Ikan Sidat

MAKALAH

IKAN SIDAT (Anguilla)

adf

OLEH :

KELOMPOK X

AKHMAD AWALUDIN A (13935)

IDRIS AFANDI (13872)

IMELDA NOVITA ATITUS (13870)

ISNIN DWI SAPUTRI (13936)

RIZKI REZA PERMATA (13908)

TRIYITNO (13850)

 

JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2015

 

KATA PENGANTAR

 

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas segala berkat dan perlindungan-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Makalah ini merupakan tugas mata kuliah Iktiologi yang menguraikan tentang “IKAN SIDAT (Anguilla spp.)”.

Penulis menyadari bahwa pembuatan makalah ini tidak terlepas dari bantuan pihak lain. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dengan caranya masing-masing.

Penulis juga menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, kritik dan saran sangat diharapkan demi penyempurnaan makalah ini. Untuk itu, segala kritik dari pembaca sangat diharapkan dan akan di terima dengan lapang dada.

 

 

 

Yogyakarta,      Maret  2015

 

 

Penulis

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

  • 1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, tidak terhitung kekayaan yang terdapat di Indonesia ini mulai dari ujung Barat Sabang sampai ujung Timur Merauke. Kekayaan itu sampai sekarang belum di maksimalkan oleh sumber daya manusia yang ada termasuk dalam dunia perikanan. Tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan wilayah perairan daripada wilayah daratan, tetapi kenyataan sekarang adalah Indonesia belum bisa memanfaatkan semua sumber daya yang ada tersebut.

Permintaan dan kebutuhan ikan sekarang ini terus meningkat yang diiringi dengan kesadaran akan pola hidup sehat dan usaha untuk memenuhi kebutuhan protein untuk kebutuhan sehari-hari. Sementara itu ketersediaan ikan semakin lama semakin menurun dikarenakan masyarakat hanya berusaha menangkap tanpa berfikir untuk membudidayakan. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis akan mengulas tentang ikan sidat serta manfaatnya agar nantinya ikan sidat ini tidak akan tergerus masa dan hanya tinggal sejarah.

Ikan sidat merupakan ikan asli Indonesia yang terutama daerah penyebaran di Samudera Indonesia. Ikan sidat mempunyai siklus hidup reproduksi yang unik dan rumit, di mana ikan sidat dewasa yang telah matang gonad akan bermigrasi ke laut dan berpijah di kedalaman laut lebih dari 300m. Setelah telur menetas, larva sidat (leptocephalus) yang berbentuk seperti pita transparan, akan terbawa oleh arus laut dan kembali ke perairan pantai. Sebelum memasuki perairan pantai, larva akan bermetamorfosa menjadi glass eel dan siap tumbuh dan berkembang di sungai. Maka dari daur ulang yang rumit itu yang jelas pada fase tumbuh dan berkembang ikan ini di sungai atau air tawar maka membuat ikan sidat ini membuat suatu peluang usaha yang berpotensi menghasilkan rupiah dan dapat memenuhi kebutuhan akan permintaan yang ada sekarang.

 

  • 2 Tujuan Penulisan

Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah:

  1. Memenuhi tugas dari dosen mata kuliah.
  2. Menambah pengetahuan untuk diri sendiri dan pembaca.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

  • 1 Klasifikasi, Reproduksi dan Persebaran Ikan Sidat
  1. Klasifikasi Ikan Sidat

Ikan sidat (eels) adalah ikan dari family Anguilidae. Ada sekitar 16 sampai dengan 20 spesies yang semuannya dalam genus Anguila. Di Indonesia sendiri punya tujuh jenis spesies. Ketujuh  jenis itu, dapat digolongkan  menjadi dua  kelompok  yaitu yang  kelompok  bersirip punggung  pendek dan kelompok yang bersirip punggung panjang. Kelompok bersirip punggung pendek diantaranya Anguilla bicolor bicolor, Anguilla bicolor Pacifica  sedangkan  kelompok  yang memiliki  sirip  punggung  panjang diantaranya  Anguilla borneoensis,  Anguilla marmorata, Anguilla celebesensis,  Anguilla megastoma dan Anguilla interioris.. Persebarannya di daerah – daerah yang berbatasan dengan laut dalam. Di perairan daratan ( inland water) ikan sidat hidup di perairan estuaria (laguna) dan perairan air tawar (sungai, rawa, dan danau) dataran rendah hingga dataran tinggi.

 

Jenis yang banyak ditangkap oleh para nelayan adalah jenis sidat kembang (Anguila mauritiana) dan sidat anjing (Anguila bicolon). Kedua jenis ikan ini hidup dalam lubang pada cadas-cadas atau diantara sela-sela batu, dan yang disukai masyarakat adalah jenis sidat kembang. Sidat anjing kurang disukai, atau bahkan sebagian ada yang menolaknya karena nama ikan ini diembel – embeli dengan nama “anjing”.

Menurut Lagler, klasifikasi ikan sidat sebagai berikut :

Kelas        : Osteichthyes,

Subkelas   : Actinopterygii,

Ordo         : Anguilliformes (Apodes),

Subordo   : Anguilloidea,

Famili       : Anguillidae,

Genus       : Anguila.

Sidat di Indonesia yang populasinya terancam antara lain, spesies Anguilla marmorata, Anguilla bicolor bicolor, dan Anguilla selebensis. Ada juga beberapa ikan sidat yang populasinya di alam saat ini bisa dikatakan kritis antara lain, spesies sidat Sulawesi, Anguilla celebensis yang terdapat di Danau Poso, Sulawesi Tengah. Hal ini disebabkan spesies sidat ini adalah ikan sidat endemic Pulau Sulawesi. Berbeda dengan spesies Anguilla bicolor dan Anguilla marmorata yang meskipun diberi nama dengan nama Indonesia namun persebaran ikan ini meliputi Madagaskar sampai Pasifik.  Meskipun kedua spesies ini tidak sekritis dengan spesies Anguilla celebansis namun penelitian untuk budidayanya sangat dibutuhkan guna menjaga kelestariannya.

Sebagian besar ikan sidat hidup di daerah tropis. Indonesia dianggap sebagai pusat keanekaragaman ikan sidat. Indonesia dengan iklim tropis dan dikelilingi oleh samudra serta persebaran kepulauannya yang membentang menjadikan Negara Indonesia mempunyai keanekaragaman jenis ikan sidat yang tinggi.

Di Indonesia ikan sidat mempunyai banyak nama antara lain, di daerah Jawa Barat dikenal dengan sebutan ikan uling, ikan moa, ikan lubang, ikan lumbon, dan ikan larak. Di Jawa Tengah mempunyai nama yang berbeda lagi yaitu ikan pelus, ikan gating, ikan lembu, ikan denong, ikan megaling, ikan lara, dan ikan lucah. Itu semua adalah contoh penamaan ikan sidat menurut nama lokal setempat, masih banyak lagi nama daerah ikan sidat yang belum disebutkan.

Klasifikasi ikan sidat menurut Nelson sebagai berikut  :

Filum               : Chordata

Subfilum         : Euchordata

Kelas               : Osteichthyes

Subkelas          : Actinopterygii

Infrakelas        : Teleostei

Superordo       : Elomorpha

Ordo                : Anguilliformes

Famili              : Anguillidae

Genus              : Anguila

Spesies            : Anguilla sp.

  1. Reproduksi Ikan Sidat

Ikan sidat merupakan ikan yang tumbuh dewasa di perairan tawar dan saat dewasa (matang gonad) akan kembali ke laut untuk memijah. Siklus hidup ikan sidat dimulai dari sidat dewasa yang dikenal dengan silver eel yang memijah di laut dalam. Temperatur optimum untuk memijah adalah 20° C dan salinitas tinggi. Telur yang dihasilkan sebanyak 3 juta telur per kilogram sidat betinanya. Telur-telur sidat menetas sekitar 24 jam menjadi larva kecil berukuran 5 mm. Kemudian berangsur-angsur menjadi larva (leptocephalus) berbentuk seperti daun yang transparan. Larva ini terus hanyut terbawa arus. Tahapan selanjutnya setelah larva mengalami metamorfosis adalah stadia glass eel . Pada tahapan ini  sidat kecil sudah menyerupai sidat secara utuh namun masih belum ada pigmentasi pada tubuhnya sehingga bening seperti kaca. Glass eel berruaya secara aktif kearah perairan yang memiliki salinitas rendah. Pada saat inilah sidat secara bertahap mengalami pigmentasi pada tubuhnya yang sering di sebut stadia elver.

Dalam waktu yang panjang elver terus tumbuh berkembang menjadi yellow eel atau sering disebut stadia fingerling dan mendiami perairan tawar seperti sungai, waduk, danau, rawa selama kurang lebih 2-3 tahun sampai menjadi sidat dewasa (silver eel) yang matang gonad kemudian akan kembali ke laut untuk memijah.

Tahap akhir sidat hidup di perairan tawar ditandai dengan perubahan warna pada tubuh sidat menjadi warna perak (silver) oleh karena itu disebut silver eel. Pada masa ruaya, sidat mencari sungai untuk menuju ke laut. Selama perjalanan silver eel tidak makan sehingga terjadi perubahan pada tubuh sidat. Sidat menjadi kurus, mata membesar, dan warnanya semakin perak. Pemijahan terjadi pada kedalaman 400-6000 meter di bawah laut dengan suhu 16°C-17°C dan induk sidat akan mati setelah proses pemijahan. Waktu berpijah sidat terjadi sepanjang tahun. Puncak pemijahan Anguilla bicolor pada bulan Mei dan Desembar dan Anguilla marmorata pada bulan Oktober. Sidat merupakan hewan nokturnal, shingga  menjadi lebih aktif pada malam hari. Oleh karena itu  penangkapan sidat cenderung dilakukan pada malam hari dan tangkapan melimpah pada saat bulan gelap.

Ikan sidat mampu beradaptasi pada salinitas 0-35 ppm dan suhu 12-31°C. Sidat bernafas menggunakan kulit sekitar 60% dan menggunakan insang sebesar 40%. Sidat juga  mampu mengambil oksigen langsung dari udara. Jika Ikan sidat merupakan ikan yang tumbuh dewasa di perairan tawar dan saat dewasa (matang gonad) akan kembali ke laut untuk memijah. Siklus hidup ikan sidat dimulai dari sidat dewasa yang dikenal dengan silver eel yang memijah di laut dalam. Temperatur optimum untuk memijah adalah 20° C dan salinitas tinggi. Telur yang dihasilkan sebanyak 3 juta telur per kilogram sidat betinanya. Telur-telur sidat menetas sekitar 24 jam menjadi larva kecil berukuran 5 mm. Kemudian berangsur-angsur menjadi larva(leptocephalus) berbentuk seperti daun yang transparan. Larva ini terus hanyut terbawa arus. Tahapan selanjutnya setelah larva mengalami metamorfosis adalah stadia glass eel . Pada tahapan ini  sidat kecil sudah menyerupai sidat secara utuh namun masih belum ada pigmentasi pada tubuhnya sehingga bening seperti kaca. Glass eel berruaya secara aktif kearah perairan yang memiliki salinitas rendah. Pada saat inilah sidat secara bertahap mengalami pigmentasi pada tubuhnya yang sering di sebut stadia elver.
Dalam waktu yang panjang elver terus tumbuh berkembang menjadi yellow eel atau sering disebut stadia fingerling dan mendiami diperairan tawar seperti sungai, waduk, danau, rawa selama kurang lebih 2-3 tahun sampai menjadi sidat dewasa (silver eel) yang matang gonad kemudian akan kembali ke laut untuk memijah.

 

  1. Persebaran Ikan Sidat

 

 

 

  • 2 Morfologi dan Anatomi Ikan Sidat

 

  1. Morfologi Ikan Sidat

Tubuh sidat berbentuk bulat memanjang, sekilas mirip dengan belut yang biasa dijumpai di areal persawahan. Salah satu karakter/bagian tubuh sidat yang membedakannya dari belut adalah keberadaan sirip dada yang relatif kecil dan terletak tepat di belakang kepala sehingga mirip seperti daun telinga sehingga dinamakan pula belut bertelinga. Bentuk tubuh yang memanjang seperti ular memudahkan bagi sidat untuk berenang diantara celah-celah sempit dan lubang di dasar perairan.

Panjang tubuh ikan sidat bervariasi tergantung jenisnya yaitu antara 50-125 cm. Ketiga siripnya yang meliputi sirip punggung, sirip dubur dan sirip ekor menyatu. Selain itu terdapat sisik sangat kecil yang terletak di bawah kulit pada sisi lateral. Perbedaan diantara jenis ikan sidat dapat dilihat antara lain dari perbandingan antara panjang preanal (sebelum sirip dubur) dan predorsal (sebelum sirip punggung), struktur gigi pada rahang atas, bentuk kepala dan jumlah tulang belakang.

Ciri utama sidat dewasa adalah bentuknya menyerupai belut. Apabila diperhatikan lebih teliti terdapat beberapa perbedaan morfologi yang membedakan antara sidat dengan belut. Sidat memiliki sirip dada (pectoral) yang sempurna yang terdapat pada bagian belakang tutup insang serta sirip punggung (dorsal), sirip ekor (caudal) dan sirip anal yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Sirip sidat dilengkapi dengan jari-jari lunak yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Ciri-ciri ikan yang tergolong famili Anguillidae, yang telah dikemukakan oleh Saanin (1984) dalam Sasono (2001) adalah sebagai berikut : sisik kecil membujur berkumpul dalam kumpulan-kumpulan kecil dan masing-masing kumpulan terletak miring pada sudut siku terhadap kumpulan yang ada disampingnya, sirip dada sempurna, mata tertutup oleh kulit, lubang hidung di muka mata, lubang hidung berpipa dan terletak di ujung muka dari mulut, mulut berbentuk miring dan sampai melewati mata. Genus Anguilla merupakan satu-satunya yang termasuk dalam famili Anguillidae sehingga ciri dari genus Anguilla merupakan ciri dari famili Anguillidae (Deelder 1984). Menurut Berg (1949) dalam Deelder (1984), ciri ikan sidat adalah tubuh memanjang seperti ular, sirip dorsal, sirip caudal dan sirip anal bergabung menjadi satu, sirip dada ada dan sirip perut tidak ada, tubuh diliputi sisik halus.

Ikan sidat memiliki linea lateralis yang terbentuk dengan baik, perut jauh dari kepala, mulut terminal, rahang tidak memanjang secara khusus, gigi kecil, pektinat dan setiform dalam beberapa sisi rahang dan vomer, terdapat gigi halus pada tulang faring, membentuk “ovate patch” pada faring, bagian atas celah insang lateral vertical berkembang dengan baik dan terpisah satu sama lainnya. Insang dapat terbuka lebar, terdapat lidah, bibir tebal, tulang frontal, berpasangan tetapi tidak tumbuh bersama. Palatopterygoid berkembang baik, premaksila tidak berkembang sebagi suatu elemen yang dapat dibedakan pada ikan dewasa, lengkun pektoral terdiri dari 7-9 (untuk yang masih muda mencapai 11) elemen radial, tulang ekor tanpa proses transverse.

 

  1. Anatomi Ikan Sidat

Organ pernafasan utama ikan sidat adalah insang yang berfungsi sebagai paru-paru seperti pada hewan darat. Ikan ini memiliki empat pasang insang yang terletak pada rongga branchial. Setiap lembar insang terdiri atas beberapa filamen insang dan setiap filamen insang terbentuk dari sejumlah lamella yang di dalamnya terdapat jaringan pembuluh darah. Kemampuan ikan sidat dalam mengambil oksigen dari udara secara langsung menyebabkan ikan sidat dapat bertahan cukup lama di udara terbuka yang memiliki kelembaban yang tinggi. Keistimewaan lainnya adalah sidat memiliki kemampuan mengabsorbsi oksigen melalui seluruh permukaan tubuhnya. Sisik sidat yang kecil membantu dalam proses pernafasan melalui kulit, berdasarkan hasil penelitian 60% kebutuhan oksigen pada ikan sidat dipenuhi melalui pernafasan kulit. Sidat dilengkapi dengan tutup insang berupa celah kecil yang terletak di bagian belakang kepala, ini berfungsi dalam mempertahankan kelembaban di dalam rongga branchial (Tesch 2003).

 

Ikan sidat ketika berada di laut akan meminum banyak sekali air laut, lalu memompa kelebihan garam dengan insang dan mengekskresikan urin dalam jumlah yang relatif sedikit. Hal ini dilakukan untuk mengkompensasikan kehilangan air yang terjadi secara osmosis. Sedangkan ketika berada di air tawar ikan sidat akan sedikit minum dan banyak mengeluarkan urin yang hipoosmotik dengan cairan tubuhnya untuk menyeimbangkan perolehan air, begitulah proses osmoregulasi ikan sidat.

 

 

  • 3 Pemasaran Ikan Sidat (internasional dan lokal)

Selaindagingnya yang lezat, sidatjugamemilikiharga yang fantastis di pasarluarnegeri. Untuk sidat yang masihbenih (Glass eel) harganya US$7, atausetara Rp70.000 per ekor. Sedangkan per kilogramnya yang terdiri dari 5.000 benihbisamencapai Rp350 juta,. Di pasarluarnegeri, hargaikansidatdewasamencapai Rp70 juta per kilogram, sementara di pasar Indonesia harganya Rp1,2juta per kilogram..

Komoditas Ekspor Sidat (Anguilla spp.), merupakan komoditas perikanan ini belum banyak dikenal orang. Padahal, hewan yang mirip dengan belut ini memiliki potens iluar biasa sebagai komoditas dalam negeri maupun ekspor. Saat ini, permintaan ekspor sidat terus meningkat. Harga jualnya juga mencengangkan. Ikan sidat merupakan salah satu jenis ikan yang laku di pasar internasional (Jepang, Hongkong, Belanda, Jerman, Italia dan beberapanegara lain), dengan demikian ikan ini memiliki potensi sebagai komoditas ekspor. Di Indonesia sendiri, sumberdaya benih cukup berlimpah. Setidaknya, terdapat empat jenis sidat, yaitu Anguilla bicolor, Anguilla marmorata, Anguilla nebulosa, dan Anguilla celebesensis.

Dengan fakta seperti itu, maka membudidayakan ikan sidat mempunyai potensi pasar yang sangat menjanjikan. Namun, saat ini di Indonesia sumberdaya ikan sidat belum begitu banyak dimanfaatkan seperti halnya di Jepang atau pun negara Eropa lainnya. Padahal di berbagai wilayah di Indonesia ukuran benih maupun ukuran konsumsi ikan ini jumlahnya cukup melimpah. Tingkat pemanfaatan ikan sidat secara lokal juga masih sangat rendah, akibat belum banyak dikenalnya ikan ini, sehingga kebanyakan penduduk Indonesia belum familiar untuk mengkonsums iikan sidat. Demikian pula pemanfaatan ikan sidat untuk tujuan ekspor masih sangat terbatas.

Pusat Informasi Pengolahan dan PemasaranHasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat, permintaan sidat untuk memenuhi kebutuhan supermarket di beberapa kota besar di Indonesia mencapai 3 ton per bulan. Dari kebutuhan sebanyak itu, selama ini yang terpenuhi baru sekitar 10%. Kebutuhan sidat di pasar internasional jauh lebih besar, bisa mencapai 300.000 ton per tahun. Khusus pasar Jepang, kebutuhan sidat bisa mencapai 100.000 ton per tahun dan 60.000 ton diantaranya masih diimpor dari luar negeri. Konsumen di Jepang lebih menyukai sidat jenis bicolor, berbeda dengan konsumen di Indonesia, Korea, dan Taiwan yang lebih menggemari sidat jenis marmorata.

 

2.4       Cara Budidaya

 Hal pertama yang harus diperhatikan untuk budidaya ikan sidat yakni lingkungan yang meliputi:

  • Suhu : 29°C
  • Salinitas : 6 – 7 ppt
  • Oksigen Terlarut (DO) : 0,5 – 2,5 ppm
  • Amonia (N H3- N) dan Nitrit (NO2-N) : ≤ 20 ppm

 

Kemudian wadah untuk sidat dapat berupa kolam tanah, kolam beton, kolam terpal atau keramba apung.

 

KEBUTUHAN NUTRIEN

  • Kebutuhan nutrisi : protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral
  • Kadar protein : 45% (juvenil) dan 50% (fingerling)
  • Pakan alami : crustacea (udang dan kepiting), polichatea (cacing, larva chironomus dan bivalva serta gastropods)
  • Pakan buatan : Pellet

 

 

 

Secara Umum, pembudidayaan ikan sidat ada 3 tahapan, yaitu Tahap Pendederan I, Tahap Pendederan II, Tahap Pembesaran.

 

Tahap Pendederan I.

Tahap pendederan merupakan tahap pengenalan dan sekaligus adaptasi awal benih ikan sidat dari alam supaya dapat dipelihara dalam ekosistem buatan dan pakan yang homogen atau pakan buatan. Pemeliharan pada tahap ini bertujuan untuk memelihara glass ell sampai menjadi benih ikan sidat berukuran elver.

Setelah tahap pendederan I dilakukan maka elver sudah bisa masuk ke tahap pendederan selanjunya yaitu tahap pendederan II.

Glass ell yang dipelihara umumny dari jenis A. bicolor dan A. marmorata. Glass ell untuk jenis A. bicolor berasal dari pantai selatan Jawa sedangkan A. marmorata berasal dari Poso Sulawesi Tengah dan Tatelu. Berat glass ell yang ditebar berukuran 0,17 gr/ekor dengan kepadatan untuk setiap tempat pemeliharaan 6 ekor / liter air.

 

Penebaran glass ell dilakukan sesegera mungkin setelah glass ell diterima di tempat pemeliharaan. Dirsarankan untuk melakukan transportasi pada malam hari untuk mengurangi stress oleh tingginya suhu lingkungan selama transportasi apabila dilakukan pada siang hari. Sebelum ditebar ke dalam tempat pemeliharaan glass ell harus diaklimatisasi terlebih dahulu.. Perlakuan tersebut bisa dilakukan dengan cara menempatkan plastik packing sehingga mengapung di atas air media pemeliharaan.

 

Tahap Pendederan II

merupakan tahap persiapan untuk menghasilkan sidat ukuran fingerling (10 gr/ekor) dan selanjutnya siap di pelihara pada tahapan pembesaran.

 

Tahap Pembesaran

Tahapan terakhir dari kegiatan budidaya ini adalah pembesaran. Tahapan pembesaran bertujuan untuk memperoleh ikan sidat ukuran konsumsi (> 200 gr/ekor).

 

Tempat pemeliharaan yang digunakan adalah bak beton dengan dimensi 2 x 5 x 1,8 m3 dengan air media yang digunakan hanya 5 m3. Bak pemeliharaan dilengkapi dengan sistem aerasi sedang, sistem air mengalir. Air media pemeliharaan berasal dari tandon air sumur artesis yang dialirkan memalui paralon ke dalam bak pemeliharaan. Volume pergantiian air sebanyak 300 % per hari. Pada bagian atas bak ditutupi oleh terpal untuk menjaga suhu air pada kisaran 29 – 31 derajat Celcius .

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

3.1       Kesimpulan

  • Ikan sidat merupakan jenis ikan yang sebagian besar hidup didaerah tropis. Di Indonesia sendiri terdapat 7 jenis spesies asli. Ikan sidat termasuk dalam kelompok ikan katadromus yang tumbuh dewasa di perairan tawar dan saat dewasa (matang gonad) akan kembali ke laut untuk memijah. Hingga saat ini, ikan sidat dapat dibudidayakan di kolam dan sudah banyak orang yang meraup untung dari usaha budidaya ikan sidat. Indonesia dikenal sebagai eksportir benih ikan sidat. Peluang pasar ekspor untuk ikan sidat yaitu negara Macau, Taiwan, Jepang, China dan Hongkong.

 

 

3.2       Saran

Menurut kelompok kami, ekspor benih ikan sidat dari Indonesia akan jauh lebih baik dikurangi dan perbanyak ekspor sidat yang sudah dewasa karena itu akan menambah nilai jual dari ikan sidat. Selain itu produk olahan sidat masih jarang ditemukan, padahal itu bisa menjadi lahan wirausaha.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

 

Affandi, R. 2001. Budidaya ikan  sidat.  Fakultas Perikanan dan  Ilmu Kelautan  Institut Pertanian Bogor.  35 hal.

Tips dan Cara Budidaya Ikan Sidat di Kolam Terpal dengan Mudah dan Efektif

http://selayarvet.blogspot.com/2010/12/peluang-kaya-dengan-budidaya-sidat.html, Akses 2 Januari 2013

http://sidatbagus.blogspot.com/2014/04/jenis-ikan-sidat-di-indonesia.html

http://sidatmasapi.blogspot.com/2012/10/mengenal-ikan-sidat-lebih-dekat.html

Setianto, Doni. Cara mudah dan cepat budidaya sidat.Bantul:Pustaka Baru Press

 

 

 

Agustyar

Mahasiswa perikanan UGM 2014

One thought to “Ikan Sidat”

Leave a Reply

Your email address will not be published.