MAKALAH KUNJUNGAN
PRAKTIKUM MANAJEMEN LIMBAH INDUSTRI PERIKANAN
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DAN PADAT DI UNIT PENGOLAHAN
BANDENG JOGJA
KELOMPOK 7
Ahmad Syaifullah 14/365119/PN/13686
Syifa Aulia Rahma 14/365142/PN/13699
Anisa Nada Farhah 14/365172/PN/13718
Akhmad Awaludin A 14/369621/PN/13935
LABORATORIUM MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN
DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
- PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam krisis ekonomi yang terjadi di negara kita sejak beberapa waktu yang lalu, dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktivitasnya, sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut. Mengingat pengalaman yang telah dihadapi oleh Indonesia selama krisis, kiranya tidak berlebihan apabila pengembangan sektor swasta difokuskan pada UKM, terlebih lagi unit usaha ini seringkali terabaikan hanya karena hasil produksinya dalam skala kecil dan belum mampu bersaing dengan unit usaha lainnya
Limbah industri perikanan baik skala rumah tangga dan skala besar berpotensi menimbulkan pencemaran karena mengadung protein dan lemak yang bersifat terlarut, tersuspensi dan mudah terurai. Bentuk pencemaran yang timbul dan dikeluhkan masyarakat akibat industri perikanan adalah pencemaran air tanah dan air permukaan, pencemaran udara berupa bau busuk dan debu/partikel, perubahan peruntukan badan air (terutama air sungai untuk kebutuhan mandi, minum dan budidaya biota air), kematian massal biota air budidaya (ikan dan udang), konflik kepentingan dan bentuk pencemaran lainnya (Sahubawa, 2011). Limbah yang masih memiliki kualitas yang baik dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan bagi manusia, limbah yang kualitasnya telah menurun hanya dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak atau limbah yang telah membusuk tidak dapat dimanfaatkan sehingga dapat menjadi pencemar bagi lingkungan (Mahida, 1984).
Salah satu contoh industri skala rumah tangga yang bergerak di bidang pengolahan hasil perikanan yang cukup berkembang adalah UKM Bandeng Jogja. UKM ini merupakan industri skala rumah tangga yang mengolah ikan bandeng menjadi berbagai produk olahan. Kunjungan yang dilakukan ke UKM Bandeng Jogja dilakukan untuk mengetahui sistem pengolahan limbah yang dilakukan oleh UKM tersebut.
- Tujuan
- Mengetahui sejarah dan profil UKM Bandeng Jogja.
- Mengetahui teknik penanganan limbah cair di UKM “Bandeng Jogja”.
- Mengetahui teknik penanganan limbah padat di UKM “Bandeng Jogja”.
- Manfaat
- Mahasiswa dapat mengatahui bagaimana proses pengolahan limbah yang dilakukan oleh industri skala rumah tangga berbasis perikanan di Yogyakarta.
- Mahasiswa dapat menerapkan pengolahan limbah sederhana yang dilakukan oleh industri skala rumah tangga atau UKM.
- TINJAUAN PUSTAKA
- Limbah Industri Perikanan
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis (Kristanto, 2013). Limbah industri adalah semua jenis bahan sisa atau bahan buangan yang berasal dari hasil saming suatu proses perindustrian. Limbah industri dapat menjadi limbah yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup dan manusia (Palar, 2004).
Limbah merupakan sisa dan atau hasil sampingan dari kegiatan atau industri perikanan (tangkap, budidaya dan pengolahan) yang dibuang ke lingkungan, baik yang melalui proses penanganan atau tidak (Sahubawa, 2011). Menurut Colic et al. (2011), tipe utama dari limbah yang ditemukan pada industri pengolahan perikanan adalah darah, kulit, kepala ikan, sisik, tulang ataupun sisa daging yang menempel pada tulang. Suyasa (2011) menyebutkan limbah pengolahan hasil perikanan dapat berbentuk padatan, cairan atau gas. Limbah berbentuk padat berupa potongan daging ikan, sisik, insang, atau saluran pencernaan. Limbah ikan yang berbentuk cairan antara lain darah, lendir dan air cucian ikan. Sedangkan limbah ikan yang berbentuk gas adalah bau.
Menurut Setiawan (2015), berdasarkan dari wujud limbah yang dihasilkan, limbah dibagi menjadi tiga yaitu limbah padat, limbah cair dan gas. Limbah yang dihasilkan dari proses atau kegiatan industri antara lain:
- Limbah Padat
Limbah padat industri menurut Kristanto (2013) secara garis besar diklasifikasikan menjadi limbah padat yang mudah terbakar, limbah padat yang tidak mudah terbakar, limbah padat yang mudah membusuk, debu, lumpur dan limbah yang dapat di daur ulang. Adapun kategori untuk limbah padat pada industri adalah:
- Limbah padat non B3 (bahan berbahaya dan beracun) diantaranya lumpur, boiler ash, spare part alat berat dan sebagainya.
- Limbah padat B3 (bahan berbahaya dan beracun). Menurut PP 18 tahun 1999, limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. Limbah yang termasuk sebagai limbah B3 memiliki karakteristik antara lain mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi dan bersifat korosif.
- Limbah Cair
Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air dalam sistem prosesnya. Disamping itu ada pula bahan baku mengandung air sehingga dalam proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikat dalam proses pengolahan kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu bahan sebelum diproses lanjut. Air ditambah bahan kimia tertentu kemudian diproses dan setelah itu dibuang. Semua jenis perlakuan ini mengakibatkan buangan air.
Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan merupakan salah satu penyumbang limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan. Industri-industri besar, seperti industri pulp dan kertas, teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya mungkin sudah memadai, namun tidak demikian lagi industri kecil atau sedang. Namun demikian, mengingat penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan limbah cair bagi lingkungan, penting bagi sektor industri kehutanan untuk memahami dasar-dasar teknologi pengolahan limbah cair. Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan yaitu pengolahan secara fisika, pengolahan secara kimia dan pengolahan secara biologi (Kaul & Gautam, 2002).
- Limbah Gas
Limbah gas adalah limbah zat (zat buangan) yang berwujud gas (Setiawan, 2015). Kondisi udara di dalam atmosfer tidak pernah ditemukan dalam keadaan bersih, melainkan sudah tercampur dengan gas-gas lain dan partikel-partikel yang tidak kita perlukan (Fachry et al., 2013). Jenis bahan pencemar yang paling sering dijumpai ialah karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2), komponen organik terutama hidrokarbon dan substansi partikel (Darmono, 2001).
- Sistem Penanganan Limbah Cair Industri Perikanan
Pengolahan air limbah dapat dilakukan secara alamiah maupun peralatan. Pengolahan air limbah secara alamiah biasanya dilakukan dengan bantuan kolam stabilisasi. Pengolahan air limbah dengan bantuan peralatan biasanya dilakukan pada instalasi pengolahan air limbah/IPAL (Waste Water Treatment Plant) (Mulia, 2005).
Menurut Kristanto (2013), berdasarkan karakteristik dari limbah, proses proses pengolahan dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu proses fisika, kimia, dan biologi.
- Proses fisika
Perlakuan terhadap air limbah dengan cara fisika adalah proses pengolahan secara mekanis dengan atau tanpa penambahan bahan kimia. Proses tersebut diantaranya adalah:
- Penyaringan, agar padatan yang larut dan bahan kasar lainnya terpisah.
- Penghancuran, agar padatan yang larut menjadi butir yang lebih kecil dan seragam.
- Perataan air, dapat dilakukan dengan dua cara yaitu perataan aliran dengan mengubah sistem saluran dan dengan membuat kolam. Tujuan daripada kedua cara ini adalah agar terdapat keseragaman aliran pada saat terjadi percampuran dengan bahan kimia, sehingga memudahkan pengolahan lanjut.
- Penggumpalan, partikel yang tak larut di dalam air akan terapung di atas permukaan air atau membentuk endapan di dasar wadah. Penambahan zat kimia tertentu membuat partikel ini akan beraksi membentuk suatu gumpalan sehingga dimensi partikel menjadi lebih besar dan karena pengaruh gravitasi maka partikel tersebut akan mengendap. Bahan kimia yang digunakan untuk penggumpalan, misalnya aluminum sulfat atau ferro sulfat. Untuk mempercepat reaksi pada umumnya digunakan bantuan pengaduk yang kecepatannnya dapat diatur.
- Sedimentasi, untuk mengendapkan bahan lain yang tidak ikut bereaksi.
- Pengapungan, dalam proses ini digunakan bantuan pompa kompresor untuk memasukkan udara ke dalam air, tujuannya agar bahan-bahan lemak dan minyak dengan cepat naik ke permukaan air. Pemasukan udara ke dalam air akan menciptakan gelembung-gelembung yang melekat pada suatu partikel dan dibawa naik ke permukaan air.
- Filtrasi, merupakan proses penyaringan padatan halus yang tidak mengendap walaupun sudah ditambahkan bahan Penyaringan ini menggunakan media seperti pasir, kerikil dan karbon aktif.
- Proses Kimia
- Pengendapan dengan bahan kimia.
Bahan pencemar yang dapat dikurangi atau dihilangkan adalah:
- fosfat terlarut dapat direduksi jika konsentrasinya kurang dari 1 mg/l dengan bahan aluminium feri sulfat;
- beberapa kalsium, magnesium, silica dapat dihilangkan dengan NaOH;
- beberapa logam berat dapat dihilangkan dengan kapur (lime);
- pengurangan bakteri virus dapat dicapai dengan kapur pada kondisi pH 10,5-11,5 dengan cara penggumpalan dan sedimentasi.
- Proses dengan lagon
Lagon atau kolam sering digunakan sebagai reactor biological. Lagon dilengkapi dengan peralatan aerasi baik secara alamiah, atau memberikan udara dengan menggunakan kompresor jika dalam kolam tumbuh alga.
- Netralisasi
Air limbah yang terdapat dalam kondisi asam atau basa membutuhkan netralisasi sebelum dan sesudah perlakuan (treatment).
- Sedimentasi
Proses ini menggunakan bantuan koagulan (zat pengendap). Tujuan utama proses sedimentasi melalui proses kimia adalah untuk menghilangkan padatan tersuspensi.
- Oksidasi dan reduksi
- Klorinasi
- Oksidasi fenol dan sulfur
- Proses biologi
- Pengolahan cara anaerob, melalui reaktor aerobik yang berfungsi untuk mengubah bahan organik menjadi air dan karbon dioksida dalam keadaan tersedia oksigen.
- Pengolahan cara anaerob, mengubah bahan organik dalam limbah cair tanpa ada oksigen.
- Proses fisika-kimia-biologi
Ada diantara bahan-bahan yang tidak dapat dihilangkan atau diendapkan dengan penambahan basa atau asam. Karena itu gabungan proses kimia-fisika- biologi amat dibutuhkan untuk meningkatkan efesiensi peralatan pengolahan. Proses kimia meliputi netralisasi, oksidasi dan reduksi, pengendapan dengan bahan kimia tambahan untuk mengikat bahan pencemar kimia anorganik. Proses fisika menekankan pengolahan pada unsur fisik bahan pencemar, misalnya ukuran bahan yang terlalu kasar dan padat, banyaknya minyak yang bercampur.
- Pengolahan lanjut
Seringkali proses pengolahan limbah pada proses fisika-kimia-biologi tidak memberikan hasil yang memuaskan. Proses lanjutan ini terdiri dari beberapa pilihan proses, yaitu stripping udara, karbon aktif, absorbsi dan regenerasi.
Menurut Sahubawa (2011), teknik penanganan limbah cair adalah sebagai berikut:
- Teknik penanganan primer
Proses penanganan air buangan primer pada prinsipnya terdiri dari tahap-tahap untuk air limbah padatan, yaitu dngan cara membiarkan padatan tersebut mengendap atau memisahkan bagian-bagian padatan yang mengapung seperti plastik, kertas dan sebagainya. Tahapan dalam proses penanganan primer antara lain: penyaringan, pengendapan dan pemisahan benda-benda kecil, dan pemisahan endapan. Proses ini sering disebut sebagai proses penanganan air limbah secara fisik yng dapat menghilangkan lebih kurang 1/3 BOD dan padatan tersuspensi (TSS) serta dari beberapa persen dari komponen organik dan nutrient tanaman yang ada.
- Teknik penanganan sekunder
Proses penanganan sekunder, dikenal dua macam proses yang digunakan, yaitu “proses penyaringan trikel” dan “lumpur aktif” (activated sludge). Penyaringan trikel dibentuk oleh lapisan aktif yang terdiri dari batu dan kerikil ddengan tinggi 90 cm hingga 3 m, dimana bakteri akan berkembang biak pada batu dan kerikil tersebut sehingga jumlahnya cukup untuk mendegradasi sebagian bahan organik yang terdapat pada air limbah saat air limbah tersebut dialirkan. Proses semacam ini mampu mengurangi TSS dan BOD sebanyak 80-85%. Sistem “lumpur aktif” dibuat dengan memasukkan lumpur yang mengandung bakteri ke dalam tangka aerasi dan diberikan aerasi dari bawah tangka, sehingga akan lebih banyak konta dengan air buangan/limbah yang masuk ke tangka tersebut. Sistem ini dapat menghilangkan TSS dan BOS sampai 90%.
- Teknik penanganan tersier
Beberapa macam proses penanganan tersier yang dapat diterapkan setelah proses penanganan primer dan sekunder dilakukan antara lain yaitu absorbs dan pengendapan, elektroodialisis, osmosis berlawanan dan klorinasi.
- Pemanfaatan Limbah Padat Industri Perikanan
Limbah padat perikanan merupakan limbah padat yang tidak menimbulkan zat-zat beracun bagi lingkungan, namun merupakan limbah padat yang mudah membusuk, sehingga menyebabkan bau yang sangat menyengat. Limbah padat dapat berupa kepala, kulit, tulang ikan, potongan daging ikan, sisik, insang atau saluran pencernaan (Sugiharto, 1987).
Pemanfaatan limbah daging ikan dari industri fillet dapat berupa limbah daging ikan hasil sortiran yang tidak memenuhi standar karena rusak akibat memiliki celah atau rongga di antara daging sehingga otot daging menjadi terpisah dan daging masih menempel pada tulang (Rostini, 2013). Limbah jeroan ikan yang umumnya banyak pada setiap industri perikanan dapat dimanfaatkan sebagai biodiesel. Pemanfaatan ini dapat digunakan sebagai alternatif bahan bakar pengganti dari bahan yang terbarukan (Harahap et al., 2013).
Tulang ikan merupakan salah satu limbah hasil pengolahan perikanan yang dapat dimanfaatkan sebagai tepung untuk bahan pangan. Pemanfaatan tepung tulang ikan dapat dilakukan dalam bentuk pengayaan (enrichment) sebagai salah satu upaya fortifikasi zat gizi dalam makanan. Tulang ikan banyak mengandung garam mineral dari garam fosfat seperti kalsium fosfat (Elfauziah, 2003).
Kulit ikan terdiri dari daerah punggung, perut dan ekor sesuai dengan bentuk badannya. Kulit tersusun dari komponen kimia protein, lemak, air dan mineral. Kulit ikan merupakan penghalang fisik terhadap perubahan lingkungan serta serangan mikroba dari luar tubuh. Kulit ikan merupakan salah satu bagian pada ikan yang banyak dimanfaatkan selain dagingnya. Kulit ikan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pagan maupun nonpangan. Kulit ikan banyak digunakan sebagai bahan baku dalam proses pembuatan kerupuk kulit ikan, gelatin, kulit olahan, tepung ikan, serta sumber kolagen untuk kosmetik. Kandungan protein kolagen yang terdapat pada kulit ikan yaitu sebesar 41-84% (Judoamidjojo, 1981).
- Contoh Produk Hasil Pemanfaatan Limbah Industri Perikanan
Limbah industri perikanan dapat dimanfaatkan menjadi beberapa jenis produk, contohnya sebagai berikut:
- Tepung Tulang Ikan
Tepung tulang ikan menurut Wini (2006) merupakan produk olahan yang berasal dari limbah tulang ikan yang biasanya tidak dimanfaatkan dan diolah dengan dikeringkan dan dijadikan tepung. Tepung tulang ikan merupakan salah satu sumber kalsium yang tinggi yang dapat diperoleh dari tepung tulang yang menjadi limbah. Moelyanto (1982) menyatakan tepung ikan yang bermutu baik harus mempunyai sifat-sifat yakni memiliki butiran-butiran yang seragam, bebas dari sisa-sisa tulang, mata ikan dan benda asing lainnya. Mutu tepung ikan merupakan atribut tingkat penerimaan dan daya terima panelis terhadap tepung ikan tersebut.
- Kecap Ikan
Salah satu limbah yang dihasilkan dalam pengolahan hasil perikanan adalah jeroan ikan. Jeroan ikan didapatkan pada tahap penyiangan untuk membersihkan dan membuang saluran pencernaan yang merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri pembusuk, sehingga diusahakan untuk segera dihilangkan dari ikan. Kecap ikan merupakan salah satu produk bahan makanan hasil olahan melalui proses fermentasi yang dibuat dari ikan maupun limbah ikan mempunyai rasa dan bau yang khas serta daya simpannya lama (Purwaningsih & Nurjanah, 1995). Secara tradisional, kecap ikan diproduksi dengan pencampuran antara garam dengan dua atau tiga bagian ikan dan di fermentasi pada suhu lingkungan (±30oC) selama 6-12 bulan atau bahkan lebih (Lopetcharat et al., 2001).
- METODOLOGI PRAKTIKUM
Metodologi yang digunakan dalam praktikum kunjungan adalah:
- Studi pengamatan langsung di industri perikanan
- Wawancara dengan pihak industri perikanan
- Pengumpulan data dan informasi mengenai sistem penanganan limbah cair dan pengambilan limbah padat industri perikanan
- Studi pustaka dan inovasi pemanfaatan limbah padat industri perikanan.
- HASIL DAN PEMBAHASAN
- Hasil
Berikut merupakan bagan alir pengolahan ikan bandeng hingga pengolahan limbah di UKM Bandeng Jogja:
- Pembahasan
- Profil UKM Bandeng Jogja
Bandeng Jogja merupakan salah satu usaha kecil menengah yang berfokus pada pengolahan berbahan dasar ikan bandeng. UKM ini berdiri sejak tahun 2014 dengan lokasi pengolahan mulanya di Bantul. Pada bulan Desember 2015 proses pengolahan dipindahkan ke Semarang. Hal tersebut dilakukan setelah melakukan analisis usaha yang mana ketika pengolahan dilakukan di Semarang akan menghasilkan keuntungan lebih besar. Bahan baku bandeng yang digunakan berasal dari Semarang tepatnya daerah Juana, Pati. UKM Bandeng Jogja memiliki kapasitas produksi sebesar 40-50 kg bahan baku setiap harinya. Berbagai jenis olahan yang dihasilkan dari bahan baku ikan bandeng antara lain bandeng presto, pepes, abon, otak-otak dan stik duri bandeng.
- Pengolahan Limbah
Limbah yang dihasilkan dari proses produksi di UKM Bandeng Jogja dibagi menjadi 2 jenis limbah yaitu limbah cair dan limbah padat. Limbah cair dihasilkan dari proses pencucian ikan, darah ikan, air sisa presto dan air sisa pengukusan. Sementara limbah padat dihasilkan dari bagian tubuh yang tidak digunakan seperti kepala, tulang, duri dan jeroan dan insang ikan.
- Limbah Cair
Bahan baku ikan bandeng dicuci menggunakan air bersih sebelum dilakukan pengolahan. Air sisa cucian, air sisa presto dan air sisa pengukusan ditampung melalui saluran pembuangan rumah tangga. Semua air sisa tersebut kemudian ditampung pada sebuah sistem septic tank yang sebelumnya telah dilakukan penyaringan untuk memisahkan limbah padatan dengan limbah cair. Mekanisme pembuangan limbah cair tersebut ke lingkungan yaitu melalui penyerapan ke tanah. Setelah air limbah ditampung ke dalam septic tank, selanjutnya disalurkan ke tanah untuk dirembeskan.
Mekanisme perembesan tersebut dijelaskan oleh Gambar 1.
Gambar 1. Proses peresapan air limbah ke lingkungan
- Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan oleh UKM Bandeng Jogja adalah sisa dari proses pengolahan otak-otak dan abon bandeng. Pada proses pembuatan otak-otak bagian yang digunakan hanya daging, begitu pula pada proses pembuatan abon ikan bandeng. Limbah kepala, tulang dan duri ikan bandeng diolah menjadi produk stik yang memiliki nilai ekonomi. Untuk limbah jeroan ikan bandeng tidak dilakukan pengolahan. Limbah jeroan bandeng dikumpulkan pada plastik kresek kemudian dibuang pada tempat pembuangan umum.
Pembuatan stik duri bandeng sebagai olahan limbah dilakukan dengan mengumpulkan semua tulang, kepala dan duri pada plastik kemudian disimpan pada freezer. Ketika jumlah limbah tersebut telah mencapai 2-3 kg selanjutnya dilakukan pembuatan tepung tulang ikan. Tepung tulang ikan tersebut dibuat melalui proses penggilingan semua limbah yang meliputi kepala, tulang dan duri dengan mesin penggiling hingga dihasilkan tepung yang masih basah. Setelah itu hasil gilingan dilakukan pengeringan untuk mengurangi kadar air dengan dijemur pada sinar matahari selama 2-3 hari pada kondisi cuaca normal.
Setelah bahan baku tepung tulang dihasilkan, dilakukan proses pembuatan stik. Pembuatan stik menggunakan adonan dari campuran tepung terigu dan tepung tulang ikan (menggantikan tepung beras) yang ditambah dengan gula, garam, bumbu-bumbu dan minyak kelapa hingga kalis. Setelah adonan dibuat, dilakukan pencetakan menggunakan alat giling dan menghasilkan adonan yang memanjang kemudian dipotong dengan panjang kurang lebih 9 cm. Adonan tersebut kemudian digoreng pada minyak hingga warnanya agak kecoklatan. Kemudian stik ditiriskan hingga siap untuk dikemas. Stik siap dikemas ke dalam kemasan plastik food grade yang telah diberi label. Produk stik duri bandeng dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Produk Stik Duri Bandeng UKM Bandeng Jogja
- KESIMPULAN DAN SARAN
- Kesimpulan
- UKM Bandeng Jogja merupakan unit pengolahan ikan yang berfokus pada pengolahan berbagai produk bandeng seperti bandeng presto, otak-otak, pepes, abon dan stik duri bandeng. UKM Bandeng Jogja berdiri sejak 2014 yang hingga saat ini memiliki kapasitas produksi sebesar 40-50 kg/hari.
- Teknik penanganan limbah cair pada UKM Bandeng Jogja yaitu dengan menampung semua limbah cair pada septic tank kemudian diresapkan melalui tanah.
- Teknik pengolahan limbah padat pada UKM Bandeng Jogja meliputi limbah tulang, kepala dan duri yang diolah menjadi produk stik duri bandeng. Sedangkan limbah jeroan dan insang tidak dilakukan pengolahan melainkan dibuang langsung ke tempat pembuangan sampah.
- Saran
- Dalam penyusunan makalah hendaknya digunakan data primer yang lebih lengkap
- Perlu dilakukannya dokumentasi lebih lengkap
- Analisis usaha yang berkaitan dengan produk limbah perlu dicantumkan untuk melengkapi.
DAFTAR PUSTAKA
Colic, M., W. Murse, J. Hicks, A. Lechter dan J.D. Miller. 2011. Case Study: Fish Processing Plant Wastewater Treatment. Clean Water Technology, inc: Coleta, CA.
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya dengan Senyawa Toksikologi Logam. UI Press. Jakarta.
Elfauziah, R. 2003. Pemisahan Kalsium dari Tulang Kepala Ikan Patin (Pangasius sp.). Skripsi.
Fachry, A.N., A.N. Darda, dan I. Sumantri. 2013. Pengolahan Limbah Cair Industri Jamu dan Farmasi Menggunakan Anaerobic Baffled Reactor secara Shock Loading dalam Upaya Menghasilkan Biogas. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. 2(3):121-129.
Harahap, M.F., Tamrin, dan S. Bahri. 2013. Pengolahan Limbah Ikan Patin Menjadi Biodiesel. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup. Universitas Riau. Riau.
Judoamidjojo, R.M. 1981. Teknik Penyamakan Kulit Untuk Pedesaan. Angkasa Putra. Bandung.
Kaul, S.N. dan A. Gautam. 2002. Water and Wastewater Analysis. Daya Publishing House. Delhi.
Kristanto, P. 2013. Ekologi Industri. Andi Offset. Yogyakarta.
Lopetcharat, K., Y.J. Choi, J.W. Park, and M.A. Daeschel. 2001. Fish Sauce Products and Manufacturing: a Review. Food Reviews International. 17:65-68.
Mahida, U.N. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah. Rajawali. Jakarta.
Moeljanto, R., 1982. Penggaraman dan Pengeringan Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Mulia, R.M. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta.
Purwaningsih, S. dan Nurjanah. 1995. Pembuatan Kecap Ikan secara Kombinasi Enzimatis dan Fermentasi dari Jeroan Ikan Tuna (Thunus sp.). Buletin Teknologi Hasil Perikanan. 1(1):14-18.
Rostini, I. 2013. Pemanfaatan Daging Limbah Fillet Ikan Kakap Merah Sebagai Bahan Baku Surimi Untuk Produk Perikanan. Jurnal Akuatika. 4(2).
Sahubawa, L. 2011. Bahan Ajar Edisi 2011: Manajemen Limbah Industri Perikanan. Departemen Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Setiawan, B. 2015. Pengertian Limbah. (https://ilmulingkungan.com/pengertian-limbah/). Diakses pada 30 maret 2017.
Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Suyasa, I.W. dan W. Dwijani. 2011. Pengaruh Penambahan Urea, Kompos Cair dan Campuran Kompos dengan Gula Terhadap Kandungan BOD dan COD Pada Pengolahan Air Limbah Pencelupan. Laboratorium Kimia Lingkungan FMIPA Universitas Udayana. Ecotrophic. 4(1):62-65.