Laporan budidaya artemia

ACARA

        Budidaya Artemia

TUJUAN

  1. Mengetahui cara budidaya Artemia sebagai pakan alami
  2. Mengetahui cara meningkatkan biomassa Artemia melalui pemberian pakan dengan jenis pakan yang berbeda
  3. Mengetahui morfologi Artemia melalui pengamatan menggunakan mikroskop

ALAT DAN BAHAN

ALAT

  1. Botol 1500 ml
  2. Akuarium
  3. Selang plastik
  4. Cawan petri
  5. Pipet tetes
  6. Timbangan analitik
  7. Termometer
  8. Aerator
  9. Object glass
  10. Mikroskop
  11. pH meter

BAHAN

  1. Kista Artemia sp.
  2. Lem kaca
  3. Air laut
  4. Dedak
  5. Maizena
  6. Yeast
  7. Tepung ikan
  8. NaOCl atau Ca(OCl)2

CARA KERJA

1 Penetasan Kista

  • Menimbang berat kista Artemia sp. @0,5 gram/botol
  • Kista direndam 15 menit dan diaduk (non dekapsulasi) dicuci menggunakan larutan klorin hingga berwarna Orange (dekapsulasi)
  • Air laut dimasukkan ke dalam botol mineral dan diberi aerasi
  • Artemia dimasukkan, penetasan ± 25 jam
  • Menghitung daya tetas kista Artemia sp.

HR = ( ∑ KISTA MENETAS : ∑ KISTA TEBAR ) X 100 %

2 Pemeliharaan Artemia

  • Menghitung Artemia yang telah menetas
  • Memasukkan dalam wadah pemeliharaan, beri aerasi
  • Pemberian pakan pada wadah pemeliharaan
  • 1 = maizena, 2 = ragi, 3 = dedak, 4 = tepung  ikan
  • Pemeliharaan dan pengamatan selama 7 hari (pH , suhu, dan biomassa Artemia sp. )
  • Panen pada hari ke-7 , Dihitung SR
  • SR=jumlah artemia panen/jumlah artemia tebar x 100%

TINJAUAN RUJUKAN

Artemia sp. merupakan udang renik yang tergolong udang primitif. Zooplankton ini hidup secara planktonik di perairan yang berkadar garam tinggi yakni antara 15 – 300 permil. Sebagai plankton, Artemia sp. tidak dapat mempertahankan diri terhadap pemangsanya sebab tidak mempunyai alat ataupun cara untuk membela diri. Telur Artemia sp. (udang laut) kering yang direndam dalam air laut, akan menetas dalam waktu 24-36 jam. Dalam cangkang keluar larva yang disebut dengan istilah nauplii. Dalam perkembangan selanjutnya, nauplii akan mengalami 15 kali perubahan bentuk (metamorfosis). Tahapan perkembangan pertama disebut instar I, bentuk lonjong dengan panjang sekitar 0,4 mm dan beratnya 15 µg/ml. Warnanya kemerah-merahan karena masih banyak mengandung cadangan makanan. Oleh karena itu masih belum perlu makan. Setelah 24 jam, nauplii akan berubah menjadi instar II. Pada tingkat ini nauplii mulai mempunyai mulut, saluran pencernaan, dan dubur. Oleh karena itu mereka mulai mencari makanan, dan bersamaan dengan itu cadangan makanannya pun mulai habis. Artemia sp. mempunyai cara makan dengan jalan menyaring makanannya atau filter feeder. Selama perubahan terjadi, nauplii akan mengalami perubahan mata majemuk, antena dan kaki. Setelah menjadi instar XV, kakinya sudah lengkap 11 pasang maka nauplii telah berubah menjadi nauplii Artemia sp. dewasa. Proses ini berlangsung antara 1-3 minggu. Artemia sp. dewasa mempunyai panjang sekitar 1 cm dan beratnya 10 mg (Mudjiman, 1989). Artemia sp. dapat hidup sampai 6 bulan dan bertelur 4-5 kali. Setiap kali bertelur dapat menghasilkan 50-300 butir telur (Khairuman dan Amri, 2005).

Untuk melakukan kegiatan penetasan diperlukan wadah dan perangkat suplai oksigen.  Adapun bentuk wadah untuk penetasan tersebut berupa kerucut dengan ukuran tergantung kebutuhan.  Suplai oksigen dijamin dengan dibuatnya sistem aerasi dalam wadah.  Kepadatan maksimal kista adalah 15 gr/ltr air.  Tingkat kepadatan optimal adalah sekitas 2 – 5 gr/ltr air.  Sebagai media tetas digunakan air laut dengan salinitas antara 10 – 30 ppt.  Dalam keadaan normal, kurang dari 48 jam kemudian kista akan menetas menjadi bentuk nauplius (Harefa, 1996).

Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty (1995), penetasan Artemia sp. dilakukan dengan menggunakan wadah berbentuk corong (conical tank).  Penetasan kista Artemia sp. dapat dilakukan dengan cara langsung dan dengan cara dekapsulasi menggunakan Chlorin (NaOCl).  Agar daya tetasnya baik, kepadatan kista tidak lebih dari 2 g/l dengan salinitas air 15 – 35 ppt dan suhu air 250- 280C. Untuk penetasan langsung lebih baik, apabila sebelum dimasukkan ke bak penetasan, kista tersebut direndam dalam air tawar untuk mempercepat hidrasi.

HASIL PENGAMATAN

            Terlampir

 PEMBAHASAN

Menurut Bougis (1979) dalam Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) sistematika Artemia sp. adalah sebagai berikut :

Filum               :  Artohopda

Kelas               :  Crustacea

Subkelas          :  Branchiopoda

Ordo                :  Anostraca

Famili              : Artemiidae

Genus              : Artemia

Spesies            : Artemia sp.

Artemia sp. dewasa berukuran panjang kira-kira 10mm pada jenis biseksual, dan berukuran sampai 20 mm pada jenis parthenogenesis polyploidy. Fase dewasa ditandai dengan tubuh yang tumbuh memanjang dengan 2 pasang mata, saluran pencernaan linier, antenna sensor dan 11 pasang thoracopod yang telah berfungsi. Individu jantan mempunyai sepasang supit besar (antenna ke-2) pada daerah kepala, sementara bagian bawah (posterior) di daerah dada terdapat sepasang penis yang bisa dilihat. Individu betina tidak terdapat kaki-kaki yang berbeda di daerah kepala tetapi terletak tepat di belakang thoracopod yang ke-11 (Mudjiman, 1989).

Pada kondisi alamiah, Artemia sp. hidup di danau–danau dan perairan bersalinitas tinggi. Oleh karena itu, Artemia sp. disebut juga udang renik asin (brine shrimp). Secara fisik, Artemia sp. tidak mempunyai pertahanan tubuh. Oleh karena itu kemampuan hidup di danau dengan salinitas tinggi merupakan sistem pertahanan alamiah Artemia sp. terhadap musuh-musuh pemangsanya. Artemia sp. dapat hidup pada temperatur 25-300C (Mudjiman, 1989).

Menurut Mudjiman  (1989) Artemia sp. mudah sekali dicerna karena kulitnya sangat tipis (kurang dari 1 mikron).  Artemia sp. (nauplius) mengandung protein 42 % dan Artemia sp. dewasa (biomassa) kandungan proteinnya dapat mencapai 60 % berat kering.  Protein Artemia sp. kaya akan asam amino esensial. Menurut  Harefa (1996), kandungan protein Artemia sp. mencapai 40 % – 60 %.  Kandungan protein yang tinggi inilah yang menyebabkan Artemia sp. digunakan sebagai pakan alami yang sulit digantikan dengan pakan yang lain.  Lebih lanjut ditambahkan bahwa komposisi kandungan nutrisi Artemia sp. bervariasi, faktor yang mempengaruhi komposisi tersebut diantaranya ialah strain, kualitas dan ketersediaan makanan serta kondisi tempat Artemia sp. hidup.

Nauplius mempunyai lemak yang sangat tinggi (20 %) dibandingkan dengan Artemia sp. dewasa (10 %).  Lemak Artemia sp. kaya akan asam-asam lemak tak jenuh yang merupakan asam lemak esensial.  Asam lemak tak jenuh bukan merupakan sumber kolestrol, sehingga tidak membahayakn bagi mahluk hidup (Mudjiman, 1989).  Sama halnya dengan protein, kandungan lemak Artemia sp. juga dapat di tentukan oleh beberapa faktor yang dapat meningkatkan kandungan lemak seperti strain, media, intensitas cahaya, kualitas air suhu, pH dan salinitas ( Harefa, 1996).

Prinsip kerja dari praktikum budi daya Artemia sp. adalah memelihara Artemia sp. dalam waktu tertentu sehingga diketahui pertumbuhan biomassanya. Penetasan kista Artemia sp. dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara dekapsulasi dan non dekapsulasi. Dekapsulasi menggunakan larutan klorin yang bertujuan untuk mengikis lapisan kista Artemia sp. sehingga lebih mudah menetas. Pemberian pakan menggunakan 4 jenis pakan yang berbeda yaitu maizena, ragi, dedak dan tepung ikan yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan biomassa berdasarkan jenis pakan. Pengamatan dilakukan dengan metode sampling dengan mengamati biomassa Artemia sp. dalam 50 ml air.

Hasil pengamatan biomassa kelompok 1 sejak awal pemeliharaan mengalami fluktuasi pertumbuhan. Pertumbuhan Artemia sp. naik turun berkisar dari 40 sampai 240 individu. Hasil kelompok 1 mirip dengan kelompok dua yang mengalami naik turun dalam pertumbuhan. Hal ini dapat disebabkan karena pengamatan dilakukan secara sampling dan penghitungan yang dilakukan secara manual sehingga simpangan data menjadi jauh dan mengalami naik turun. Hasil kelompok 3 dalam pemeliharaan awal mengalami kematian total dan tidak ada datanya tetapi pengamatan hari ke 3 biomassa teramati lagi, hal ini kemungkinan terjadi karena jumlah sampel terlalu sedikit sehingga tidak dapat dihitung dengan metode sampling. Kelompok 4 pertumbuhan Artemia sp. mengalami penurunan dari awal tebar sampai panen. Penurunan jumlah populasi ini dapat disebabkan karena kematian akibat kurangnya nutrisi atau kelebihan dalam pemberian pakan dan menurunkan kualitas air. Hasil biomassa tertinggi didapatkan pada kelompok 2 dengan perlakuan pakan berupa ragi. Suhu udara dan suhu air saat pengamatan andalan antara 20 sampai 30 0C, hasil cenderung normal untuk untuk mendukung pertumbuhan Artemia sp. yaitu 25-30 0C (Mudjiman, 1989). pH yang teramati masih disekitar 7 sampai 8, air cenderung basa karena salinitas air yang tinggi.

KESIMPULAN

  1. Artemia dapat dibudidayakan dengan menggunakan botol atau akuarium yang diisi dengan air laut kemudian ditebar kista sampai menetas dan dipelihara sampai dewasa.
  2. Peningkatan biomassa Artemia dapat dilakukan dengan pemberian berbagai jenis pakan, pakan yang menghasilkan biomassa tertingi adalah ragi.
  3. Artemia dewasa memiliki 2 pasang mata, saluran pencernaan linier, antenna sensor dan 11 pasang thoracopod yang telah berfungsi. Individu jantan mempunyai sepasang supit besar (antenna ke-2) pada daerah kepala, Individu betina terletak tepat di belakang thoracopod.

SARAN

Untuk praktikum selanjutnya dipastikan lagi kesiapan semua peralatan terutama untuk tempat pemeliharaan yang sesuai. Penggunaan akuarium kotak dan aerasi yang berlebih menyebabkan kista dan nauplii menempel pada dinding dan menyebabkan kematian.

DAFTAR RUJUKAN

Harefa,  F.  1996.  Permbudidayaan Artemia  Untuk   Pakan  Udang Dan  Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Isnansetyo dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton. Pakan Alami Untuk Pembenihan Organisme Laut. Kanasius. Yogyakarta.

Khairuman dan Amri. 2005. Membuat Pakan Ikan Konsumsi. Agromedia Pustaka. Jakarta

Mudjiman, A. 1989. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Agustyar

Mahasiswa perikanan UGM 2014

Leave a Reply

Your email address will not be published.