TEKNIK PENANGANAN DAN PEMANFATAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERIKANAN

MAKALAH MANAJEMEN LIMBAH INDUSTRI PERIKANAN

TEKNIK PENANGANAN DAN PEMANFATAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERIKANAN

Disusun oleh:

Dhea Prasanti           (14/364783/PN/13634)

I Gde Putu R.            (14/369624/PN/13938)

Anisa Nada F.           (14/365172/PN/13718)

Sovia Indah               (14//365140PN/13697)

Ahmad Syaifullah     (14/365119/PN/13686)

Wawan Kurniawan  (14/365097/PN/13673)

Amara Faiz W.          (14/367219/PN/13822)

Akhmad A. Agustiar (14/369621/PN/13935)

Danang Adi W.          (14/369620/PN/13932)

Laila Nurmala Dewi  (14/365146/PN/13702)

Muhammad Usman (14/367142/PN/13806)

DEPARTEMEN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2017

KATA PENGANTAR

 

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Makalah Manajemen Limbah Industri Perikanan yang berjudul Teknik Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Cair Industri Perikanan dapat terselesaikan. Makalah ini disusun sebagai tugas kelompok mata kuliah Manajemen Limbah Industri Perikanan (PIT3226) yang diampu oleh bapak Dr. Ir. Latif Sahubawa, M.Si.

Kami ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini. Atas segala bantuannya semoga mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Kami juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran guna kelengkapan makalah ini. Akhir kata semoga Makalah Manajemen Limbah Industri Perikanan yang berjudul Teknik Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Cair Industri Perikanan ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi bagi pembaca.

 

 

 

Yogyakarta,    Maret 2017

 

 

Penulis

 

 

RINGKASAN

 

Limbah adalah bahan sisa atau sampah yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia dan mahluk lainnya. Macam – macam limbah berdasarkan sifatnya yaitu limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari sisa kegiatan dan atau proses pengolahan. Contohnya dari bidang pengolahan perikanan yaitu cangkang udang, jeroan ikan, dan bahan pendukung lainnya. Limbah Cair adalah sisa dari proses usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair. Contohnya antara lain air cucian udang atau ikan yang mengandung klorin. Limbah gas/asap adalah sisa dari proses usaha dan/atau kegiatan yang berwujud gas/asap. Limbah gas diantaranya adalah berupa karbon monokida (CO.

Metode dan tahapan proses pengolahan limbah cair yang telah dikembangkan sangat beragam. Limbah cair dengan kandungan polutan yang berbeda kemungkinan akan membutuhkan proses pengolahan yang berbeda. Proses – proses yaitu pengolahan primer sebagian besar berupa proses pengolahan secara fisika seperti penyaringan, pengolahan awal, pengendapan dan pengapungan (floation). Pengolahan sekunder merupakan pengolahan secara biologis menggunakan mikroorganisme umumnya bakteri aerob. Metode yang dilakukan yaitu metode penyaringan dengan tetesan (tricking filter), metode lumpur (activated sludge), dan metode kolam (treatment ponds/lagoons). Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan sekunder masih terdapat zat tertentu dalam limbah cair. Pengolahan tersier umumnya menghilangkan zat zat anorganik terlarut, seperti nitrat, fosfat, dan garam.

Aplikasi pemanfaatan limbah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk nitrogen dan akuaponik. Limbah cair perikanan mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang tinggi seperti N, P, dan K serta mineral-mineral yang lain sehingga dapat digunakan menjadi pupuk. Selain sebagai pupuk nitrogen dapat dijadikan metode akuaponik. Akuaponik adalah suatu kombinasi sistem akuakultur dan budidaya tanaman hidroponik. Sistem akuaponik yang dilakukan adalah ikan dan tanaman tumbuh dalam satu sistem yang terintegrasi, dan menciptakan suatu simbiotik antara keduanya. Prinsip dari akuaponik yaitu memanfaatkan secara terus – menerus air dari pemeliharaan ikan ke tanaman dan sebaliknya dari tanaman ke kolam ikan

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) didesain sebagai cara atau upaya untuk meminimalkan kadar pencemar yang terkandung dalam limbah cair tersebut sehingga dapat memenuhi Baku Mutu dan layak untuk dibuang ke lingkungan maupun dimanfaatkan kembali

 

 

ABSTRAK

Limbah adalah bahan sisa atau sampah yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia dan mahluk lainnya . Limbah terdiri dari limbah padat, limbah cair, dan gas. Limbah Cair adalah sisa dari proses usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair. Limbah cair industri perikanan mengandung bahan organik yang tinggi.Tingkat pencemaran limbah cair industri pengolahan perikanan sangat tergantung pada tipe proses pengolahan dan spesies ikan yang diolah. Limbah cair industri hasil perikanan mengandung bahan organik (protein dan lemak) yang tinggi, ditandai dengan BOD, TSS dan TKN yang tinggi. Jika limbah cair melebihi baku mutu maka limbah tersebut mencemari lingkungan maka perlu adanya proses pengolahan limbah cair industri perikanan. Proses pengolahan limbah cair industri perikanan dengan cara primer (screening, pretreatment, pengendapan, pengapungan), sekunder, tersier, disenfeksi, penggolahan lumpur. Pengolahan limbah perikanan dengan cara aerobik dan anaerobik. Aplikasi pemanfaatan limbah dapat sebagai pupuk nitrogen, aquaponik, sistem budidaya terpadu.

 

 

 

  1. PENDAHULUAN

 

  1. Latar Belakang

Industri perikanan di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Berkembangnya industri hasil perikanan selain membawa dampak positif yaitu sebagai penghasil devisa, memberikan nilai tambah, dan tingginya penyerapan tenaga kerja, juga telah menimbulkan dampak negatif yaitu berupa buangan limbah yang tidak ditangani dengan benar.  Limbah hasil dari kegiatan tersebut dapat berupa limbah cair, padat, dan gas. Limbah yang dihasilkan dari kegiatan perikanan masih cukup tinggi, yaitu sekitar 20-30 persen. Limbah merupakan sisa hasil proses produksi yang sudah tidak dimanfaatkan lagi dan harus dikelola agar tidak menimbulkan pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan. Upaya pemerintah untuk mengatasi limbah masih sulit dicapai.  Penerapan program zero waste memberikan harapan cerah, namun hingga kini masih perlu kerjakeras untuk mencapai kondisi tersebut. .

Dalam pengoperasiannya, industri perikanan menggunakan air dalam jumlah besar. Hal ini menyebabkan besarnya limbah cair yang dihasilkan. Limbah perikanan, khususnya limbah cair biasanya langsung dibuang ke lingkungan dan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan lingkungan seperti merangsang pertumbuhan tanaman air, memunculkan toksisitas terhadap kehidupan air, menurunkan kadar oxygen demand pada lingkungan perairan, bahaya terhadap kesehatan masyarakat, serta menimbulkan bau yang mengganggu estetika lingkungan (Jennie dan Rahayu, 1993).

Air limbah dari hasil proses pengolahan hasil perikanan dapat menghasilkan bahan organik tersuspensi dan terlarut yang tinggi. Hal ini mengakibatkan tingginya nilai BOD (Biologycal Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), lemak, dan minyak serta nutrisi seperti nitrogen dan fosfat. Bau yang tidak sedap dan suhu yang tinggi juga menjadi permasalahan sehingga penanganan limbah yang tidak memadai dapat menjadi sumber pencemaran yang membahayakan kesehatan. Dengan demikian, setiap limbah yang dihasilkan perlu dikelola secara baik berdasarkan karakteristiknya agar dapat menurunkan kualitas bahan pencemar yang terkandung di dalamnya dan aman dibuang ke lingkungan. Sebenarnya limbah jenis apapun dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan apabila mampu dimanfaatkanan dengan baik. Sehingga akan menarik mengetahui berbagai teknik pemnafaatn limbah cair.

 

  1. Tujuan
  2. Mengetahui apa itu limbah dan macam-macam limbah dan limbah cair industri perikanan
  3. Mengetahui teknik-teknik penanganan limbah cair
  4. Mengetahui proses pengolahan limbah cair
  5. Mengetahui beberapa aplikasi pemanfaatan air limbah
  6. Mengetahui desain IPAL


 

  1. PEMBAHASAN

 

  1. Pengertian Limbah dan Macamnya
    • Pengertian Limbah

Limbah adalah bahan sisa atau sampah yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia dan mahluk lainnya. Sedangkan menurut keputusan Menperindag RI No. 231/MPP/Kep/7/1997 Pasal 1 tentang Prosedur Impor Limbah bahwa limbah adalah bahan/barang sisa atau bekas dari suatu kegiatan atau proses produksi yang fungsinya sudah berubah dari aslinya, kecuali yang dapat dimakan oleh manusia dan hewan.

  • Macam-macam

Berdasarkan sifatnya macam-macam limbah yaitu :

  • Limbah Padat

Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari sisa kegiatan dan atau proses pengolahan. Contohnya : limbah dari pabrik tapioka yang berupa onggok, limbah dari pabrik gula berupa bagase, limbah dari pabrik pengalengan jamur, limbah dari industri pengolahan unggas, dan lain-lain.

  • Limbah cair

Limbah Cair adalah sisa dari proses usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair. Contohnya antara lain : Limbah dari pabrik tahu dan tempe yang banyak mengandung protein, limbahdari industri pengolahan susu.

  • Limbah Gas

Limbah gas/asap adalah sisa dari proses usaha dan/atau kegiatan yang berwujud gas/asap. Limbah gas diantaranya adalah berupa karbon monokida (CO), karbon dioksida (CO2) berupa gas yang tidak berwarna dan berbau, sulfur monoksida (SO) berupa gas tidak berwarna dan berbau tajam, asam sulfat, ammoniak gas tidak berwarna tapi berbau, dan nitrogen oksida (NO) berupa gas berwarna dan berbau. Contohnya : limbah dari pabrik semen

 

  1. Limbah Cair Industri Perikanan

Limbah cair adalah bahan-bahan pencemar berbentuk cair. Limbah cair industri perikanan mengandung bahan organik yang tinggi. Tingkat pencemaran limbah cair industri pengolahan perikanan sangat tergantung pada tipe proses pengolahan dan spesies ikan yang diolah. Setiap operasi pengolahan ikan akan menghasilkan cairan dari pemotongan, pencucian, dan pengolahan produk. Cairan ini mengandung darah dan potongan-potongan kecil ikan dan kulit, isi perut, kondensat dari operasi pemasakan, dan air pendinginan dari kondensor. Kandungan limbah cair industri perikanan tergantung pada derajat kontaminasi dan juga mutu air yang digunakan untuk proses. Bau yang timbul dari limbah cair perikanan disebabkan oleh dekomposisi bahan bahan organik yang menghasilkan senyawa amina mudah menguap, diamina dan amoniak. Limbah cair industri perikanan memiliki kandungan nutrien, minyak, dan lemak yang tinggi sehingga menyebabkan tingginya nilai COD, terutama berasal dari proses penyiangan usus dan isi perut serta proses pemasakan.

Limbah cair industri hasil perikanan mengandung bahan organik (protein dan lemak) yang tinggi, ditandai dengan BOD, TSS dan TKN yang tinggi. Produksi perikanan Indonesia mencapai 5,3 juta ton dalam tahun 2000 (DKP 2000). Dari jumlah produksi ini ada yang langsung dikonsumsi segar dan ada juga yang diproses oleh industri pengolahan menjadi berbagai macam produk. Rata-rata industri perikanan mengkonsumsi air lebih dari 20 m3 / ton produk yang dihasilkan (River et al. 1998). Akibatnya banyak air limbah yang terbuang setelah proses pencucian, pemasakan dan sanitasi proses, yang mengandung bahan organik yang tinggi terutama protein (Battistoni et al. 1992). Jika limbah cair industri perikanan ini dibuang ke perairan umum tanpa pengolahan terlebih dahulu akan mencemari lingkungan, yaitu menyebabkan bau, eutrofikasi perairan dan pendangkalan (Park et al. 2001).

Tabel 1. Beban Pencemaran Limbah Cair Industri PerikanaN

  1. Proses Pengolahan Limbah Cair

Metode dan tahapan proses pengolahan limbah cair yang telah dikembangkan sangat beragam. Limbah cair dengan kandungan polutan yang berbeda kemungkinan akan membutuhkan proses pengolahan yang berbeda pula. Proses- proses pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara keseluruhan, berupa kombinasi beberapa proses atau hanya salah satu. Proses pengolahan tersebut juga dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan atau faktor finansial.

 

  • Pengolahan Primer (Primary Treatment)

Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa proses pengolahan secara fisika.

  1. Penyaringan (Screening)

Pertama, limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan disaring menggunakan jeruji saring. Metode ini disebut penyaringan.  Metode penyaringan merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan-bahan padat berukuran besar dari air limbah.

  1. Pengolahan Awal (Pretreatment)

Kedua, limbah yang telah disaring kemudian disalurkan kesuatu tangki atau bak yang berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat teruspensi lain yang berukuran relatif besar. Tangki ini dalam bahasa inggris disebut grit chamber dan cara kerjanya adalah dengan memperlambat aliran limbah sehingga partikel – partikel pasir jatuh ke dasar tangki sementara air limbah terus dialirkan untuk proses selanjutnya.

  1. Pengendapan

Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan dialirkan ke tangki atau bak pengendapan. Metode pengendapan adalah metode pengolahan utama dan yang paling banyak digunakan pada proses pengolahan primer limbah cair. Di tangki pengendapan, limbah cair didiamkan agar partikel – partikel padat yang tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap ke dasar tangki. Enadapn partikel tersebut akan membentuk lumpur yang kemudian akan dipisahkan dari air limbah ke saluran lain untuk diolah lebih lanjut. Selain metode pengendapan, dikenal juga metode pengapungan (Floation).

  1. Pengapungan (Floation)

Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan polutan berupa minyak atau lemak. Proses pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat menghasilkan gelembung- gelembung udara berukuran kecil (± 30 – 120 mikron). Gelembung udara tersebut akan membawa partikel –partikel minyak dan lemak ke permukaan air limbah sehingga kemudian dapat disingkirkan.

Bila limbah cair hanya mengandung polutan yang telah dapat disingkirkan melalui proses pengolahan primer, maka limbah cair yang telah mengalami proses pengolahan primer tersebut dapat langsung dibuang kelingkungan (perairan). Namun, bila limbah tersebut juga mengandung polutan yang lain yang sulit dihilangkan melalui proses tersebut, misalnya agen penyebab penyakit atau senyawa organik dan anorganik terlarut, maka limbah tersebut perlu disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya.

  • Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)

Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara biologis, yaitu dengan melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai/ mendegradasi bahan organik. Mikroorganisme yang digunakan umumnya adalah bakteri aerob. Terdapat tiga metode pengolahan secara biologis yang umum digunakan yaitu metode penyaringan dengan tetesan (trickling filter), metode lumpur aktif (activated sludge), dan metode kolam perlakuan (treatment ponds / lagoons).

  1. Metode Trickling Filter

Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi bahan organik melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar, biasanya berupa serpihan batu atau plastik, dengan dengan ketebalan  ± 1 – 3 m. limbah cair kemudian disemprotkan ke permukaan media dan dibiarkan merembes melewati media tersebut. Selama proses perembesan, bahan organik yang terkandung dalam limbah akan didegradasi oleh bakteri aerob. Setelah merembes sampai ke dasar lapisan media, limbah akan menetes ke suatu wadah penampung dan kemudian disalurkan ke tangki pengendapan.

Dalam tangki pengendapan, limbah kembali mengalami proses pengendapan untuk memisahkan partikel padat tersuspensi dan mikroorganisme dari air limbah. Endapan yang terbentuk akan mengalami proses pengolahan limbah lebih lanjut, sedangkan air limbah akan dibuang ke lingkungan atau disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya jika masih diperlukan

  1. Metode Activated Sludge

Pada metode activated sludge atau lumpur aktif, limbah cair disalurkan ke sebuah tangki dan didalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang kaya akan bakteri aerob. Proses degradasi berlangsung didalam tangki tersebut selama beberapa jam, dibantu dengan pemberian gelembung udara aerasi (pemberian oksigen). Aerasi dapat mempercepat kerja bakteri dalam mendegradasi limbah. Selanjutnya, limbah disalurkan ke tangki pengendapan untuk mengalami proses pengendapan, sementara lumpur yang mengandung bakteri disalurkan kembali ke tangki aerasi. Seperti pada metode trickling filter, limbah yang telah melalui proses ini dapat dibuang ke lingkungan atau diproses lebih lanjut jika masih dperlukan.

  1. Metode Treatment ponds/ Lagoons

Metode treatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan merupakan metode yang murah namun prosesnya berlangsung relatif lambat. Pada metode ini, limbah cair ditempatkan dalam kolam-kolam terbuka. Algae yang tumbuh dipermukaan kolam akan berfotosintesis menghasilkan oksigen. Oksigen tersebut kemudian digunakan oleh bakteri aero untuk proses penguraian/degradasi bahan organik dalam limbah. Pada metode ini, terkadang kolam juga diaerasi. Selama proses degradasi di kolam, limbah juga akan mengalami proses pengendapan. Setelah limbah terdegradasi dan terbentuk endapan didasar kolam, air limbah dapat disalurka untuk dibuang ke lingkungan atau diolah lebih lanjut.

  • Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)

Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan sekunder masih terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya bagi lingkungan atau masyarakat. Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya pengolahan ini disesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa dalam limbah cair / air limbah. Umunya zat yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya melalui proses pengolahan primer maupun sekunder adalah zat-zat anorganik terlarut, seperti nitrat, fosfat, dan garam- garaman.

Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan (advanced treatment). Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan fisika. Contoh metode pengolahan tersier yang dapat digunakan adalah metode saringan pasir, saringan multimedia, precoal filter, microstaining, vacum filter, penyerapan dengan karbon aktif, pengurangan besi dan mangan, dan osmosis bolak-balik. Metode pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas pengolahan limbah. Hal ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan proses pengolahan tersier cenderung tinggi sehingga tidak ekonomis.

  • Desinfeksi (Desinfection)

Desinfeksi atau pembunuhan kuman bertujuan untuk membunuh atau mengurangi mikroorganisme patogen yang ada dalam limbah cair. Meknisme desinfeksi dapat secara kimia, yaitu dengan menambahkan senyawa/zat tertentu, atau dengan perlakuan fisik. Dalam menentukan senyawa untuk membunuh mikroorganisme, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

  1. Daya racun zat
  2. Waktu kontak yang diperlukan
  3. Efektivitas zat
  4. Kadar dosis yang digunakan
  5. Tidak boleh bersifat toksik terhadap manusia dan hewan
  6. Tahan terhadap air
  7. Biayanya murah

Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah penambahan klorin (klorinasi), penyinaran dengan ultraviolet(UV), atau dengan ozon (Oз). Proses desinfeksi pada limbah cair biasanya dilakukan setelah proses pengolahan limbah selesai, yaitu setelah pengolahan primer, sekunder atau tersier, sebelum limbah dibuang ke lingkungan.

  • Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)

Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder, maupun tersier, akan menghasilkan endapan polutan berupa lumpur. Lumpur tersebut tidak dapat dibuang secara langsung, melainkan pelu diolah lebih lanjut. Endapan lumpur hasil pengolahan limbah biasanya akan diolah dengan cara diurai/dicerna secara aerob (anaerob digestion), kemudian disalurkan ke beberapa alternatif, yaitu dibuang ke laut atau ke lahan pembuangan (landfill), dijadikan pupuk kompos, atau dibakar (incinerated).

Gambar 1. Instalasi Pengolahan Limbah Cair Industri

 

  1. Macam-macam Teknik Penanganan Limbah Cair Industri Perikanan
    • Pengolahan dengan cara anaerobik

Pengolahan dengan cara anaerobik telah digunakan sejak lama untuk menurunkan nilai BOD/COD yang tinggi. Metode ini digunakan untuk mengolah limbah cair pengolahan cumi-cumi, dan berhasil menurunkan BOD secara nyata mencapai 80% dengan laju peningkatan lumpur yang tinggi juga (Park et al., 2001). Balslev-Olesen et al. (1990) dan Mendez et al. (1992) mendapatkan efisiensi penyisihan COD mencapai 75-80% dari limbah pengalengan tuna dan kerang dengan beban limbah organik 4 kg/m3 .hari. Kelebihan dari pengolahan limbah dengan anaerobik :1) tidak diperlukan penambahan nutrien, 2) ammonia yang diperoleh dari perombakan senyawa kaya protein menyebabkan peningkatan alkalinitas dan membuat sistem menjadi lebih stabil bila terjadi kelebihan beban organik. Berdasarkan hasil studi proses anaerobik yang telah dilakukan, tidak ada yang melaporkan adanya penyisihan nitrogen. Pengolahan dengan anaerobik merupakan hasil dari beberapa reaksi yaitu: beban organik dalam limbah dikonversi menjadi bahan organik terlarut yang kemudian dikonsumsi oleh bakteri penghasil asam, kemudian menghasilkan asam lemak mudah menguap, karbondioksida dan hidrogen. Senyawa yang dihasilkan ini kemudian dikonsumsi oleh bakteri penghasil metana, yang kemudian menghasilkan produk akhir gas metana dan karbondioksida. Prosesproses ini dianjurkan untuk diterapkan pada limbah yang mengandung beban organik yang tinggi (misalnya: bloodwater dan stickwater) (Gonzales, 1996).

  • Pengolahan dengan aerobik

Pengolahan biologis limbah cair perikanan secara aerobik dapat dilakukan dengan sistem sebagai berikut: sistem lumpur aktif, kolam aerasi, dan sistem media pertumbuhan (trickling filter dan rotating disk contactor). Pada semua sistem lumpur aktif, pengadukan memegang peranan yang penting dalam menjaga keseragaman dan kestabilan kelarutan bahan organik, oksigen dan mencegah pengendapan lumpur aktif. Pada industri perikanan gangguan kestabilan terjadi pada saat puncak konsentrasi organik dan aliran tertinggi dalam influen. Penyisihan bahan organik pada sistem ini bisa mencapai 85 – 95% (Gonzales, 1996). Waktu tinggal hidrolik yang dibutuhkan rata-rata 3-6 jam dan waktu tinggal sel berkisar antara 3 dan 15 hari (Gonzales, 1996). Berbagai ragam kondisi yang dihasilkan untuk mencapai hasil yang maksimum disebabkan banyaknya faktor yang mempengaruhi proses dengan lumpur aktif. Penelitian telah banyak dilakukan untuk mencari kondisi optimal dari berbagai faktor yang mempengaruhinya, misalnya kelarutan oksigen, rasio Food/Microorganism (rasio F/M), interaksi kandungan mineral dan lumpur dalam pengendapan lumpur. (Argaman, 1981; Casey et al., 1992; Piirtola et al., 1999). Kolam aerasi saat ini paling banyak diterapkan oleh industri perikanan, karena paling sederhana dan dianggap murah. Akan tetapi kualitas limbah yang dihasilkan tidak menjamin sesuai dengan baku mutu yang ditentukan dan sulit untuk dikendalikan. Shipin et al. (1999) telah menghasilkan cara yang baik dalm mengintegrasikan antara sistim kolam dan lumpur aktif untuk penyisihan nitrogen melalui peningkatan proses nitrifikasi dengan meningkatkan kemampuan flokulasi dari simbiose antara bakteri nitrifier dan algae. Sementara teknologi pengolahan dengan lumpur aktif membutuhkan biaya yang relatif mahal untuk industri skala kecil, maka saat ini perkembangan diarahkan pada pengolahan yang dapat mengkondisikan terjadinya reaksi anaerobik dan aerobik sekaligus. Trickling adalah salah satu cara yang telah dicobakan pada limbah cair perikanan. Pada limbah cair pengolahan cumi-cumi diperoleh penyisihan BOD sampai 87% dengan beban 3,5 lb BOD/1000 ft media/hari (Parker et al., 2001). Menurut Battistoni et al. (1992) pada penelitian terhadap berbagai jenis ikan, efisiensi penyisihan akan meningkat bila beban limbah menurun.

Dalam memilih teknologi aerobik yang akan digunakan tergantung beberapa aspek, yaitu luas lahan yang tersedia, kemampuan beroperasi berkala (intermitten) dengan pertimbangan bahwa industri perikanan beroperasi secara musiman, kemampuan dan ketrampilan SDM, dan biaya (termasuk biaya investasi dan biaya operasi. Beberapa pertimbangan mendasar untuk memilih sistem aerobik menurut Gonzales (1996) seperti terlihat pada Tabel berikut:

Tabel 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan proses aerobik

  1. Penanganan Limbah Cair pada Industri Pengolahan Surimi Beku di PT Bintang Karya Laut, Rembang

Limbah cair yang dihasilkan dari pengolahan surimi ini berasal dari pencucian ikan. Pencucian ikan menggunakan banyak sekali air pada setiap prosesnya. Limbah cair tersebut mengalir pada setiap selokan-selokan kecil di pojokan ruang produksi yang alirannya langsung kepada pusat pengolahan limbah cair yang berada di luar ruang produksi. Limbah cair tersebut tidak hanya berisi air cucian, namun ada limbah padat seperti sisik ikan yang ikut tercampur di dalam limbah tersebut. Dalam penanganan limbah cair dilakukan tahap penghilangan sisik ikan menggunakan mesin khusus, sehingga sisik-sisik yang tercampur dalam limbah cair dapat diambil.

Limbah cair yang dihasilkan tidak hanya berasal dari air cucian ikan saja, namun juga berasal dari cucian alat-alat yang digunakan pada proses pengolahan surimi. Pencucian air tersebut menggunakan klorin yang berbeda konsentrasi dan volume yang digunakan. Penanganan limbah cair pada PT. Bintang Karya Laut ini bertahap pada setiap prosesnya hingga mencapai air bersih yang dibuang ke laut.

Menurut Azizah (2013), pengelolaan limbah cair yang diterapkan di PT. Bintang Karya Laut melalui 5 tahap penanganan yaitu tahap pertama penanganan pendahuluan (Pre Treatment), tahap kedua yaitu penanganan pertama (Primary Treatment), tahap ketiga penanganan kedua (Biological Treatment), dan tahap keempat pengendapan dan tahap yang terakhir yaitu penanganan pemeliharaan bakteri. Masing-masing unit penanganan dapat dirincikan sebagai berikut.

  • Penanganan Pendahuluan (Pre Treatment)

Penanganan pendahuluan merupakan proses atau tahapan fisik untuk memisahkan padatan yang mengendap dan mengapung dengan cara penyaringan padatan kasar menggunakan alat penyaring. Alat penyaring limbah berfungsi untuk memisahkan padatan kasar yang terbawa air limbah. Padatan berupa serpihan daging dan sisik ikan. Pemisahan padatan dapat mengurangi resiko penyumbatan pipa akibat pengendapan padatan dan mengurangi beban pengolahan biologis. Pada tahap penanganan ini lemak terbentuk dari limbah cair yang terus-menerus mengalir pada bak atau kolam yang tersedia. Kolam pada penanganan pendahuluan ini berukuran 2 x 3 m2.  Kolam tahap penanganan pendahuluan dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Penanganan Limbah Cair Tahap Pre Treatment

Sumber: PT. Bintang Karya Laut (2016)

 

  • Penanganan Pertama (Primary Treatment)

Penanganan pertama pada IPAL bertujuan untuk menghilangkan padatan  yang tercampur melalui proses pengendapan atau pengapungan. Tahap penanganan pertama yaitu dengan menggunakan bak atau kolam ekualisasi. Bak atau kolam ekualisasi merupakan bak pendukung pada proses pengolahan pendahuluan. Bak ekualisasi digunakan setelah proses pemisahan padatan kasar yang berfungsi untuk menampung air limbah sementara sebelum memasuki proses berikutnya. Fungsi dari bak ekualisasi adalah untuk menstabilkan debit air limbah yang akan memasuki proses pengolahan biologis, yaitu dengan mengatur volume pemompaan sehingga jumlah air limbah yang memasuki proses selanjutnya dapat dikontrol. Selain itu, bak ekualisasi juga berfungsi untuk menghomogenkan air limbah karena air limbah yang masuk dengan konsentrasi yang berbeda akan tercampur dan tecapai konsentrasi yang homogen.

Pada tahapan ini terdapat alat semacam blower yang berada di dasar kolam yang berguna sebagai aerasi. Dengan adanya blower maka lemak-lemak yang berada pada air limbah akan menggumpal ke atas dan bergerak secara berputar-putar seperti siklus. Lemak-lemak yang telah terbentuk dan menggumpal biasanya diambil oleh petugas pengelolaan limbah cair, lemak tersebut dibuang maupun ditampung dalam wadah untuk dijual kepada pengepul.

 

  • Penanganan Kedua (Biological Treatment)

Pengolahan biologis merupakan tahapan pengolahan air limbah yang melibatkan mikroorganisme dalam prosenya dengan tujuan untuk mengurangi padatan tersuspensi dan bahan organik yang terkandung dalam air limbah. Penanganan limbah secara biologis pada industri perikanan ini hanya dengan cara aerob, yaitu membutuhkan oksigen dalam prosesnya.

Mikroorganisme atau bakteri digunakan dalam proses pengolahan air limbah ini bertujuan agar menguraikan bahan-bahan organic di dalam limbah tersebut dengan bantuan oksigen di dalamnya memecah lemak, karbohidrat, dan protein. Oksigen berfungsi untuk membuat partikel yang berukuran besar menjadi kecil atau dapat menyederhanakan limbah. Pada kolam ini terdapat pula blower sebagai aerasi bakteri. Mikroorganisme seperti alga, bakteri, jamur/khamir digunakan untuk memecah limbah. Bakteri dapat memecah protein menjadi asam amino, sedangkan jamur/khamir dapat memecahkan karbohidrat menjadi glukosa.  Protein yang mengandung asam amino akan terurai menjadi NH3, H2S, dan N2. Lemak yang mengandung asam lemak akan terurai menjadi asam karboksilat dan karbohidrat yang mengandung gula akan terurai menjadi CO2 dan H2O. Bahan-bahan hasil dari penguraian tersebut apabila terkena panas akan menguap dan menghasilkan bau limbah yang kurang enak.

  • Tahap Pengendapan

Tahap selanjutnya adalah tahap pengendapan. Pengendapan adalah kegiatan utama dalam tahap pengolahan air limbah dan berlangsung dalam kondisi yang tenang. Proses pengendapan dapat menggunakan atau tidak penambahan bahan kimia untuk menetralkan air limbah. Proses pengendapan dapat mengurangi kebutuhan oksigen pada pengolahan biologis dan pengendapan dilakukan secara grvitasi (Sugiharto, 1987).

Panas yang dihasilkan dari pengolahan air limbah pada tahap ini dapat menimbulkan proses penguapan biomassa yaitu lumpur (sludge). Lumpur mengandung bakteri yang dimanfaatkan pada kolam sebelumnya. Tahapan pengendapan ini terdapat sistem lumpur aktif konvensional yang menggunakan sistem aerasi untuk memasok kebutuhan oksigen dan memanfaatkan lumpur aktif sebagai sumber kebutuhan nutrient untuk pertumbuhan mikroorganisme. Sistem lumpur aktif mampu menstabilkan zat-zat organik terlarut sampai tingkat kadar yang rendah dalam waktu yang relatif singkat, percepatan terjadi karena massa mikroorganisme membentuk flok-flok zat biologis padat pada konsentrasi tinggi yang realtif tetap.  Kestabilan konsentrasi diperoleh dengen mengembalikan sebagian lumpur dari clarifier akhir ke tangki aerasi, selain itu juga mendorong terjadinya inokulasi lumpur aktif terus-menerus agar waktu tinggal lumpur lebih panjang dan mikroorganisme mampu beradaptasi dengan nutrient yang ada (Tyoso, 1991). Tujuan dari proses lumpur aktif adalah untuk memisahkan bahan organik terlarut dan yang tidak terlarut dari limbah dan mengkonversikan material tersebut menjadi suspense flokulan microbial yang siap diendapkan dengan teknik pemisahan padatan cairan secara gravitasi (Eckenfelder, 1989). Bentuk dari clarifier yaitu persegi empat dengan dasar mengerucut ke bawah. Di bagian tepi permukaan clarifier terdapat parit dengan lebar ± 40 cm. Parit tesebut berfungsi untuk menampung air pada permukaan clarifier yang telah jernih dan kemudian mengalir menuju kolam penampungan akhir atau kolam outlet. Tahapan pengendapan pada PT. Bintang Karya Laut dapat dilihat pada Gambar 10.

 

Gambar 10. Penanganan Limbah Cair Tahap Pengendapan

Sumber: PT. Bintang Karya Laut (2016)

  • Penanganan Pemeliharaan Bakteri

Tahap penangana pemeliharaan bakteri terletak di sebelah pada kolam tahap pengendapan. Kolam ini berisi cadangan bakteri yang digunakan untuk penguraian limbah pada kolam-kolam sebelumnya.  Apabila tidak ada produksi, maka bakteri-bakteri tersebut mendapatkan makanan atau nutrient dari petugas yang memberikan bahan campuran gula dan tepung untuk makanan dari bakteri.

 

  1. Aplikasi Pemanfaatan Limbah
    • Pemanfaatan Limbah Cair Hasil Perikanan Sebagai Pupuk Nitrogen (Irma, 2008)

Limbah cair perikanan mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlal~ tinggi seperti N, P, dan K serta mineral-mineral yang lain. Pupuk merupakan suatu bahan yang bermanfaat untuk menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan tidak tersedia di tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Selain itu pupuk juga bermanfaat secara fisika, yaitu memperbaiki struktur tanah dari padat menjadi gembur. Berdasarkan komponen utama penyusun pupuk, pupuk dibagi menjadi pupuk organik dan pupuk anorganik. Sedangkan dari segi cara pernberiannya, pupuk digolongkan menjadi pupuk aka dan pupuk daun (Marsono et al., 2001).

Cara pembuatan pupuk dari limbah cair perikanan :

  1. Limbah cair perikanan direbus dalam air mendidih selama 10 menit, perbandingan limbah padat : air yaitu 1:5.
  2. Kemudian dilakukan penyaringan untuk memisahkan padatan dan cairan yang akan digunakan setelah dingin
  3. Dilakukan pengolahan secara biologi menggunakan lumpur aktif
  4. Pupuk nitrogen siap untuk digunakan

Karakteristik limbah cair buatan yang dihasilkan sebagai berikut :

Tabel 2. Karakteristik Limbah Cair Buatan

Limbah cair buatan mengandung N dalam jumlah yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena limbah cair buatan ini berasal dari potongan-potongan ikan.Ikan banyak mengandung protein sehingga limbah cair buatan yang dihasilkan mengandung N dalam jumlah yang cukup tinggi. Derajat keasaman (pH) dari limbah cair buatan ini mendekati alkali yaitu 6,87. Hasil pengaplikasian pada tanaman bayam sebagai berikut:

  1. Pengaruh terhadap tinggi bayam

Pada saat panen, bayam yang dipupuk dengan 800 ml limbah cair yang diolah dengan lumpur aktif menghasilkan bayam yang paling tinggi. Sedangkan tinggi bayam yang paling rendah adalah bayam yang tidak diberi tambahan unsur nitrogen. Dari analisis ragam didapatkan bahwa perlakuan nitrogen yang diberikan tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap laju pertumbuhan tinggi bayam pada 1 MST dan 2 MST, tetapi memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap laju pertumbuhan tinggi bayam pada 3 MST.

 

Gambar 9. Hasil Pengaruh Pemberian Pupuk Terhadap Tinggi Bayam

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Pengaruh terhadap jumlah daun bayam

Bayam yang dipupuk dengan limbah cair perikanan yang diolah dengan lumpur aktif maupun yang masih segar rata-rata mengalami pertambahan jumlah daun yang lebih banyak daripada bayam yang tidak diberi tambahan unsur nitrogen atau perlakuan KN dan bayam yang dipupuk dengan urea atau perlakuan KP. Dari Tabel 3 dapat dilihat wlsur nitrogen tidak terlalu

  • Akuaponik

Akuaponik adalah suatu kombinasi sistem akuakultur dan budidaya tanaman hidroponik. Sistem akuaponik yang dilakukan adalah ikan dan tanaman tumbuh dalam satu sistem yang terintegrasi, dan menciptakan suatu simbiotik antara keduanya (Diver, 2006). Prinsip dari akuaponik yaitu memanfaatkan secara terus – menerus air dari pemeliharaan ikan ke tanaman dan sebaliknya dari tanaman ke kolam ikan. Inti dasar dari sistem teknologi ini adalah penyediaan air yang optimum untuk masing-masing komoditas dengan memanfaatkan sistem resirkulasi. Sistem teknologi akuaponik mulanya karena ada  permasalahan semakin sulitnya mendapatkan sumber air yang sesuai untuk budidaya ikan, khususnya di lahan yang sempit, akuaponik yang merupakan salahsatu teknologi hemat lahan dan air yang dapat dikombinasikan dengan berbagai tanaman sayuran.

Pada sistem akuaponik, aliran air kaya nutrisi dari media pemeliharan ikan digunakan untuk menyuburkan tanaman hidroponik. Hal ini baik untuk ikan karena akar tanaman dan rhizobakter mengambil nutrisi dari air. Nutrisi yang berasal dari feses, urin dan sisa pakan ikan adalah kontaminan yang menyebabkan meningkatnya kandungan racun pada media pemeliharaan, tetapi air limbah ini juga menyediakan pupuk cair untuk menumbuhkan tanaman secara hidroponik. Sebaliknya, media hidroponik berfungsi sebagai biofilter, yang akan menyerap ammonia, nitrat, nitrit dan posfor sehingga air yang sudah bersih dapat dialirkan kembali ke media pemeliharaan (Diver 2006). Bakteri nitrifikasi yang terdapat pada media hidroponik memiliki peran penting dalam siklus nutrisi, tanpa mikroorganisme ini seluruh sistem tidak akan berjalan. Ammonia dan nitrit bersifat racun bagi ikan, tetapi nitrat lebih aman dan merupakan bentuk dari nitrogen yang dianjurkan untuk pertumbuhan tanaman seperti buah-buahan dan sayuran (Rakocy et al. 2006). Menurut ECOLIFE (2011) kelebihan akuaponik dari sistem lainnya, yaitu:

  1. Sistem akuaponik berjalan dengan prinsip zero enviromental impact. Akuaponik dapat menghasilkan ikan berkualitas baik dan tanaman organik sehingga tidak tercemar dengan pupuk buatan, pestisida maupun herbisida.
  2. Sistem akuaponik memanfaatkan air dengan lebih bijak. Sistem ini menggunakan 90% lebih sedikit air daripada menanam tanaman dengan cara konvensional dan menggunakan air 97% lebih sedikit dari sistem akuakultur biasa.
  3. Sistem akuaponik serbaguna dan mudah beradaptasi. Sistem ini dapat dibangun dengan segala ukuran dan cocok untuk berbagai tempat.

Sistem akuaponik dalam prosesnya secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut, air yang berasal dari wadah pemeliharaan ikan dialirkan dengan menggunakan pompa air ke tempat wadah pemeliharaan tanaman yang berfungsi sebagai filter biologis, dimana tanaman akan menyerap karbon untuk kemudian dimanfaatkan dalam proses fotosintesis sehingga mampu mensuplai oksigen dan menjaga kualitas air untuk pertumbahan ikan yang dibudidayakan. Dengan memanfaatkan sistem akuaponik, diharapkan dapat mereduksi konsentrasi TOC dalam kolam budidaya melalui tanaman yang digunakan. Tanaman yang digunakan dalam sistem akuaponik berupa tanaman sayur (bayam, kemangi, kangkung) dan tanaman buah (tomat, mentimun, paprika). Beberapa jenis ikan yang telah dibudidayakan menggunkan sistem akuaponik adalah lele (Catfish), rainbow trout, mas (Common carp), koi, mas koki dan barramundi (Asian sea bass).

Fokus dalam akuakultur adalah memaksimalkan pertumbuhan ikan di dalam kolam pemeliharaan. Ikan biasanya ditebar pada kolam dengan kepadatan yang tinggi. Tingkat penebaran ikan yang tinggi menyebabkan kebutuhan akan oksigen menjadi meningkat dan terjadi penurunan kualitas air budidaya akibat fases dan pakan yang tidak termakan. Akuaponik menyatukan simbiosis antara tanaman dan ikan, dimana tanaman memanfaatkan kotoran ikan yang berisi hampir semua nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan proses fotosintesis, sehingga mampu memberikan suplai oksigen dan menjaga kualitas air untuk pertumbuhan ikan yang dibudidayakan.

  • Sistem Budidaya Terpadu (Chyati et al., 2010)

Sistem budidaya terpadu merupakan suatu sistem modifikasi dari sistem agri-akuakultur terpadu yaitu sistem yang menggunakan air sebagai kebutuhan yang sangat penting dan bernilai ekonomis dengan memadukan antara pertanian dan perikanan untuk memperoleh keuntungan dengan tetap berwawasan lingkungan (Lucas et al., 2003).

Sistem budiaya terpadu terdiri dari beberapa subsistem diantaranya adalah perikanan dan pertanian, dengan skema sebagai berikut:

 

 

Gambar 10. Prinsip Sistem Budidaya Terpadu (Modifikasi, Lucas et al., 2003)

 

Budidaya ikan sebagai suatu sistem yang menghasilkan limbah berupa amoniak (NH4) dalam bentuk feses dan urin, amoniak merupakan suatu senyawa yang bersifat toksik oleh karena itu harus dikeluarkan melalui saluran pembuangan (Outlet). Air buangan yang dikeluarkan banyak mengandung nitrogen dalam bentuk senyawa amoniak lalu dialirkan kedalam lahan pertanian dan hortikultura, tumbuhan sangat memerlukan senyawa nitrogen untuk pertumbuhan dan perkembangan sehingga tidak diperlukan pemberian pupuk kimia yang kurang ramah lingkungan atau menimbulkan residu tersendiri pada tanaman dan kemudian airnya sebagian akan dialirkan kedalam suatu wadah bernama biodigester dan sisanya akan dimasukan kembali kedalam kolam ikan . Sebelum sampai kedalam biodigester air akan dilewatkan kedalam peternakan untuk minum ternak dan pencucian kandang sehingga akan dihasilkan limbah berupa kotoran ternak yang akan ditampung dalam biodigester.

Prinsip kerja dari sistem budidaya terpadu adalah sistem polikultur dimana akan terdapat ikan lele yang diberikan pakan buatan berupa pelet sedangkan kolam yang lain dibudidayakan ikan nila yang memanfaatkan sisa pakan dari ikan lele melalui air yang dialirkan dari kolam ikan lele ke dalam kolam ikan nila. Air yang dikeluarkan dari kolam ikan banyak mengandung limbah organik berupa nitrogen dalam bentuk amoniak dan fosfor, keduanya sangat bermanfaat bagi tumbuhan. Oleh karena itu air hasil buangan ikan akan dialirkan ke dalam hidroponik yang berfungsi untuk menangkap nitrogen pertama. Hidroponik ini akan menghasilkan tanaman seperti kangkung, kangkung atau tanaman lain yang dapat dimanfaatkan baik untuk dijual maupun untuk pakan ternak. Air yang telah dialirkan dimanfaatkan kembali ke dalam sawah sebagai pupuk organik sehingga tidak diperlukan pemberian pupuk kimia yang kurang ramah lingkungan. Selanjutnya air yang telah melalui saluran irigasi sebagian ada yang dialirkan ke dalam peternakan berupa irigasi untuk pembersihan ternak dan sisanya langsung masuk ke dalam reservoir. Dari reservoir air akan dialirkan kembali melalui pompa ke kolam ikan. Peternakan yang dijalankan berupa ternak sapi yang akan memberikan hasil buangan berupa limbah yang dapat dimanfaatkan untuk biogas maupun pupuk organik. Selain itu dari sapi yang dipelihara akan dihasilkan dua mutiara yaitu mutiara merah berupa daging dan mutiara putih berupa susu. Limbah dari hasil ternak sapi akan dialirkan bersama saluran air dan ditampung dalam suatu biodigester. Biodigester yang berisi bakteri dan mikroba dapat menguraikan limbah organik dari kotoran ternak menjadi karbondioksida dan biomasa, sedangkan bahan organik yang telah terurai atau terfermentasi dalam bentuk endapan yang digunakan untuk kompos dan dapat dimanfaatkan untuk bioenergi berupa biogas yang dapat dimanfaatkan untuk sumber energi. Biomasa sebagai produk utama dari biodigester yang telah dalam bentuk cair dialirkan dalam kolam alga yang akan dimanfaatkan untuk menumbuhkan alga setelah dikultur dalam kolam alga hasilnya berupa mikroalga dan makroalga yang akan dimanfaatkan untuk merangsang pertumbuhan zooplankton sehingga terjadilah trofik level didalam kolam ikan atau wadah budidaya sehingga dapat memberikan efesiensi dalam penggunaan pakan buatan.

Gambar 11. Tata latek penerapan sistem budidaya terpadu pada luasan 1 Ha.

 

  1. Instalasi Pengolahan Air Limbah

Desain IPAL Pengolahan air limbah melalui IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) merupakan cara atau upaya untuk meminimalkan kadar pencemar yang terkandung dalam limbah cair tersebut sehingga dapat memenuhi Baku Mutu dan layak untuk dibuang ke lingkungan maupun dimanfaatkan kembali. Mengenai seberapa pentingnya IPAL bagi sebuah Industri dapat dilihat dari Regulasi atau peraturan yang ada, yang diantaranya adalah Undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, PP No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air,  Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 tahun 2010 tentang  Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) terdiri dari beberapa unit, yaitu:

  1. Penyaringan

Penyaringan ini dibutuhkan untuk memisahkan padatan yang terbawa oleh limbah cair, penyaringan ini dipasang sesuai dengan kebutuhan misalnya saringan kasar, sedang dan halus.

  1. Bak / Tangki Ekualisasi

Tangki ekualisasi ini berfungsi untuk menampung limbah yang keluar sebelum diolah sehingga kualitas limbah menjadi homogen. Besarnya bak/tangki ekualisasi ini diperkirakan sama dengan jumlah limbah cair yang dihasilkan t hari.

  1. Fixed Bed Reactor

Fixed Bed Reaktor merupakan peralatan pengolahan Anaerobics yang bisa digunakan untuk COD di atas 6000 ppm. Fixed Bed Reaktor juga merupakan peralatan proses biologi yang murah dan mudah pengoperasiannya, selain efisiensinya bisa mencapai 80%.

  1. Trikling Filter

Trikling Filter merupakan peralatan proses biologi aerob dan anaerob yang biasa digunakan untuk mengolah limbah dengan COD sampai 4000 ppm. Trikling Filter banyak digunakan karena konstruksinya sederhana, dan biaya operasionalnya relatif murah. Efisiensi Trikling Filter bisa mencapai 90%.

  1. Instalasi dan Pompa

Instalasi dan pompa merupakan peralatan penunjang biasanya dibutuhkan untuk memindahkan limbah sebelum dan sesudah diolah.

 

 

  • PENUTUP

 

  1. Kesimpulan
  • Limbah adalah bahan sisa atau sampah yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia dan mahluk lainnya. Berdasarkan sifatnya macam-macam limbah yaitu limbah padat, limbah cair, dan limbah gas/asap. Limbah cair adalah bahan-bahan pencemar berbentuk cair. Limbah cair industri perikanan mengandung bahan organik yang tinggi.
  • Proses pengolahan limbah cairterdiri dari beberapa tahapan yaitu primer (secara fisik), sekunder (secara biologis), dan tersier (secara kimiawi).
  • Teknik-teknik penanganan limbah cair yang sesuai untuk limbah cair industri perikanan meliputin penanganan secara aerobik dan anaerob.
  • Beberapa contoh aplikasi pemanfaatan air limbah antara lain digunakan sebagai Pupuk Nitrogen, sistem akuaponik yaitu suatu kombinasi sistem akuakultur dan budidaya tanaman hidroponik,serta sistem budidaya terpadu (modifikasi sistem agri-akuakultur terpadu).
  • IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) didesain sebagai cara atau upaya untuk meminimalkan kadar pencemar yang terkandung dalam limbah cair tersebut sehingga dapat memenuhi Baku Mutu dan layak untuk dibuang ke lingkungan maupun dimanfaatkan kembali

 

  1. Saran

Sebaiknya pembahasan terkait penanganan limbah cair sesuai dengan topik pembahasan lebih berfokus pada penanganan limbah cair perikanan skala industri.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Argaman, Y. 1981. Design and Performance Charts for Single Sludge Nitrogen Removal Systems. Wat. Res.15:841-847.

Azizah, R.N. 2013. Penanganan Limbah Pada Industri Pengolahan Surimi Beku Di Pt. Bintang Karya Laut Rembang Jawa Tengah. Laporan Kerja Lapangan. UGM. Yogyakarta.

Battistoni P, G Fava, A Gato. 1992. Fish Processing Wastewater: Emission Factors and High Load Trickling Filters Evaluation. Wat Sci Tech Vol. 25(1): 1-8.

Balslev-Olesen, P., A Lynggaard, C Nikelsen. 1990. Pilot-Scale Experiments on Anaerobic Treatment of Wastewater from a Fish Processing Plant. Wat. Sci.Tech. 22: 463-474.

Chayati, T.N., Mupahir, A., Wibisono, R.W.,2010. Sistem Agri-Akuakultur Terpadu Yang Berkelanjutan Dan Ramah Lingkungan. PKM Gagasan Tertulis. IPB. Bogor.

Diver, S. 2006. Aquaponics – Integration of Hydroponics with Aquaculture. National Sustainable Agriculture Information Service, Australia. ECOLIFE Foundation.

Eckenfelder, W. 1989. Industrial Water Pollution Control. McGraw-Hill Book Company. New York.

ECOLIFE Foundation. 2011.  Introduction to Village Aquaponics.  ECOLIFE, 324 State Place, Escondido, CA 9202.

Gonzales, JF. 1996. Wastewater Treatment in The Fishery Industry. FAO Fisheries Technical Paper, No. 355. Rome, FAO.

Irma. 2008. Pemanfaatan Hasil Pengolahan Limbah Cair Perikanan dengan Lumpur Aktif Sebagai Pupuk Nitrogen Tnaman Bayam (Amaranthus sp.). Skripsi. IPB. Bogor.

Jenie, B.S.L dan W.P. Rahayu, 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Kementerian Perindustrian. 2007. Gambaran Sekilas Industri Karet. Kementerian Perindustrian, Jakarta.

Lucas and Southgate. 2003. Aquaculture : Farming Aquatic Animals and animal plants. Blackwell Publishing, Australia.

Marsono, Sigit P. 2001. Pupuk Akar : Jenis dan Aplikasi. PT Penebar Swadaya.Jakarta.

Mendez R, F Omil, M Soto, JM Lema. 1992. pilot plant studies on the anaerobic treatment of different wastewaters from A fish-canning factory. Wat Sci Tech Vol. 25 (1): 37-44.

Mudrack, K dan Kunst, S. 1991. Biologie der Abwosserreinigung Gustau Fisher. Stuttgart.

Park E, R Enander, SM Barnet, C Lee. 2001. Pollution Prevention and Biochemical Oxygen Demand Reduction in a Squid Processing Facility. Jour of Cleaner Production 9, 341-349.

Rackocy, J.E., D.S. Bailey., K.A Shultz., W.M. Cole.  2006.  Development of an Aquaponic System for the Intensive Production of Tilapia and Hydroponic Vegetables. Universitiy of the Virgin Island Agricultural Experiment Station. Kingshill, U.S Virgin Island.

River, L; E. Aspe; M. Roeckel dan M. C. Marti. 1998. evaluation of clean technology process in the marine product processing industry. J. Chem. Technol. Biotechnol., 73, 217-226.

Shipin, O V., P G J Meiring, R Phaswana, H Kluever. 1999. integrating ponds and activated sludge process in the petro concept. Wat. Res. 33(8): 1767-1774.

Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. Universitas Indonesia. Jakarta.

Tyoso, B.W. 1991. Dasar-Dasar Penanganan Limbah Industri dalam Kursus Singkat Penanganan Limbah Industri. PAU-Bioteknologi UGM. Yogyakarta.

 

Agustyar

Mahasiswa perikanan UGM 2014

Leave a Reply

Your email address will not be published.