Phaeophyta

Phaeophyta

Phaeophyta (berasal dari bahasa Yunani, phaios yang berarti gelap), merupakan alga multiseluler yang dikenal dengan nama alga coklat. Warna coklatnya berasal dari pigmen fukosantin yang dimilikinya. Selain pigmen coklat, pada Phaeophyta ditemukan juga pigmen lainnya berupa klorofil a dan c, serta pigmen karotin. Oleh karena keberadaan klorofil ini, Phaeophyta bersifat autotrof. Fotosintesisnya terjadi pada helaian yang menyerupai daun. Hasil fotosintesisnya berupa karbohidrat yang yang disebut laminarin. Alga coklat umumnya hidup di lingkungan laut. Hanya beberapa jenis Phaeophyta yang saja yang hidup di air tawar. Banyak alga coklat memiliki struktur berisi udara yang membuat mereka dapat melayang di air (Pitriana, 2008).

Alga cokelat kebanyakan multiseluler dan merupakan begian dari populasi rumput laut dilingkungan lingkungan laut beriklim sedang dan dingin. Seperti juga pada cryshophyta, phaeophyta juga memilki klorofil a dan b, serta karetonoid fukoxantin. Phaeophyta juga menyimpan kalorinya sebagai minyak dan sakarida lamarin. Dalam bentuk kelp raksasa, panjangnya bias mencapai lebih dari 50 m. pola reproduksinya dirincikan oleh pergiliran generasi ( Fried : 2005 ).

 

Anggota kelopok Phaeophyta juga dikenal sebagai tumbuhan berukuran raksasa (giant kleps), misalnya Macrocystis sp. dan Nereocytis sp. yang menghuni pantai pasifik. Di indonesia, jenis Phaeophyta yang terkenal adalahTurbinaria austrilis, Sargasum siliquosum, dan Fucus vesiculosus. Ketiga jenis alga tersebut biasa dijimpai sepanjang garis pantai. Di laut yang beriklim sedang, terutama di laut Atlantika Utara dikenal sebagai kawasan Alga Sargassum. Alga tersebut tampak mengambang dan menutupi sebagian permukaan laut sehingga orang mengenalnya sebagi Sargaso (Aziz, 2008).

 

Phaeophyta hidup melekat pada dasar perairan (melalui semacam akar), sedangkan bagian tubuh lainnya mengapung di air, dan melekat pada batu karang . Bentuk tubuh Phaeophyta tampak menyerupai tumbuhan tingkat tinggi karena adanya bagian yang menyerupai akar, batang, dan daun. Tinggi Phaeophyta dapat mencapai 50 sampai 100 meter (Aziz, 2008).

 

Kebanyakan phaeophyceae hidup sebagai litofit, tetapi beebrapa jenis dapat sebagai epifit atau endofit pada tumbuhan lain atau alga makroskopik yang lain. Pada umumnya phaeophyceae memiliki tingkat yang lebih tinggi secara morfologi dan anatomi differensisasinya dibandingkan keseluruhan alga. Tidak ada bentuk yang berupa sel tunggal atau koloni ( filament yang tidak bercabang). Susunan tubuh yang paling sederhana adalah filament heterotrikus. Struktur thalus yang paling kompleks dapat dijumpai pada laga pirang yang tergolong kelompok Nereocystis, Makrocystis, dan sargassum ). Pada alga ini terdapat differensiasi eksternal yang dapat dibandingkan dengan berpembuluh. Talus dari alga ini mempunyai alat pelekat menyerupai akar, dan dari alat pelekat ini tumbuh bagian yang tegak dengan bentuk sederhana atau bercabang seperti pohon dengan cabang yang menyerupai daun dengan gelembung udara. Alat gerak pada phaeophyceae pada umumnya berupa flagella yang letaknya berjumlah dua dengan ukuran berbeda. Cadangan makanan berupa laminarin dan manitol. Reproduksi dapat dilakukan secara vegetative, sporik, dan gametik. Reproduksi vegetative umunya dilakukan fragmentasi talus (Sulisetijono, 2009).

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Abdul. 2008. Dan Alampun Bertasbih. Balai Pustaka. Jakarta.

Fried, G.H. dan Hademenos,G.J. 2005.  Biologi Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta.

Hwang , Pai-An, Shih-Yung Chien, Yi-Lin Chan, Mei-Kuang Lu, Chwen-Herng Wu, Zwe-Ling Kong, and Chang-Jer Wu . 2011. Inhibition of Lipopolysaccharide (LPS)-Induced InflammatoryResponses by Sargassum hemiphyllum Sulfated Polysaccharide Extract in RAW 264.7 Macrophage Cells.Journal of agricultur and food chemistry. ACS publications. USA. Vol 59.hal 2062-2068.

Kadi, A. 2005. Kesesuaian Perairan Teluk Klabat Pulau Bangka Untuk Usaha  Budidaya Rumput Laut . Jurnal Oseana Vol. 30: Hal. 4-7.

Kadi,A dan W.S. Atmadja. 2000. Rumput Laut, Jenis, Reproduksi, produksi, budidaya dan pasca panen. Seri Sumberdaya Alam. P3O-LIPI. Jakarta 71 hal.

Kalalo,

Maharana,

Marudhupandi

Mohsin,

Pitriana, Pipit. 2008. Bio Ekspo Menjelajah Dunia Dengan Biologi. Jatra Graphic. Solo.

Sulisetijono, 2009. Bahan Serahan Alga. UIN Press. Malang.

Tjirosoepomo, Gembong. 2012. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta) Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.

 

Agustyar

Mahasiswa perikanan UGM 2014

Leave a Reply

Your email address will not be published.