PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DAN PADAT DI UNIT PENGOLAHAN BANDENG JOGJA

MAKALAH KUNJUNGAN

PRAKTIKUM MANAJEMEN LIMBAH INDUSTRI PERIKANAN

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DAN PADAT DI UNIT PENGOLAHAN

BANDENG JOGJA

KELOMPOK 7

Ahmad Syaifullah                   14/365119/PN/13686

Syifa Aulia Rahma                 14/365142/PN/13699

Anisa Nada Farhah                 14/365172/PN/13718

Akhmad Awaludin A             14/369621/PN/13935

 

 

LABORATORIUM MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN

DEPARTEMEN PERIKANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2017

  1. PENDAHULUAN

 

  • Latar Belakang

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam krisis ekonomi yang terjadi di negara kita sejak beberapa waktu yang lalu, dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktivitasnya, sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut. Mengingat pengalaman yang telah dihadapi oleh Indonesia selama krisis, kiranya tidak berlebihan apabila pengembangan sektor swasta difokuskan pada UKM, terlebih lagi unit usaha ini seringkali terabaikan hanya karena hasil produksinya dalam skala kecil dan belum mampu bersaing dengan unit usaha lainnya

Limbah industri perikanan baik skala rumah tangga dan skala besar berpotensi menimbulkan pencemaran karena mengadung protein dan lemak yang bersifat terlarut, tersuspensi dan mudah terurai. Bentuk pencemaran yang timbul dan dikeluhkan masyarakat akibat industri perikanan adalah pencemaran air tanah dan air permukaan, pencemaran udara berupa bau busuk dan debu/partikel, perubahan peruntukan badan air (terutama air sungai untuk kebutuhan mandi, minum dan budidaya biota air), kematian massal biota air budidaya (ikan dan udang), konflik kepentingan dan bentuk pencemaran lainnya (Sahubawa, 2011). Limbah yang masih memiliki kualitas yang baik dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan bagi manusia, limbah yang kualitasnya telah menurun hanya dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak atau limbah yang telah membusuk tidak dapat dimanfaatkan sehingga dapat menjadi pencemar bagi lingkungan (Mahida, 1984).

Salah satu contoh industri skala rumah tangga yang bergerak di bidang pengolahan hasil perikanan yang cukup berkembang adalah UKM Bandeng Jogja. UKM ini merupakan industri skala rumah tangga yang mengolah ikan bandeng menjadi berbagai produk olahan. Kunjungan yang dilakukan ke UKM Bandeng Jogja dilakukan untuk mengetahui sistem pengolahan limbah yang dilakukan oleh UKM tersebut.

 

  • Tujuan
  1. Mengetahui sejarah dan profil UKM Bandeng Jogja.
  2. Mengetahui teknik penanganan limbah cair di UKM “Bandeng Jogja”.
  3. Mengetahui teknik penanganan limbah padat di UKM “Bandeng Jogja”.

 

  • Manfaat
  1. Mahasiswa dapat mengatahui bagaimana proses pengolahan limbah yang dilakukan oleh industri skala rumah tangga berbasis perikanan di Yogyakarta.
  2. Mahasiswa dapat menerapkan pengolahan limbah sederhana yang dilakukan oleh industri skala rumah tangga atau UKM.


 

  1. TINJAUAN PUSTAKA

 

  • Limbah Industri Perikanan

Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis (Kristanto, 2013). Limbah industri adalah semua jenis bahan sisa atau bahan buangan yang berasal dari hasil saming suatu proses perindustrian. Limbah industri dapat menjadi limbah yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup dan manusia (Palar, 2004).

Limbah merupakan sisa dan atau hasil sampingan dari kegiatan atau industri perikanan (tangkap, budidaya dan pengolahan) yang dibuang ke lingkungan, baik yang melalui proses penanganan atau tidak (Sahubawa, 2011). Menurut Colic et al. (2011), tipe utama dari limbah yang ditemukan pada industri pengolahan perikanan adalah darah, kulit, kepala ikan, sisik, tulang ataupun sisa daging yang menempel pada tulang. Suyasa (2011) menyebutkan limbah pengolahan hasil perikanan dapat berbentuk padatan, cairan atau gas. Limbah berbentuk padat berupa potongan daging ikan, sisik, insang, atau saluran pencernaan. Limbah ikan yang berbentuk cairan antara lain darah, lendir dan air cucian ikan. Sedangkan limbah ikan yang berbentuk gas adalah bau.

Menurut Setiawan (2015), berdasarkan dari wujud limbah yang dihasilkan, limbah dibagi menjadi tiga yaitu limbah padat, limbah cair dan gas. Limbah yang dihasilkan dari proses atau kegiatan industri antara lain:

  1. Limbah Padat

Limbah  padat  industri  menurut  Kristanto  (2013)  secara  garis  besar diklasifikasikan  menjadi  limbah  padat  yang  mudah  terbakar,  limbah  padat  yang tidak  mudah  terbakar,  limbah  padat  yang  mudah  membusuk,  debu,  lumpur  dan limbah  yang  dapat  di  daur  ulang. Adapun kategori untuk limbah padat pada industri adalah:

  1. Limbah padat  non  B3  (bahan  berbahaya  dan  beracun)  diantaranya  lumpur, boiler ash, spare part alat berat dan sebagainya.
  2. Limbah padat B3 (bahan berbahaya dan beracun). Menurut PP    18  tahun  1999,  limbah  bahan  berbahaya  dan  beracun, disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan  berbahaya  dan/atau  beracun  yang  karena  sifat  dan/atau  konsentrasinya dan/atau  jumlahnya,  baik  secara  langsung  maupun  tidak  langsung,  dapat mencemarkan  dan/atau  merusakkan  lingkungan  hidup,  dan/atau  dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. Limbah yang termasuk sebagai limbah B3 memiliki karakteristik antara lain mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi dan bersifat korosif.
  3. Limbah Cair

Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air dalam sistem prosesnya. Disamping itu ada pula bahan baku mengandung air sehingga dalam proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikat dalam proses pengolahan kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu bahan sebelum diproses lanjut. Air ditambah bahan kimia tertentu kemudian diproses dan setelah itu dibuang. Semua jenis perlakuan ini mengakibatkan buangan air.

Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan merupakan salah satu penyumbang limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan. Industri-industri besar, seperti industri pulp dan kertas, teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya mungkin sudah  memadai, namun tidak demikian lagi industri kecil atau sedang. Namun demikian, mengingat penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan limbah cair bagi lingkungan, penting bagi sektor industri kehutanan untuk memahami dasar-dasar teknologi pengolahan limbah cair. Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan yaitu pengolahan secara fisika, pengolahan secara kimia dan pengolahan secara biologi (Kaul & Gautam, 2002).

 

 

  1. Limbah Gas

Limbah gas adalah limbah zat (zat buangan) yang berwujud gas (Setiawan, 2015). Kondisi udara di dalam atmosfer tidak pernah ditemukan dalam  keadaan bersih,  melainkan  sudah  tercampur  dengan  gas-gas  lain  dan  partikel-partikel yang  tidak  kita  perlukan  (Fachry et al.,  2013).  Jenis  bahan  pencemar  yang  paling sering  dijumpai  ialah  karbon  monoksida  (CO),  nitrogen  dioksida  (NO2),  sulfur dioksida  (SO2),  komponen  organik  terutama  hidrokarbon  dan  substansi  partikel (Darmono, 2001).

 

  • Sistem Penanganan Limbah Cair Industri Perikanan

Pengolahan  air  limbah  dapat  dilakukan  secara  alamiah maupun  peralatan.  Pengolahan  air  limbah  secara  alamiah  biasanya  dilakukan dengan  bantuan  kolam  stabilisasi.  Pengolahan  air  limbah  dengan  bantuan peralatan  biasanya  dilakukan  pada  instalasi  pengolahan  air  limbah/IPAL (Waste Water Treatment Plant) (Mulia, 2005).

Menurut Kristanto (2013), berdasarkan  karakteristik  dari  limbah,  proses  proses  pengolahan  dapat digolongkan  menjadi  tiga  bagian,  yaitu  proses  fisika,  kimia,  dan  biologi.

  1. Proses fisika

Perlakuan  terhadap  air  limbah  dengan  cara  fisika  adalah  proses pengolahan secara mekanis dengan atau tanpa penambahan bahan kimia. Proses tersebut diantaranya adalah:

  1. Penyaringan, agar padatan yang larut dan bahan kasar lainnya terpisah.
  2. Penghancuran, agar  padatan  yang  larut  menjadi  butir  yang  lebih  kecil dan seragam.
  3. Perataan air,  dapat  dilakukan  dengan  dua  cara  yaitu  perataan  aliran  dengan mengubah sistem saluran dan dengan membuat kolam. Tujuan daripada kedua cara ini adalah agar terdapat keseragaman aliran pada saat terjadi percampuran dengan bahan kimia, sehingga memudahkan pengolahan lanjut.
  4. Penggumpalan, partikel yang tak larut di dalam air akan terapung di atas permukaan air atau membentuk endapan di dasar wadah. Penambahan zat kimia tertentu membuat partikel ini akan beraksi membentuk suatu gumpalan sehingga dimensi partikel menjadi lebih besar dan karena pengaruh gravitasi maka partikel tersebut akan mengendap. Bahan  kimia  yang  digunakan  untuk  penggumpalan,  misalnya aluminum sulfat atau ferro sulfat. Untuk mempercepat  reaksi pada umumnya digunakan bantuan pengaduk yang kecepatannnya dapat diatur.
  5. Sedimentasi, untuk mengendapkan bahan lain yang tidak ikut bereaksi.
  6. Pengapungan, dalam proses  ini  digunakan  bantuan  pompa  kompresor  untuk  memasukkan udara  ke  dalam  air,  tujuannya  agar  bahan-bahan  lemak  dan  minyak  dengan cepat naik ke permukaan air. Pemasukan udara ke dalam air akan menciptakan gelembung-gelembung  yang  melekat  pada  suatu  partikel  dan  dibawa  naik  ke permukaan air.
  7. Filtrasi, merupakan proses penyaringan padatan halus yang tidak mengendap walaupun sudah ditambahkan  bahan    Penyaringan  ini  menggunakan  media  seperti pasir, kerikil dan karbon aktif.
  8. Proses Kimia
  9. Pengendapan dengan bahan kimia.

Bahan pencemar yang dapat dikurangi atau dihilangkan adalah:

  • fosfat terlarut dapat direduksi jika konsentrasinya kurang dari 1 mg/l dengan bahan aluminium feri sulfat;
  • beberapa kalsium, magnesium, silica dapat dihilangkan dengan NaOH;
  • beberapa logam berat dapat dihilangkan dengan kapur (lime);
  • pengurangan bakteri  virus  dapat  dicapai  dengan  kapur  pada  kondisi  pH 10,5-11,5 dengan cara penggumpalan dan sedimentasi.
  1. Proses dengan lagon

Lagon  atau  kolam  sering  digunakan  sebagai  reactor  biological.  Lagon dilengkapi dengan peralatan aerasi baik secara alamiah, atau memberikan udara dengan menggunakan kompresor jika dalam kolam tumbuh alga.

  1. Netralisasi

Air  limbah  yang  terdapat  dalam  kondisi  asam  atau  basa  membutuhkan netralisasi sebelum dan sesudah perlakuan (treatment).

  1. Sedimentasi

Proses  ini  menggunakan  bantuan  koagulan  (zat  pengendap).  Tujuan  utama proses sedimentasi melalui proses kimia adalah untuk menghilangkan padatan tersuspensi.

  1. Oksidasi dan reduksi
  2. Klorinasi
  3. Oksidasi fenol dan sulfur
  4. Proses biologi
  5. Pengolahan cara  anaerob,  melalui  reaktor  aerobik yang  berfungsi  untuk mengubah  bahan  organik  menjadi  air  dan  karbon dioksida  dalam  keadaan tersedia oksigen.
  6. Pengolahan cara  anaerob,  mengubah  bahan  organik  dalam  limbah  cair  tanpa ada oksigen.
  7. Proses fisika-kimia-biologi

Ada  diantara  bahan-bahan  yang  tidak  dapat  dihilangkan  atau  diendapkan dengan penambahan basa atau asam. Karena itu gabungan proses kimia-fisika- biologi  amat  dibutuhkan  untuk  meningkatkan  efesiensi  peralatan  pengolahan. Proses  kimia  meliputi  netralisasi,  oksidasi  dan  reduksi,  pengendapan  dengan bahan kimia tambahan untuk mengikat bahan pencemar kimia anorganik. Proses fisika menekankan pengolahan pada unsur fisik bahan pencemar, misalnya ukuran bahan yang terlalu kasar dan padat, banyaknya minyak yang bercampur.

  1. Pengolahan lanjut

Seringkali  proses  pengolahan  limbah  pada  proses  fisika-kimia-biologi tidak memberikan hasil yang memuaskan. Proses lanjutan ini terdiri dari beberapa pilihan proses, yaitu stripping udara, karbon aktif, absorbsi dan regenerasi.

Menurut Sahubawa (2011), teknik penanganan limbah cair adalah sebagai berikut:

  1. Teknik penanganan primer

Proses penanganan air buangan primer pada prinsipnya terdiri dari tahap-tahap untuk air limbah padatan, yaitu dngan cara membiarkan padatan tersebut mengendap atau memisahkan bagian-bagian padatan yang mengapung seperti plastik, kertas dan sebagainya. Tahapan dalam proses penanganan primer antara lain: penyaringan, pengendapan dan pemisahan benda-benda kecil, dan pemisahan endapan. Proses ini sering disebut sebagai proses penanganan air limbah secara fisik yng dapat menghilangkan lebih kurang 1/3 BOD dan padatan tersuspensi (TSS) serta dari beberapa persen dari komponen organik dan nutrient tanaman yang ada.

  1. Teknik penanganan sekunder

Proses penanganan sekunder, dikenal dua macam proses yang digunakan, yaitu “proses penyaringan trikel” dan “lumpur aktif” (activated sludge). Penyaringan trikel dibentuk oleh lapisan aktif yang terdiri dari batu dan kerikil ddengan tinggi 90 cm hingga 3 m, dimana bakteri akan berkembang biak pada batu dan kerikil tersebut sehingga jumlahnya cukup untuk mendegradasi sebagian bahan organik yang terdapat pada air limbah saat air limbah tersebut dialirkan. Proses semacam ini mampu mengurangi TSS dan BOD sebanyak 80-85%. Sistem “lumpur aktif” dibuat dengan memasukkan lumpur yang mengandung bakteri ke dalam tangka aerasi dan diberikan aerasi dari bawah tangka, sehingga akan lebih banyak konta dengan air buangan/limbah yang masuk ke tangka tersebut. Sistem ini dapat menghilangkan TSS dan BOS sampai 90%.

  1. Teknik penanganan tersier

Beberapa macam proses penanganan tersier yang dapat diterapkan setelah proses penanganan primer dan sekunder dilakukan antara lain yaitu absorbs dan pengendapan, elektroodialisis, osmosis berlawanan dan klorinasi.

 

 

  • Pemanfaatan Limbah Padat Industri Perikanan

Limbah padat perikanan merupakan limbah padat yang tidak menimbulkan zat-zat beracun bagi lingkungan, namun merupakan limbah padat yang mudah membusuk, sehingga menyebabkan bau yang sangat menyengat. Limbah padat dapat berupa kepala, kulit, tulang ikan, potongan daging ikan, sisik, insang atau saluran pencernaan (Sugiharto, 1987).

Pemanfaatan limbah daging ikan dari industri fillet dapat berupa limbah daging ikan hasil sortiran yang tidak memenuhi standar karena rusak akibat memiliki celah atau rongga di antara daging sehingga otot daging menjadi terpisah dan daging masih menempel pada tulang (Rostini, 2013). Limbah jeroan ikan yang umumnya banyak pada setiap industri perikanan dapat dimanfaatkan sebagai biodiesel. Pemanfaatan ini dapat digunakan sebagai alternatif bahan bakar pengganti dari bahan yang terbarukan (Harahap et al., 2013).

Tulang ikan merupakan salah satu limbah hasil pengolahan perikanan yang dapat dimanfaatkan sebagai tepung untuk bahan pangan. Pemanfaatan tepung tulang ikan dapat dilakukan dalam bentuk pengayaan (enrichment) sebagai salah satu upaya fortifikasi zat gizi dalam makanan. Tulang ikan banyak mengandung garam mineral dari garam fosfat seperti kalsium fosfat (Elfauziah, 2003).

Kulit ikan terdiri dari daerah punggung, perut dan ekor sesuai dengan bentuk badannya. Kulit tersusun dari komponen kimia protein, lemak, air dan mineral. Kulit ikan merupakan penghalang fisik terhadap perubahan lingkungan serta serangan mikroba dari luar tubuh. Kulit ikan merupakan salah satu bagian pada ikan yang banyak dimanfaatkan selain dagingnya. Kulit ikan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pagan maupun nonpangan. Kulit ikan banyak digunakan sebagai bahan baku dalam proses pembuatan kerupuk kulit ikan, gelatin, kulit olahan, tepung ikan, serta sumber kolagen untuk kosmetik. Kandungan protein kolagen yang terdapat pada kulit ikan yaitu sebesar 41-84% (Judoamidjojo, 1981).

 

 

  • Contoh Produk Hasil Pemanfaatan Limbah Industri Perikanan

Limbah industri perikanan dapat dimanfaatkan menjadi beberapa jenis produk, contohnya sebagai berikut:

  • Tepung Tulang Ikan

Tepung tulang ikan menurut Wini (2006) merupakan produk olahan yang berasal dari limbah tulang ikan yang biasanya tidak dimanfaatkan dan diolah dengan dikeringkan dan dijadikan tepung. Tepung tulang ikan merupakan salah satu sumber kalsium yang tinggi yang dapat diperoleh dari tepung tulang yang menjadi limbah. Moelyanto (1982) menyatakan tepung ikan yang bermutu baik harus mempunyai sifat-sifat yakni memiliki butiran-butiran yang seragam, bebas dari sisa-sisa tulang, mata ikan dan benda asing lainnya. Mutu tepung ikan merupakan atribut tingkat penerimaan dan daya terima panelis terhadap tepung ikan tersebut.

  • Kecap Ikan

Salah satu limbah yang dihasilkan dalam pengolahan hasil perikanan adalah jeroan ikan. Jeroan ikan didapatkan pada tahap penyiangan untuk membersihkan dan membuang saluran pencernaan yang merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri pembusuk, sehingga diusahakan untuk segera dihilangkan dari ikan. Kecap  ikan  merupakan  salah  satu  produk bahan  makanan  hasil  olahan  melalui  proses fermentasi yang dibuat dari ikan maupun limbah ikan  mempunyai  rasa  dan  bau  yang  khas  serta daya  simpannya  lama  (Purwaningsih & Nurjanah,  1995).  Secara  tradisional,  kecap  ikan diproduksi  dengan  pencampuran  antara  garam dengan  dua  atau  tiga  bagian  ikan  dan  di fermentasi  pada  suhu  lingkungan  (±30oC) selama  6-12  bulan  atau  bahkan  lebih (Lopetcharat et al., 2001).

 

 


 

  • METODOLOGI PRAKTIKUM

 

Metodologi yang digunakan dalam praktikum kunjungan adalah:

  1. Studi pengamatan langsung di industri perikanan
  2. Wawancara dengan pihak industri perikanan
  3. Pengumpulan data dan informasi mengenai sistem penanganan limbah cair dan pengambilan limbah padat industri perikanan
  4. Studi pustaka dan inovasi pemanfaatan limbah padat industri perikanan.


 

  1. HASIL DAN PEMBAHASAN

 

  • Hasil

Berikut merupakan bagan alir pengolahan ikan bandeng hingga pengolahan limbah di UKM Bandeng Jogja:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  • Pembahasan
    • Profil UKM Bandeng Jogja

Bandeng Jogja merupakan  salah satu usaha kecil menengah yang berfokus pada pengolahan berbahan dasar ikan bandeng. UKM ini berdiri sejak tahun 2014 dengan lokasi pengolahan mulanya di Bantul. Pada bulan Desember 2015 proses pengolahan dipindahkan ke Semarang. Hal tersebut dilakukan setelah melakukan analisis usaha yang mana ketika pengolahan dilakukan di Semarang akan menghasilkan keuntungan lebih besar. Bahan baku bandeng yang digunakan berasal dari Semarang tepatnya daerah Juana, Pati. UKM Bandeng Jogja memiliki kapasitas produksi sebesar 40-50 kg bahan baku setiap harinya. Berbagai jenis olahan yang dihasilkan dari bahan baku ikan bandeng antara lain bandeng presto, pepes, abon, otak-otak dan stik duri bandeng.

  • Pengolahan Limbah

Limbah yang dihasilkan dari proses produksi di UKM Bandeng Jogja dibagi menjadi 2 jenis limbah yaitu limbah cair dan limbah padat. Limbah cair dihasilkan dari proses pencucian ikan, darah ikan, air sisa presto dan air sisa pengukusan. Sementara limbah padat dihasilkan dari bagian tubuh yang tidak digunakan seperti kepala, tulang, duri dan jeroan dan insang ikan.

  1. Limbah Cair

Bahan baku ikan bandeng dicuci menggunakan air bersih sebelum dilakukan pengolahan. Air sisa cucian, air sisa presto dan air sisa pengukusan ditampung melalui saluran pembuangan rumah tangga. Semua air sisa tersebut kemudian ditampung pada sebuah sistem septic tank yang sebelumnya telah dilakukan penyaringan untuk memisahkan limbah padatan dengan limbah cair. Mekanisme pembuangan limbah cair tersebut ke lingkungan yaitu melalui penyerapan ke tanah. Setelah air limbah ditampung ke dalam septic tank, selanjutnya disalurkan ke tanah untuk dirembeskan.

Mekanisme perembesan tersebut dijelaskan oleh Gambar 1.

Gambar 1. Proses peresapan air limbah ke lingkungan

 

  1. Limbah Padat

Limbah padat yang dihasilkan oleh UKM Bandeng Jogja adalah sisa dari proses pengolahan otak-otak dan abon bandeng. Pada proses pembuatan otak-otak bagian yang digunakan hanya daging, begitu pula pada proses pembuatan abon ikan bandeng. Limbah kepala, tulang dan duri ikan bandeng diolah menjadi produk stik yang memiliki nilai ekonomi. Untuk limbah jeroan ikan bandeng tidak dilakukan pengolahan. Limbah jeroan bandeng dikumpulkan pada plastik kresek kemudian dibuang pada tempat pembuangan umum.

Pembuatan stik duri bandeng sebagai olahan limbah dilakukan dengan mengumpulkan semua tulang, kepala dan duri pada plastik kemudian disimpan pada freezer. Ketika jumlah limbah tersebut telah mencapai 2-3 kg selanjutnya dilakukan pembuatan tepung tulang ikan. Tepung tulang ikan tersebut dibuat melalui proses penggilingan semua limbah yang meliputi kepala, tulang dan duri dengan mesin penggiling hingga dihasilkan tepung yang masih basah. Setelah itu hasil gilingan dilakukan pengeringan untuk mengurangi kadar air dengan dijemur pada sinar matahari selama 2-3 hari pada kondisi cuaca normal.

Setelah bahan baku tepung tulang dihasilkan, dilakukan proses pembuatan stik. Pembuatan stik menggunakan adonan dari campuran tepung terigu dan tepung tulang ikan (menggantikan tepung beras) yang ditambah dengan gula, garam, bumbu-bumbu dan minyak kelapa hingga kalis. Setelah adonan dibuat, dilakukan pencetakan menggunakan alat giling dan menghasilkan adonan yang memanjang kemudian dipotong dengan panjang kurang lebih 9 cm. Adonan tersebut kemudian digoreng pada minyak hingga warnanya agak kecoklatan. Kemudian stik ditiriskan hingga siap untuk dikemas. Stik siap dikemas ke dalam kemasan plastik food grade yang telah diberi label. Produk stik duri bandeng dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Produk Stik Duri Bandeng UKM Bandeng Jogja


 

  1. KESIMPULAN DAN SARAN

 

  1. Kesimpulan
  2. UKM Bandeng Jogja merupakan unit pengolahan ikan yang berfokus pada pengolahan berbagai produk bandeng seperti bandeng presto, otak-otak, pepes, abon dan stik duri bandeng. UKM Bandeng Jogja berdiri sejak 2014 yang hingga saat ini memiliki kapasitas produksi sebesar 40-50 kg/hari.
  3. Teknik penanganan limbah cair pada UKM Bandeng Jogja yaitu dengan menampung semua limbah cair pada septic tank kemudian diresapkan melalui tanah.
  4. Teknik pengolahan limbah padat pada UKM Bandeng Jogja meliputi limbah tulang, kepala dan duri yang diolah menjadi produk stik duri bandeng. Sedangkan limbah jeroan dan insang tidak dilakukan pengolahan melainkan dibuang langsung ke tempat pembuangan sampah.

 

  1. Saran
  2. Dalam penyusunan makalah hendaknya digunakan data primer yang lebih lengkap
  3. Perlu dilakukannya dokumentasi lebih lengkap
  4. Analisis usaha yang berkaitan dengan produk limbah perlu dicantumkan untuk melengkapi.

 

DAFTAR PUSTAKA

Colic, M., W. Murse, J. Hicks, A. Lechter dan J.D. Miller. 2011. Case Study: Fish Processing Plant Wastewater Treatment. Clean Water Technology, inc: Coleta, CA.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya dengan Senyawa Toksikologi Logam. UI Press. Jakarta.

Elfauziah, R. 2003. Pemisahan Kalsium dari Tulang Kepala Ikan Patin (Pangasius sp.). Skripsi.

Fachry,  A.N.,  A.N. Darda,  dan I.  Sumantri. 2013. Pengolahan  Limbah  Cair Industri  Jamu  dan  Farmasi  Menggunakan  Anaerobic  Baffled  Reactor secara  Shock  Loading  dalam  Upaya  Menghasilkan  Biogas. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. 2(3):121-129.

Harahap, M.F., Tamrin, dan S. Bahri. 2013. Pengolahan Limbah Ikan Patin Menjadi Biodiesel. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup. Universitas Riau. Riau.

Judoamidjojo, R.M. 1981. Teknik Penyamakan Kulit Untuk Pedesaan. Angkasa Putra. Bandung.

Kaul, S.N. dan A. Gautam. 2002. Water and Wastewater Analysis. Daya Publishing House. Delhi.

Kristanto, P. 2013. Ekologi Industri. Andi Offset. Yogyakarta.

Lopetcharat, K., Y.J. Choi, J.W. Park, and M.A. Daeschel. 2001. Fish Sauce Products and  Manufacturing: a Review. Food Reviews International. 17:65-68.

Mahida, U.N. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah. Rajawali. Jakarta.

Moeljanto, R., 1982. Penggaraman dan Pengeringan Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Mulia, R.M. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta.

Purwaningsih, S. dan Nurjanah. 1995. Pembuatan Kecap Ikan secara Kombinasi Enzimatis dan Fermentasi dari Jeroan Ikan Tuna (Thunus sp.). Buletin Teknologi Hasil Perikanan. 1(1):14-18.

Rostini, I. 2013. Pemanfaatan Daging Limbah Fillet Ikan Kakap Merah Sebagai Bahan Baku Surimi Untuk Produk Perikanan. Jurnal Akuatika. 4(2).

Sahubawa, L. 2011. Bahan Ajar Edisi 2011: Manajemen Limbah Industri Perikanan. Departemen Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Setiawan, B. 2015. Pengertian Limbah. (https://ilmulingkungan.com/pengertian-limbah/). Diakses pada 30 maret 2017.

Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Suyasa, I.W. dan W. Dwijani. 2011. Pengaruh Penambahan Urea, Kompos Cair dan Campuran Kompos dengan Gula Terhadap Kandungan BOD dan COD Pada Pengolahan Air Limbah Pencelupan. Laboratorium Kimia Lingkungan FMIPA Universitas Udayana. Ecotrophic. 4(1):62-65.

 

 

Agustyar

Mahasiswa perikanan UGM 2014

Leave a Reply

Your email address will not be published.