Laporan Praktikum Budidaya Mikroalga

A. ACARA
Budidaya Mikroalga

B. TUJUAN
1. Mengetahui teknik budidaya mikroalga
2. Mengetahui pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan mikroalga

C. ALAT DAN BAHAN

ALAT

  1. Rak kultur
  2. Botol kultur
  3. Haemocytometer
  4. Mikroskop
  5. Spuit
  6. Gelas penutup
  7. Hand counter
  8. Blower
  9. Refraktometer
  10. pH indikator
  11. Termometer

BAHAN

  1. Media air diperkaya
  2. Pupuk walne
  3. Alkohol
  4. Formalin 4%
  5. Bibit mikroalga (Chlorella)

D. CARA KERJA

  1. Tahap persiapan
  • Mempersiapkan stok medium, air laut.
  • Mensterilisasi stok medium dan air laut.
  • Memperkaya air laut dengan media f/2
  • Membuat stok kultur dengan menambahkan inokulan sebanyak 10 ml ke dalam 240 ml media air laut diperkaya.
  • Mengkultur selama 1 minggu
  1. Tahap pelaksanaan
  • Mengkultur mikroalga sesuai dengan perlakuan dengan menetapkan kepadatan awal kurang lebih 10.000 sel/ml.
  • Mengaerasi secara kontinyu dan menginkubasi pada suhu 22ºC.
  • Menghitung kepadatan mikroalga dengan menggunakan bilik hitung haemocytometer selama kurang lebih 1 minggu.
  • Membuat kurva pertumbuhan dengan memplot data kepadatan sebagai sumbu y sedangkan lama kultur sebagai sumbu x.
  • Mengambil gambar selama kultur, monitoring salinitas, pH, suhu ruang, suhu media.
  • Mengitung kecepatan tumbuh dan waktu generasi dari masing-maasing perlakuan.

D. TINJAUAN RUJUKAN

Pakan merupakan salah satu faktor pembatas bagi organisme yang dibudidayakan. Ketika dalam kondisi normal di alam, keanekaragaman pakan hidup (fitoplankton dan zooplankton) tersedia dalam jumlah yang cukup dan dapat dimanfaatkan dengan efisien. Setiap jenis ikan kebutuhan pakan akan tercukupi, karena ikan mempunyai daya jelajah pada spektrum yang relatif luas. Permasalahan akan kebutuhan pakan biasanya baru akan muncul ketika organisme berada dalam lingkungan budi daya. Ketersedian pakan akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Jumlah pakan yang dibutuhkan oleh ikan setiap harinya berhubungan erat dengan ukuran berat dan umur ikan (Djarijah, 1995). Ketika ukuran dan umur ikan masih kecil, ikan membutuhkan banyak pasokan pakan yang cukup banyak dan harus disesuaikan dengan ukuran bukaan mulut ikan. Pakan yang cocok untuk ikan tersebut adalah pakan alami.

Ketersediaan pakan alami di suatu hatchery harus dalam jumlah yang memadai tepat waktu dan berkesinambungan. Plankton merupakan pakan alami yang baik bagi larva ikan ataupun udang pada fase awal pengenalan makanan. Salah satu jenis pakan alami yang sering dibudidayakan yaitu: Chlorella sp. Masalah klasik yang sering dihadapi oleh pembudidaya ikan atau udang adalah tingginya tingkat kematian larva. Larva udang atau ikan harus mendapatkan makanan dari luar, karena pada stadia ini kuning telur yang dibawa dari lahir habis, sehingga suplai pakan dari luar adalah faktor penting dalam usaha pemeliharaan larva udang selanjutnya. Hampir sebagian besar pembenihan yang ada di Indonesia melakukan kultur untuk penyediaan pakan alami dari jenis Chlorella sp. (Cahyo, 2011).

Chlorella merupakan tumbuhan bersel tunggal yang memiliki inti sejati, dan tergolong tumbuhan tingkat rendah. Chlorella juga disebut dengan alga hijau dan dapat hidup di perairan air tawar, dan perairan air laut. Perkembangbiakan Chlorella terjadi secara aseksual, yaitu dengan pembelahan sel atau bisa juga dengan mengeluarkan spora dari induknya. Chlorella sebagai pakan alami ikan ini juga memiliki beberapa keuntungan, seperti mudah dibudidayakan, ukuran yang relatif sesuai dengan ukuran bukaan mulut ikan, kemampuan berkembangbiak dengan cepat dalam waktu yang relatif singkat sehingga ketersediaannya dapat terjamin sepanjang waktu dan biaya yang relatif murah (Siregar,2010).

F. HASIL PENGAMATAN

DATA PENGAMATAN MIKROALGA

G. PEMBAHASAN

Klasifikasi dari mikroalga Chlorella sp. menurut Guiry (2010) adalah sebagi berikut:

  • Kingdom         : Plantae
  • Filum               : Chlorophyta
  • Kelas               : Trebouxiophyceae
  • Ordo                : Chlorellales
  • Famili              : Chlorellaceae
  • Genus              : Chlorella
  • Spesies            : Chlorella sp.

Bentuk umum sel-sel Chlorella adalah bulat atau elips (bulat telur), termasuk fitoplankton bersel tunggal (unicellular) yang soliter, namun juga dapat dijumpai hidup dalam koloni atau bergerombol. Diameter sel umumnya berkisar antara 2-12 mikron, warna hijau karena pigmen yang mendominasi adalah klorofil (Bold dan Wynne, 1985). Chlorella sp. merupakan organisme eukariotik (memiliki inti sel) dengan dinding sel yang tersusun dari komponen selulosa dan pektin sedangkan protoplasmanya berbentuk cawan (Isnansetyo dan Kurniastuty 1995).

Berdasarkan habitat hidupnya Chlorella dapat dibedakan menjadi Chlorella air tawar dan Chlorella air laut. Chlorella air tawar dapat hidup dengan kadar salinitas hingga 5 ppt. Contoh Chlorella yang hidup di air laut adalah Chlorella vulgaris, Chlorella pyrenoidosa, Chlorella virginica dan lain-lain (Isnansetyo dan Kurniastuty 1995). Umumnya Chlorella bersifat planktonis yang melayang di dalam perairan, namun beberapa jenis Chlorella juga ditemukan mampu bersimbiosis dengan hewan lain misalnya Hydra dan beberapa Ciliata air tawar seperti Paramecium bursaria (Dolan 1992).

Cara kerja dalam budi daya mikroalga dimulai dari tahap persiapan yaitu pertama mempersiapkan stok medium yang berupa air laut. Air laut kemudian di sterilisasi dengan menggunakan panas. Media kemudian dipindahkan ke tempat pemeliharaan yaitu erlenmeyer. Pupuk ditambahkan ke dalam media air laut, pupuk yang digunakan adalah pupuk walne. kemudian  membuat stok kultur dengan menambahkan inokulan Chlorella sp. sebanyak 10 ml ke dalam 240 ml media air laut yang sudah diperkaya. Tahap pelaksanaan dimulai dengan mengkultur mikroalga sesuai dengan perlakuan dengan menetapkan kepadatan awal kurang lebih 10.000 sel/ml. Selanjutnya adalah menambahkan aerasi secara kontinyu dan menginkubasi pada suhu 22ºC. Mikroalga kemudian dikultur selama 1 minggu. Kepadatan mikroalga dihitung dengan menggunakan bilik hitung haemocytometer selama kurang lebih 1 minggu. Selama pemeliharaan dilakukan monitoring salinitas, pH, suhu ruang dan suhu media. Setelah dipelihara selama satu Minggu dilakukan pemanenan dan pengambilan data kepadatan terakhir. Langkah selanjutnya adalah olah data dengan menghitung kecepatan tumbuh dan waktu generasi dari masing-masing perlakuan sehingga dapat diketahui pertumbuhan mikroalga tersebut.

Berdasarkan grafik 1 dapat diketahui bahwa hasil bahwa pertumbuhan dari chlorella sp. yang dikultur mengalami penurunan. Pengamatan pertama sudah mengalami penurunan yang besar baik pada media A maupun B. Sampai pengamatan ke 5 penurunan masih terjadi tetapi pada pengamatan ke 6 mengalami kenaikan. Kenaikan ini menunjukkan bahwa pada pengamatan 1 sampai 5 chlorella sp.  masih dalam fase adaptasi dan mulai pengamatan ke-6 sudah mulai fase pertumbuhan. Menurut Nurhayati (2013)yang mengkultul chlorella vulgaris, laju pertumbuhan spesifik dan kepadatan Chlorella vulgaris pada hari ke-2 sudah mengalami peningkatan. Hal tersebut menunjukkan bahwa fase adaptasi dari Chlorella vulgaris kurang dari 24 jam, yang terjadi karena bibit Chlorella vulgaris dikultivasi terlebih dahulu hingga mencapai fase eksponensial yaitu pada hari ke-2. Adaptasi pada saat kultur terjadi pada hari pertama, sedangkan pada hari kedua sudah mulai memasuki fase log atau fase dimana terjadi peningkatan kepadatan. Hari selanjutnya mengalami penurunan kepadatan. Pada kondisi ini dianggap juga terjadi fase stasioner yang berlangsung sangat singkat. Dan pada hari ke-5 terjadi fase kematian, pada fase ini terjadi penurunan kepadatan yang sangat drastis. Hal ini bisa terjadi karena adanya kontaminasi serta menurunnya kandungan nutrisi pada media

Menurut Bold dan Wynne (1985), perkembangbiakan Chlorella sp. dalam kultur dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: media, nutrien atau unsur hara, cahaya, suhu, serta salinitas. Media merupakan tempat hidup bagi kultur Chlorella yang pemilihannya ditentukan pada jenis Chlorella sp. yang akan dibudidayakan. Bahan dasar untuk preservasi media yang dapat digunakan adalah agar-agar. Nutrien terdiri atas unsur-unsur hara makro (macronutrients) dan unsur hara mikro (micronutrients). Contoh unsur hara makro untuk perkembangbiakan Chlorella sp. adalah senyawa anorganik seperti N, K, Mg, S dan P. Unsur hara mikro adalah Fe, Cu, Zn, Mn, B, dan Mo. Unsur hara tersebut diperoleh dalam bentuk persenyawaan dengan unsur lain (Bold dan Wynne, 1985). Tiap unsur hara memiliki fungsi-fungsi khusus yang tercermin pada perkembangbiakan dan kepadatan yang dicapai oleh organisme Chlorella yang dikultur tanpa mengesampingkan pengaruh dari lingkungan. Kebutuhan nutrien untuk tujuan kultur fitoplankton harus tetap terpenuhi melalui penambahan media pemupukan guna menunjang perkembangbiakan fitoplankton. Unsur N, P, dan S penting untuk sintesa protein. Unsur K berfungsi dalam metabolisme karbohidrat. Unsur Cl dimanfaatkan untuk aktivitas kloroplas, unsur Fe dan unsur Na berperan dalam pembentukan klorofil (Isnansetyo dan Kurniastuty 1995).

Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan fitoplankton di kultur terbuka antara lain: cahaya, suhu, tekanan osmosis, pH air, kandungan O2 dan aerasi (Isnansetyo dan Kurniastuty 1995). Cahaya merupakan sumber energi untuk melakukan fotosintesis. Cahaya matahari yang diperlukan oleh fitoplankton dapat digantikan dengan lampu TL atau tungsten. Intensitas cahaya saturasi untuk Chlorella berada pada intensitas 4000 lux. Hal ini menunjukkan bahwa setelah titik intensitas tersebut dicapai, maka fotosintesis tidak lagi meningkat sehubungan dengan peningkatan porsi intensitas cahaya

H. KESIMPULAN

  1. Teknik budidaya mikroalga dilakukan dengan dua tahap yaitu persiapan dan tahap pemeliharaan. Tahap persiapan dimulai dengan penyiapan media, sterilisasi media, dan membuat stok inokulan. Tahap pemeliharaan dimulai dengan menambahkan inokulan ke dalam media yang sudah diperkaya dan melakukan kontrol lingkugan.
  2. Pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan mikroalga berdasarkan hasil praktikum memberikan hasil pertumbuhan mikroalga yang dimuali pada pengamatan k-6 sejakawal pemeliharaan.

I. SARAN

Untuk praktikum selanjutnya dapat menggunakan media pemeliharaan yang berbeda untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan mikroalga dalam media yang berbeda

J. DAFTAR RUJUKAN

Bold,H.C dan M.J. Wynne.1985. Introduction To The Alga Structure And. Reproduction. Prentice Hall Inc. Englewood. New Jersey

Cahyo A. D. 2011. Teknik Kultur Skeletonema costatum Sebagai Pakan Alami Udang Vaname di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara Jawa Tengah. Fakultas Perikanan dan Kelautan Unair. Surabaya

Djarijah, A. B. 1995. Pakan Alami Ikan. Kanisius. Yogyakarta.

Dolan, J. (1992). Mixotrophy in ciliates: A review of Chlorella symbiosis and chloroplast retention. Aquatic Microbial Ecology, 6(2), 115-132.

Guiry, M. D. (2012). Chlorella M.Beijerinck, 1890. In: Guiry, M.D. & Guiry, G.M. (2016). AlgaeBase. World-wide electronic publication, National University of Ireland, Galway (taxonomic information republished from AlgaeBase with permission of M.D. Guiry). Accessed through: World Register of Marine Species St http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=160576 on 2016-11-17

Isnansetyo, A. & Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton. Kanisius. Yogyakarta

Nurhayati, T., Lutfi, M., & Hermanto, M. B. (2013). Penggunaan Fotobioreaktor Sistem Batch Tersirkulasi Terhadap Tingkat Pertumbuhan Mikroalga Chlorella vulgaris, Chlorella sp. dan Nannochloropsis oculata. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem, 1(3).

Siregar, A. 2010. Transparasi Teknik Pendugaan Produktifitas Perairan. Fakultas Biologi. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

 

 

 

Agustyar

Mahasiswa perikanan UGM 2014

Leave a Reply

Your email address will not be published.