RESUME
DISKUSI PERIKANAN
STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN
SUMBERDAYA PERIKANAN DALAM MENYAMBUT AEC
Oleh :
Akhmad Awaludin Agustiar
14/369621/PN/13935
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
Pada hari Minggu tanggal 23 November 2014 , dilaksanakan diskusi perikanan untuk memperingati hari ikan nasional yang jatuh pada tanggal 21 Desember di Auditorium Prof Harjono Danoesastro Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Tema dari diskusi tersebut adalah strategi pengembangan dan pengelolaan sumberdaya perikanan dalam menyambut AEC. Moderator dari diskusi kali ini yaitu bapak Subejo, S.P., M.Sc., Ph.D. yang merupakan dosen dari jurusan Sosial Ekonomi Pertanian UGM.
Pembicara pertama yaitu bapak Dr.Ir. Achmad Poernomo, M.App. Sc. selaku Kepala Badan Penelitian & Pengembangan Kelautan dan Perikanan. Beliau memberikan penjelasan mengenai kesiapan Indonesia menuju AEC 2015. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak di ASEAN , yakini sebanyak 250 juta penduduk sedangkan total dari jumlah penduduk ASEAN yakni sekitar 600 juta. Ini berarti jika kita tidak siap menghadai AEC 2015 , kita hanya akan menjadi pasar dari negara-negara ASEAN. Dari 12 sektor ASEAN , Indonesia memilih bidang Otomotif dan kayu , padahal potensi Indonesia dibidang perikanan jauh lebih besar. Saat ini Indonesia menempati peringkat ke 16 negara Ekonomi terbesar dan diprediksi akan naik pada tahun 2030 menjadi peringkat ke 7 negara Ekonomi dunia. Faktor yang menyebabkan Indonesia kurang siap dalam AEC 2015 yaitu produksi perikanan yang dihargai sangat murah , meskipun produksinya paling tinggi. Menurut data dari BPS penyebab hal tersebut yakni tenaga kerja kita di dominasi oleh lulusan SD kebawah.
Pembicara kedua yaitu Ketua Komisi IV DPR RI bapak Edhy Prabowo, M.M., MBA. Menjelaskan mengenai keadaan real Indonesia dalam menghadapi AEC 2015. Menurut beliau secara anggaran , Indonesia sudah sangat siap menghadapi AEC 2015. Akan tetapi ada beberapa masalah yang harus ditangani sedini mungkin seperti birokrasi yang masih kurang kompak dan tidak sejalan. Selain itu perlindungan untuk nelayan di Indonesia juga masih sangat kurang. Dua hal penting tersebutlah yang sangat menjadi fokus RI dalam menghadapi AEC 2015. Selain itu beliau selaku ketua komisi IV DPR RI juga menyinggung sedikit tentang kinerja DPR yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan publik. Menurutnya , masih sangat banyak anggota DPR yang tidak bisa menjabat amanat rakyat dengan baik , padahal DPR merupakan sebuah dewan yang berada atas kendali rakyat dan bekerja untuk rakyat.
Pembicara ketiga yaitu Dr. Suwarman Partosuwiryo, A.Pi., M.M. dari Dinas Kelautan & Perikanan DIY. Beliau menjelaskan mengenai budaya borosnya nelayan di DIY , menurutnya budaya boros nelayan DIY perlu diubah segera mungkin supaya dapat tersedianya ikan. Peningkatan produksi ikan juga perlu dilakukan dan dibarengi dengan peningkatan kualitas produk. Selain itu sertifikat juga sangat penting bagi nelayan , sertifikat nautika atau surat ijin mengendara di laut diperlukan nelayan sebagai tanda profesionalisme. Selain itu beliau juga menyampaikan bahwa sebagian besar nelayan di DIY telah memiliki sertifikat tersebut.
Kemudian pembicara selanjutnya adalah salah satu alumni dari jurusan perikanan UGM yaitu bapak Fakhrudin Alrozi, S.Pi yang dalam hal ini berlaku sebagai nelayan ikan. Beliau bersama para nelayan didaerah bantul yang tergabung dalam Inka Bantul VII mencari rezeki dengan menangkap ikan di laut lepas tepatnya hingga laut selatan dimana daratan sudah tidak terlihat. Beliau bersama dengan awak kapal berlayar menggunakan kapal yang diberikan oleh badan litbang kelautan dan perikanan bantul dapat berlayar dilaut kurang lebih selama 10 hari dan mendapat ikan ber ton-ton. Jenis ikannya pun bervariasi seperti ikan tongkol dan ikan tuna. Masalah yang sering dihadapi ketika berlayar menurut beliau yakni awak kapal yang mayoritas warga bantul tidak kuat berlayar selama 10 hari dengan alasan kangen dengan keluarganya dirumah. Selain itu beberapa dari awak kapal tidak kuat dengan gelombang laut yang amat besar yang menimbulkan mabuk laut. Selain itu masalah yang dihadapi beliau adalah sulitnya peminjaman uang di bank untuk modal usahanya. Beliau telah mencoba meminjam uang dibeberapa bank salah satunya BRI dan tidak mendapatkan hasil apapun, akhirnya beliau memutuskan untuk meminjam uang di sebuah bank swasta dengan bunga sebesar 2% dan beliau berkata rezeki yang didapat alhamdulillah semakin besar bahkan masih dapat ditabung. Disela-sela materi yang beliau sampaikan beliau juga menagatakan bahwa ketika kuliah di UGM beliau tidak berfikir akan menjadi nelayan seperti saat ini , bahkan untuk kategori luluspun beliau termasuk lama. Salah satu dosen yang sangat membantu beliau untuk lulus yaitu bapak Suadi.
Pembicara kelima yaitu dari sektor pengolahan produk perikanan ibu Uum Faida yang merupakan owner dari produk Suki Onigiri. Kisah awal ibu Uum merintis usaha ini diawali ketika beliuan di Jepang bersama suaminya yang sedang menuntut ilmu. Ibu Uum setiap hari melihat kebiasaan orang jepang setiap hari ketika akan berangkat sekolah atau kerja, mereka banyak yang memakan onigiri sambil bersepeda atau naik kereta. Kemudian beliau membawa ide memproduksi onigiri di Indonesia tepatnya di Yogyakarta. Onigiri dari beliaun setiap hari dijual di beberapa tempat seperti sekolah , Indomaret dan bandara. Untuk ikan yang digunakan sebagai bahan bakunya sendiri beliau tidak impor , namun untuk nori yang dalam hal ini digunakan rumput laut beliau impor dari cina karena beberapa alasan. Faktor yang sangat mempengaruhi omset dalam usahanya yaitu cuaca, menurutnya cuaca yang tidak dapat diprediksi membuat penjualannya kadang menurun mengingat onigiri bukanlah makanan yang tahan lama bahkan kurang dari satu hari. Ibu Uum berharap agar adanya gerakan makan ikan karena protein yang terkandung dalam ikan sangat tinggi , beliau mencontohkan orang Jepang yang gemar makan ikan dikenal pintar.
Pembicara selanjutnya yaitu dari kalangan dosen jurusan Perikanan UGM bapak Suadi, S.Pi., M.Sc., Ph.D. yang menjelaskan mengenai dua isu dalam perikanan yakni pengembangan sistem kualitas dan penanganan ilegal fishing. Menurut beliau , dua isu tersebutlah yang sangat penting saat ini untuk dibahas. Pengembangan sistem kualitas perikanan di Indonesia perlu ditingkatkan dalam upaya persiapan menghadapi AEC 2015 jika Indonesia ingin bersaing dengan negara-negara ASEAN. Kemudian penanganan ilegal fishing yang sering terjadi di Indonesia perlu adanya perhatian yang lebih dari pemerintah.
Pembicara yang terakhir yaitu Muhammad Ali selaku perwakilan dari mahasiswa jurusan Perikanan yang saat ini masih aktif berkuliah. Menurutnya ada dua hal penting yang perlu dilakukan terkait dengan persiapan AEC dilihat dari subjektifitas mahasiswa. Kedua hal penting tersebut yaitu kompetensi dan apa yang bisa mahasiswa lakukan. Menurutnya perlu ada sebuah kegiatan yang bertujuan mengarah pada pengabdian masyarakat oleh mahasiswa karena hal tersebutlah yang paling bisa dilakukan oleh mahasiswa saat ini. Selain itu pentingnya sertifikat bukan hanya bagi para pelaku perikanan langsung yang dalam hal ini adalah nelayan akan tetapi mahasiswa juga memerlukan sertifikat tersebut guna mendapatkan pengakuan kompetensi dibidang perikanan.