LEMBAR KERJA MAHASISWA
ACARA
Budidaya Cacing Sutera (Tubifex sp.)
TUJUAN
- Mengetahui cara budidaya Tubifex sebagai pakan alami
- Mengetahui cara meningkatkan biomassa Tubifex melalui media tumbuh yang berbeda
- Mengetahui kombinasi media yang paling sesuai dalam budidaya Tubifex berdasarkan peningkatan biomassa
ALAT DAN BAHAN
ALAT
- Bak
- Timbangan
- Serok
- Pipa
- Talang
- Selang
- Power head
- Termometer
- pH meter
BAHAN
- Bibit cacing sutera
- Kotoran ayam
- kotoran kambing
- Dedak
- Lumpur kolam
- Ampas Tahu
- Molase
- Starter EM4
CARA KERJA
- Disiapkan 8 buah talang pemeliharaan dicuci dan dibersihkan
- Disiapkan 2 wadah fermentasi media
- Disiapkan media yang akan difermentasi:
- Lumpur dasar kolam (40%)
- Dedak halus (15%)
- Ampas tahu (15%)
- Kotoran ayam/kambing (30%)
- Disiapkan 4ml EM4 dan 1 sdm molase, kemudian dicampurkan ke media
- Fermentasi selama 1 minggu pada wadah yang tertutup
- Pencampuran semua bahan (pembuatan media)
- Beri aliran air dengan debit 10 ml/s
- Bibit ditebar sebanyak 20 gram per wadah (media) dan disebar secara merata.
- Dilakukan perawatan (pemupukan susulan, pengukuran suhu dan pH)
- panen dan dilakukan penghitungan biomassa
- olah data
TINJAUAN RUJUKAN
Menurut Khairuman dan Amri (2002), pakan merupakan unsur terpenting dalam menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Ikan yang dipelihara secara tradisional atau yang dipelihara bebas di alam, hanya memanfaatkan pakan yang tersedia secara alami dan dapat menyebabkan laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup ikan yang dipelihara jauh lebih tinggi daripada ikan yang dipelihara secara tradisional atau yang hidup di alam bebas. Salah satu pakan alami yang penting dan cocok untuk kebutuhan larva ikan maupun ikan hias adalah cacing sutera atau Tubifex sp.
Tubifex sp. atau yang biasa disebut cacing sutra. Tubifex sp. biasanya hidup di tempat dengan aliran air yang lancar. Tubifex sp. memiliki manfaat yang besar bagi organisme lain. Sebagai contoh, cacing ini dijadikan pakan untuk ikan. Protein dan lemak yang cukup akan membuat ikan peliharaan menjadi sehat dan bernilai jual tinggi (Pennak, 1978). Keberadaan Tubifex sp. di alam tidak menentu dan menyebabkan hewan ini berpengaruh pada keberadaannya dipasaran. Pemasaran Tubifex sp. sangat terkait dengan kegiatan pembenihan ikankonsumsi dan pembudidayaan ikan hias (Kosiorek, 1974).
Menurut Yurisman dan Sukendi (2004), Tubifex sp. digunakan sebagaipakan alami untuk benih yang agak besar. Pengkulturan Tubifex dilakukan denganteknik kloning , yaitu pertumbuhan cacing dalam klon (bedengan tanah). Siklushidup yang cepat dan bentuknya yang kecil, tidak memerlukan banyak tempatuntuk pemeliharaan, reproduksi berlangsung cepat, sehingga keuntungan yangakan diperoleh dari pemeliharaan dan usaha cacing sutera cukup besar
HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. data pengamatan budidaya Tubifex sp.
Perlakuan | Biomassa (g) | |||
Awal | Akhir | |||
Fermentasi | Non Fermentasi | Fermentasi | Non Fermentasi | |
P1 | 20 | 20 | 18 | 32 |
P2 | 20 | 20 | 0 | 29,7 |
P3 | 20 | 20 | 35,1 | 16,8 |
P4 | 20 | 20 | 27,3 | 20,7 |
Perlakuan | Suhu (°C) | |||
Awal | Akhir | |||
Fermentasi | Non Fermentasi | Fermentasi | Non Fermentasi | |
P1 | 28-31 | 28-31 | 29-40 | 29-40 |
P2 | 28-31 | 28-31 | 29-40 | 29-40 |
P3 | 28-31 | 28-31 | 29-40 | 29-40 |
P4 | 28-31 | 28-31 | 29-40 | 29-40 |
Perlakuan | pH | |||
Awal | Akhir | |||
Fermentasi | Non Fermentasi | Fermentasi | Non Fermentasi | |
P1 | 7,2 | 7,2 | 7,7 | 7,7 |
P2 | 7,3 | 7,5 | 7,7 | 7,7 |
P3 | 7,2 | 7,4 | 7,6 | 7,9 |
P4 | 7,3 | 7,2 | 7,6 | 7,8 |
Keterangan:
P1 : lumpur kolam + ampas tahu + dedak + kotoran ayam
P2 : lumpur kolam + ampas tahu + dedak + kotoran ayam
P3 : lumpur kolam + ampas tahu + dedak + kotoran kambing
P4 : lumpur kolam + ampas tahu + dedak + kotoran kambing
PEMBAHASAN
Cacing tubifex termasuk kelompok Nematoda, tubuhnya beruas-ruas, cacing ini memiliki saluran pencernaan, mulutnya berupa celah kecil, terletak di daerah terminal. Saluran pencernaannya berujung pada anus yang terletak di bagian sup terminal (Pennak, 1978). Di dalam budidaya perairan secara umum Tubifex sp. sering kali disebut cacing rambut atau cacing sutra karena bentuk dan ukurannya seperti rambut. Panjang tubuh dari dari Tubifex ini antara 10–30 mm berwarna merah coklat kekuningan terdiri dari 30–60 segmen. Dinding tebal yang terdiri dari dua lapis otot yang membujur dan melingkar sepanjang tubuhnya. Dari setiap segmen bagian punggung dan perut keluar setae dan ujung seta bercabang dua tanpa rambut. Klasifikasi dari Tubifex sp. menurut Gusrina (2008):
kingdom : Animalia
Phylum : Annelida
Kelas : Oligochaeta
Ordo : Haplotonida
Famili : Tubificidae
Genus : Tubifex
Spesies : Tubifex sp.
Perairan yang banyak dihuni Tubifex sp. sepintas tampak seperti koloni lumut merah yang melambai-lambai dalam air kemudian bergerak dan berputar-putar. Dasar perairan yang disukai adalah berlumpur dan mengandung bahan organik, cacing ini membenamkan diri kepalanya dalam lumpur untuk mencari makan. Sementara ekornya akan disembulkan di atas permukaan dasar untuk bernafas. Cacing Tubifex banyak hidup di perairan tawar yang airnya jernih dan mengalir. Media tumbuh yang baik bagi cacing rambut ini adalah perairan yang banyak mengandung bahan organik dan air mengalir (Yurisman dan Sukendi, 2004).
Cara kerja budi daya Tubifex sp. dimulai dengan mempersiapkan bahan yang akan digunakan yaitu kotoran ayam, kotoran kambing, starter bakteri, molase, lumpur dasar kolam, dedak halus, dan ampas tahu. Persiapan tempat menggunakan botol air mineral ukuran 1 liter untuk tempat fermentasi pakan tubifex dan talang air sebegai tempat pemeliharaan. Media budi daya menggunakan dua jenis media yaitu media fermentasi dan non fermentasi. Media fermentasi dibuat dengan mencampurkan semua bahan sedangkan media non fermentasi dibuat tanpa menggunakan starter bakteri dan molase. Pembuatan media pemeliharaan dilakukan sebelum bibit ditebar. Media pemeliharaan diayak sebelum digunakan untuk memudahkan saat melakukan panen. Setelah satu Minggu dilakukan penebaran bibit awal sebanyak 20 gram. Selama pemeliharaan dilakukan perawatan dan pemberian pakan setiap lima hari sekali dengan memberikan pemupukan susulan dan pengecekan suhu serta pH. Pemanenan dilakukan dengan menyaring media dan memisahkan tubifex dari medianya. Perhitungan biomassa dilakukan dengan menimbang berat akhir dari tubifex kemudian menghitung pertumbuhan biomassanya.
Tubifex sp. adalah organisme hermaprodit. Pada satu individu organisme ini terdapat 2 alat kelamin dan berkembangbiak dengan cara bertelur dari betina yang telah matang telur. Hasil perkembangbiakannya berupa telur yang dihasilkan oleh cacing yang telah mengalami kematangan sex kelamin betinanya. Telur ini selanjutnya dibuahi oleh kelamin jantan telah matang (Yurisman dan Sukendi,2004).Reproduksi Tubifex sp. terjadi secara seksual antara dua individu seperti pada cacing tanah (Pennak, 1978). Telur dibuahi dalam suatu kantong yang disebut kokon dan tiap kokon terdapat 4 sampai 5 telur. Kokon berbentuk oval dengan panjang 1,0 mm dan diameter 0,7 mm Perkembangan embrio mulai dari telur hingga menjadi cacing muda membutuhkan sekitar 10-12 hari pada suhu 24 0C. Siklus hidup mulai dari penetasan hingga dewasa dan meletakkan kokonnya yang pertama membutuhkan waktu 40-45 hari, sehingga siklus hidup dari telur menetas hingga menjadi dewasa dan bertelur lagi membutuhkan waktu 50-57 hari (Kosiorek, 1974).
Hasil pengamatan didapatkan hasil untuk pertambahan biomassa setiap perlakuan memiliki hasil yang berbeda. Perlakuan 1 dan 2 yang menggunakan media lumpur kolam, ampas tahu, dedak dan kotoran ayam fermentasi memberikan biomassa akhir berturut-turut 18 dan 0 gram. Sedangkan untuk non fermentasi menghasilkan biomassa berturut-turut 32 dan 29, 7 gram. Hasil pertumbuhan biomassa dengan media fermentasi menunjukkan penurunan biomassa sedangkan untuk media non fermentasi menunjukkan peningkatan. Perlakuan 3 dan 4 dengan media lumpur kolam, ampas tahu, dedak dan kotoran kambing fermentasi memberikan hasil biomassa sebesar 35,1 dan 27, 3 gram, sedangkan untuk media non fermentasi memberikan hasil biomassa sebesar16,8 dan 20,7. Hasil pertumbuhan dengan media kotoran kambing fermentasi dan non fermentasi secara umum mengalami kenaikan kecuali perlakuan 3 non fermentasi yang mengalami penurunan. Berdasarkan hasil yang didapat perlakuan yang paling baik adalah perlakuan 3 dengan media kotoran kambing fermentasi dengan hasil biomassa yang tertinggi yaitu 35,1 gram.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Tubifex sp. adalah pemupukan. Pemupukan dalam kultur Tubifex sp. bertujuan untuk menambah sumber makanan baru pada media pemeliharaan Tubifex sp. Pemberian pupuk tambahan yang berbeda baik frekuensi maupun jumlah setiap pemberian pupuk secara langsung akan mempengaruhi bahan organik dalam media. Tingginya bahan organik dalam media akan meningkatkan jumlah bakteri dan partikel organik hasil dekomposisi oleh bakteri sehingga dapat meningkatkan jumlah bahan makanan pada media yang dapat mempengaruhi populasi dan biomassacacing (Syarip, 1988).Selain itu, frekuensi pemupukan dapat mempengaruhi kandungan ammonia karena pemupukan dapat meningkatkan bahan organik pada media. Danaliran air yang dibuat terlalu besar juga dapat meningkatkan ammonia akibatdekomposisi serta hilangnya bahan organik penting pada media pemeliharaan.
Menurut Jay et al (2005), fermentasi adalah proses perubahan kimiawi, dari senyawa kompleks menjadi lebih sederhana dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh mikrobia. Proses fermentasi akan menyebabkan terjadinya penguraian senyawa senyawa organik untuk menghasilkan energi serta terjadi pengubahan substrat menjadi produk baru oleh mikroba. Tujuan dari fermentasi adalah untuk memecah karbohidrat menjadi molekul yang sederhana sehingga menghasilkan produk yang mempunyai kandungan nutrisi yang lebih baik dan mudah dicerna. Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis gula yang digunakan dan produk yang dihasilkan. Secara singkat, glukosa (C6H12O6) yang merupakan gula paling sederhana , melalui fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada produksi makanan.
Persamaan Reaksi Kimia fermentasi dapat ditulis sebagai berikut:
C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP
Gula → Alkohol (etanol) + Karbon dioksida + Energi (ATP)
KESIMPULAN
- Cara budi daya Tubifex dapat dilakukan dengan pemeliharan dalam media campuran antar lumpur kolam, ampas tahu, dedak halus dan kotoran/kambing yang difermentasi atau tidak difermentasi. Pemeliharaan dilakukan dengan menjaga kondisi lingkungan yang sesuai dan pemperian pupuk susulan sebagai tambahan nutrisi.
- Cara meningkatkan biomassa Tubifex dilakukan dengan memberikan sumber nutrisi yang dibutuhkan yaitu bahan organik yang diberikan lewat pemupukan susulan.
- Kombinasi media yang paling sesuai dalam budidaya Tubifex berdasarkan peningkatan biomassa adalah menggunakan media campuran kotoran kambing yang difermentasi dengan hasil biomassa tertinggi yaitu 35,1 gram.
SARAN
Untuk praktikum kedepannya diharapkan untuk penebaran bibit sebaiknya media di cek terlebih dahulu apakah sudah sesuai dengan kondisi yang mampu ditoleransi tubifex, sehingga bibit tidak mati.
DAFTAR RUJUKAN
Gusrina. 2008. Budi Daya Ikan Jilid 1. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta
Jay, J.M., M.J, Loessner., D.A, Golden. 2005. Modern Food Microbiology. 7th Edition. Springer. NewYork
Khairuman., Dan K, Amri. 2008. Membuat Pakan Buatan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Kosiorek, D. 1974. Development Cycle Of Tubifex Tubifex Muller In Experimental Culture. Pol. Arch. Hidrobiol. 21 (3/4) : 411-422
Pennak, R. W. 1978. Freswhere Invertebrates Of The United States. A Wilwy Intescience Publication. John Willey And Sons. New York.
Syarip, M. 1988. Pengaruh Frekuensi Pemberian Pupuk Tambahan Terhadap pertumbahan Tubifex sp. Skripsi Fakultas Perikanan. Institut Pertanian bogor.
Yurisman., Dan Sukendi. 2004. Biologi Dan Kultur Pakan Alami. UNRI Press. Pekanbaru