering bacteria. Circulating the water also disperses carbon dioxide gas emitted by the fish and introduce oxygen which they need to survive and thrive. Ordinary molasses injected into the tank is consumed by the beneficial bacteria helping them to process the harmful metabolites produced by the fish
.
2. The workers using high frequency sound waves they probes the sturgeon ovaries. This gives them a clear picture of her eggs production. The fish should contain ten of thousand of eggs. If not she’ll go back in to the tank to mature some more. But is she’s ready, they’ll harvest the ovaries.

3. The eggs gently rubs the eggs against the mesh screen. Then rinses the eggs repeatedly with cold water to wash away any impurities like bit of broken eggs and tissue residue. Using tweezers, pick out remaining specs and membrane and crushed egg gremlin until what’s left is pure and perfect. Pour the eggs into a fine mesh colander. weighs the drained caviar and season it with salt measuring an amount that’s about three an a half percent of the caviar weight. This precise salting maximize the caviar flavour and substantially improves shelf life. Put the eggs on ice for about six minutes to absorb the salt. The salt grossed more moisture so she drains it one more time. Bloks up remaining moisture with highly absorbent paper towel. Then pulls away the towel gently leaving the pearls of caviar intack. Packs it into a lacquer lined tin and presses down the cluster of eggs to eliminate any air pockets which would cause oxidation and spoilage. Seal the tin with a thick band of rubber. This caviar has been many years in the making. Farm produce, no wild fish were destroyed to get this eggs market and thats mean they should appeal to growing appetite for something a little more sustainable.

Estimasi Populasi Ikan Lele (Clarias sp.) di Perairan Telaga Ranjeng kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah

 

  1. Latar Belakang

Ikan lele (Clarias  sp.) termasuk salah satu dari keenam komoditas lainnya yaitu, rumput laut, patin, bandeng, nila, dan kerapu yang akan dipacu pengembangan budidayanya dengan tujuan meningkatkan produksi budidaya pada beberapa tahun kedepan (Riyanto,  dkk., 2010).

 

Ikan lele memiliki bentuk tubuh yang memanjang, agak bulat, kepala gepeng, tidak bersisik, mempunyai kumis, mulut besar, warna kelabu sampai hitam. Ikan lele banyak dijumpai di rawa-rawa dan sungai-sungai, terutama di datarn rendah sampai sedikit payau. ikan ini memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut abrorescent, sehingga mampu hidup di air yang oksigenya rendah (Nijiyati, 1999).

 

Telaga Renjeng adalah kawasan wisata cagar alam yang berlokasi di desa Pandansari, kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Telaga ini dibangun pada tahun 1924, berada di bawah kaki Gunung Slamet. Cagar alam tersebut memiliki luas empat puluh delapan setengah hektare terdiri dari hutan damar dan pinus yang mengelilingi telaga serta terdapat beribu-ribu ikan lele yang jinak. Jumlah ikan lele di Telaga Ranjeng sampai saat ini belum di ketahui secara persis.

 

Pendugaan ukuran populasi  mampu  memberikan informasi  penting mengenai studi  ekologi, khususnya bila spesies yang dikaji terancam punah. Populasi tertutup menjadi syarat  penerapan teknik mark-recapture. Studi ini terbukti mampu memberikan informasi mengenai pertumbuhan, ukuran populasi dan laju mortalitas ikan lele di Telaga Ranjeng.

 

  1. Tujuan

Tujuan penelitian ini  untul  menduga ukuran populasi dan  kepadatan Ikan Lele (Clarias sp.)  di Perairan Telaga Ranjeng  pada  dua kondisi berbeda dengan menggunakan metode mark-recapture dan menentukan keragaman ukuran serta kepadatan populasi.

 

 

  • Metode Penelitian

Carag alam Telaga Ranjeng memiliki luas 48,5 Hektare. Perairan tersebut dihuni oleh beberapa speseies seperti Ikan Lele (Clarias sp.)   dan Ikan Mas (Cyprinus carpio). Jumlah kedua spesies belum diketahui secara pasti.

600 buah perangkap dengan mess-size  34 mm dipasang secara acak sepanjang garis danau  pada kedalaman 3,  7 dan 7 m. Dua musim penarikan contoh yaitu Agustus dan  September 2016.  Jaring dipasang pada sore hari dan diangkat pada hari ketiga. Hal ini  dilakukan karena Clarias sp.  merupakan spesies nokturnal.  Setelah diangkat, jaring diletakkan kembali  pada posisi semula. Area penelitian sekitar 1000 m sepanjang garis tepi bagian timur danau.

 

Metode Lincoln-Petersen atau biasa dikenal dengan Indeks Lincoln digunakan untuk  menduga ukuran populasi  tertangkap  pada  studi ini. Waktu pengambilan contoh dilakukan  pada 4 kondisi berbeda yaitu 2 kali di bulan Agustus dan 2 kali di bulan Semptember 2016.

 

Modifikasi Chapman dari persamaan Lincoln-Peterseon  yang  diterapkan untuk

menduga ukuran populasi pada studi ini adalah:

 

 

 

 

 

 

Dimana N adalah penduga tak bias ukuran populasi pada waktu penandaan, m adalah  jumlah lobster bertanda, c adalah jumlah tangkapan total dan r adalah jumlah lobster bertanda  yang tertangkap kembali.

 

Kepadatan dihitung dengan formula D= N/A , dimana  N adalah ukuran populai dan A adalah luasan area cakupan populasi lobster. Analisis statistik menggunakan SPSS. Perbedaan  laju tertangkap kembali dianalisis dengan  uji  chi-square. Perbedaan ukuran populasi antara  dua kondisi pengambilan contoh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam satu arah. Uji lanjut beda nyata terkecil digunakan untuk menentukan perbedaan rata-rata panjang dan rata-rata bobot atara jantan dan betina pada taraf nyata 0,05.

 

 

  1. Daftar Pustaka

Nijiyati, S. 1999. Memelihara Ikan Lele Dumbo Di Kolam Taman. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Riyanto,S., W.I. Padang. dan Peni.2010.Tabloid Agrina. Vol. 5, No.122.

SAMPLING IKAN

Earl Babbie (1986) dalam bukunya The Practice of Social Research, mengatakan “Sampling is the process of selecting observations” (Sampling adalah proses seleksi dalam kegiatan observasi). Proses seleksi yang dimaksud di sini adalah proses untuk mendapatkan sampel. Sampling adalah proses dan cara mengambil sampel/ contoh untuk menduga keadaan suatu populasi.  Contoh serangga diambil dari suatu area untuk diduga berbagai karakteristik populasinya seperti kepadatan populasi,  sebarannya dalam habitat, jumlah relatif masing-masing stadia, dan fluktuasi jumlah serangga menurut waktu.  Penarikan contoh diperlukan karena tidak mungkin pengamatan terhadap keseluruhan populasi dilakukan. (Sudjana,2005)

 

Menurut Sugiyono (2011), teknik sampling pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability sampling dan Nonprobability Sampling.

 

  1. Probability Sampling Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsure (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Jenis-jenis Probability sampling:
  2. Simple Random Sampling

Simple random sampling ialah cara pengambilan sampel dari anggota  populasi secara acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) yang ada dalam anggota populasi tersebut. Hal ini dilakukan apabila anggota  populasi dianggap homogen (sejenis). Pengambilan sampel acak sederhana dapat dilakukan dengan cara undian, memilih bilangan dari daftar bilangan secara acak, dsb.

  1. Proportionate Stratified Random Sampling ialah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara proporsional. Dilakukan ini apabila ada anggota  populasi yang tidak sejenis (heterogen).
  2. Disproportionate stratified random sampling

ialah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan  berstrata tetapi ada sebagian data yang kurang proporsional  pembagiannya. Dilakukan ini apabila anggota populasi heterogen.

  1. Area sampling

ialah teknik sampling yang dilakukan dengan cara mengambil wakil dari setiap wilayah atau daerah geografis yang ada.

 

  1. Non Propability Sampling Adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsure atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Jenis-jenis Non Probability Sampling

 

  1. Sampling Sistematis Adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.
  2. Sampling Kuota Adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
  3. Sampling insidental Adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
  4. Sampling Purposive Adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau penelitian- penelitian yang tidak melakukan generalisasi.
  5. Sampling Jenuh Adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relative kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.
  6. Snowball Sampling Adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar

Pada praktikum ini digunakan Random sampling. Sampling ini digunakan jika populasi dianggap homogen berdasarkan kriteria tertentu. Pengambilan unit sampel dari sampling frame dapat dilakukan dengan undian maupun dengan pertolongan bilangan random. Kelebihan teknik sampling ini adalah pelaksanaannya mudah, namun kelemahannya yaitu letak populasi jauh dan menyebar. (Zainuddin, 2011)

Menurut prijana (2005) , Untuk mendapatkan sample yang baik maka diperlukam metode pemilihan atau pengambilan sample (sampling) yang baik.Adapun syarat-syarat pengambilan sample yang baik adalah sebagai berikut :

  1. Prosedurnya sederhana dan mudah dilaksakan
  2. Dapat memilih sample yang representatif
  3. Efisien dalam penggunaan sumber daya
  4. Dapat memeberikan informasi yang sebanyak-banyaknya mengenai sample

 

Menurut Hartanto (2003), manfaat menggunakan metode sampling adalah sebagai berikut:

  1. Dapat menghindari kerugian, jika dalam pengumpulan data objek penelitian harus “dirusak”.
  2. Kesimpulan umum (tentang populasi) diperoleh dengan relatif murah, cepat dan dapat dipertanggungjawabkan.
  3. Tingkat kesalahan pada kesimpulan umum dapat diperhitungkan, yaitu melalui penghitungan sampling error
  4. Validitas informasi atau validitas pengukuran dapat ditingkatkan, karena dapat dilakukan kontrol terhadap variabel-variabel tertentu, sehingga hasilnya lebih teliti.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

BABBIE, Earl R.1986. The practice of social research. Belmont. Nashville

Hartanto, R. (2003). Modul metodologi penelitian. Universitas Diponegoro. Semarang:

Prijana. (2005).  Metode Sampling Terapan Untuk Penelitian Sosial.Humaniora, Bandung.

Sudjana, (2005) Metoda Statistika, Bandung: Penerbit Tarsito.

Sugiyono, (2011).Statistika untuk Penelitian, Bandung: Penerbit Alfabeta.

Zainuddin, M. (2011). Metodologi penelitian kefarmasian dan kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press.