LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN
PAIRED COMPARISON
OLEH
AKHMAD AWALUDIN AGUSTIAR
14/369621/PN/13935
GOLONGAN B
LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN IKAN
DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
- PENDAHULUAN
- Tinjauan Pustaka
Metode paired comparison merupakan model penskalaan dimana stimulus atau objek psikologis dibandingkan dalam suatu pasangan. Pasangan stimulus ini dibuat sama atau equal, stimulus satu tidak dibuat lebih positif dari stimulus lain dan sebaliknya. Dalam metode ini penilai atau judgment diminta untuk memilih salah satu dari stimulus yang berpasangan. Stimulus yang dipilih adalah yang lebih menggambarkan karakteristik dirinya, atau sesuatu yang lebih disukai, tergantung pada tujuan pengukuran. Apabila ada dua stimulus yaitu stimulus i dan j, maka subjek hanya dapat memilih salah satu dari 2 stimulus tersebut, meskipun dari 2 stimulus yang sama-sama diminati, subjek tetap harus memilih salah satu darinya yang lebih diminati. Begitu pula jika ada stimulus yang tidak diminat, maka subjek tetap harus memilih salah satu yang lebih diminati. Karena ada kewajiban subjek untuk memilih, metode ini dikenal dengan forced-choice (Mc Donald, 1999).
Tepung adalah partikel padat yang berbentuk butiran halus atau sangat halus tergantung proses penggilingannya. Biasanya digunakan untuk keperluan penelitian, rumah tangga, dan bahan baku industri. Tepung bisa berasal dari bahan nabati misalnya tepung terigu dari gandum, tapioka dari singkong, maizena dari jagung atau hewani misalnya tepung tulang dan tepung ikan. (Kusmawati et al., 2000).
Tepung tulang ikan merupakan bahan hasil penggilingan tulang ikan setelah mengalami pengeringan kurang lebih 24 jam. Produk ini mempunyai kandungan kalsium dan fosfor yang cukup tinggi sehingga berpotensi untuk mencukupi asupan kalsium. (Iwansyah et al., 2008). Menurut Jannah (2003) , tepung ikan yang bermutu baik harus mempunyai sifat-sifat seperti butiran-butirannya seragam, bebas dari sisa-sisa tulang, mata ikan dan benda asing lainnya. Mutu tepung ikan merupakan atribut tingkat penerimaan dan daya terima panelis terhadap tepung ikan tersebut.
Tepung terigu merupakan tepung yang diperoleh dari biji gandum (Triticum vulgare) yang digiling. Keistimewaan terigu diantara serealia lainnya adalah kemampuannya membentuk gluten pada saat terigu dibasahi dengan air. Pada dasarnya tepung terigu mengandung protein yang merupakan zat gizi yang paling penting. Tepung terigu memiliki kandungan pati sebesar 65-70%, protein 8-13%, lemak 0,8-1,5% serta abu dan air masing-masing 0,3-0,6% dan 13-15,5% (Kent & Amas, 1967).
Parameter yang diujikan dalam menguji tepung diataranya adalah warna dan kehalusan tepung. Pada umumnya warna tepung yang baik adalah putih. Warna tepung akan memutih selama penyimpanan, tetapi ini merupakan proses yang lambat. Kehalusan dari tepung dapat dirasakan menggunakan indera peraba atau kulit pada ujung jari. Menurut Dianita et al. (2015) derajat kehalusan merupakan tingkat kehalusan tepung yang dihasilkan dari suatu proses produksi . Derajat kehalusan juga dapat digunakan untuk menunjukkan keseragaman hasil giling maupun sebaran fraksi halus dan kasar dalam proses penggilingan. Semakin kecil nilai derajat kehalusan menyatakan ukuran butiran yang semakin halus. Warna merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan mutu suatu produk. Selain itu warnajuga dapat dijadikan sebagai indikator kesegaran atau kematangan produk. Cara pencampuran maupun cara pengolahan yang baik dapat dilihat dari warna yang seragam dan merata.
- Tujuan
- Mengetahui prinsip pengujian uji perbandingan berpasangan (paired comparison)
- Mengetahui hasil pengujian uji perbandingan berpasangan (paired comparison) berdasarkan sampel yang diujikan.
- Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum teknik pengujian mutu hasil perikanan acara Paired comparison dilaksanakan pada hari Senin, 20 Maret 2017. Tempat pelaksanaanya di Laboratorium Teknologi Pengolahan Ikan, Departemen Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
- METODE PRAKTIKUM
- Alat dan Bahan
- Alat
- Alat tulis
- Scoresheet
- Tempat sampel
- Bahan
- Tepung Terigu
- Tepung Tulang Ikan Lele
- Cara Kerja
- Sampel tepung terigu dan tepung tulang ikan disiapkan dan diberi kode yang berbeda
- Panelis diminta untuk memilih salah satu sampel dari sampel yang disediakan berdasarkan karakteristik kehalusan dan warna kemudian mengisinya pada scoresheet.
- Data semua panelis ditabulasi kemudian dilakukan analisis.
- HASIL DAN PEMBAHASAN
- Hasil
- Tabel 1. Hasil Uji Paired comparison Golongan A
No | Nama | Kehalusan | Warna | ||
156 > 644 | 156 < 644 | 156 > 644 | 156 < 644 | ||
1 | Ayunda | √ | √ | ||
2 | Esa Wahyu | √ | √ | ||
3 | Freshy Mayang | √ | √ | ||
4 | Danang Adi | √ | √ | ||
5 | Alifa | √ | √ | ||
6 | Rana Alifa | √ | √ | ||
7 | Amara Faiz | √ | √ | ||
8 | Muh. Usman | √ | √ | ||
9 | Syifa | √ | √ | ||
10 | Akhmad A. | √ | √ | ||
11 | Renata Risky | √ | √ | ||
12 | Rifqi H.F | √ | √ | ||
13 | Ahmad S | √ | √ | ||
14 | Dhea P | √ | √ | ||
15 | Rahmadi S | √ | √ | ||
16 | Surya S | √ | √ | ||
17 | Laila N | √ | √ | ||
Total | 1 | 16 | 12 | 5 |
- Pembahasan
Uji pembedaan pasangan atau sering disebut dengan paired comparison merupakan uji sederhana dan berfungsi menilai ada tidaknya perbedaan antara dua macam produk. Biasanya produk yang diuji adalah jenis produk baru kemudian dibandingkan dengan produk terdahulu yang sudah diterima masyarakat. Penggunaan uji pembedaan pasangan dapat memakai produk baku sebagai acuaan atau hanya membandingkan dua contoh yang diuji. Sifat atau kriteria contoh disajikan harus jelas dan mudah dipahami oleh panelis (Susiwi, 2009).
Paired comparison memiliki perbedaan dengan uji ranking. Pada paired comparison hanya bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara dua macam produk. Sedangkan pada uji rangking dapat digunakan untuk mengurutkan intensitas mutu dan kesukaan konsumen dalam rangka memilih yang terbaik serta menghilangkan yang terjelek. Uji rangking dapat menggunakan penelis terlatih untuk uji rangking pembedaan dan panelis tidak terlatih untuk uji rangking kesukaan (Kartika et al., 1988). Selain itu paired comparison hanya mencari perbedaan 2 sampel menurut parameter tertentu. Sedangkan uji ranking dilakukan menggunakan lebih dari 2 produk untuk diurutkan peringkatnya berdasarkan kriteria tertentu.
Uji paired comparison dilakukan di ruang organoleptik laboratorium teknologi pengolahan ikan oleh 17 orang panelis. Sampel tepung tulang ikan lele dan tepung terigu disiapkan dan diberi kode masing-masing 156 dan 644. Pengkodean ini dimaksudkan untuk mengurangi informasi yang diberikan kepada panelis. Pemilihan tiga digit kode secara acak dapat meminimalkan expectation error (Krissetiana, 2014). Kemudian panelis diminta untuk memilih salah satu sampel dari sampel yang disediakan berdasarkan karakteristik kehalusan dan warna kemudian mengisinya pada scoresheet. Pemilihan tersebut didasarkan pada sampel yang memiliki warna lebih putih dan tekstur lebih halus. Setelah didapatkan data dari sejumlah panelis, dilakukan tabulasi kemudian data tersebut dianalisis menggunakan uji t. Pada uji t, terlebih dahulu dibuat hipotesisnya kemudian dihitung nilai z dan dibandingkan dengan t table serta ditentukan kesimpulannya.
Pembuatan tiga digit kode menggunakan table of random numbers – permutation of nine. Mula-mula dipilih satu baris kode secara acak pada tabel yang terdiri dari 5 angka. Kemudian tambahkan 2 angka pertama kode tersebut dibelakang 5 angka tersebut. Selanjutnya ambil 3 digit kode dari depan secara berurutan. Hasil yang akan diperoleh adalah sebanyak 5 kode yang masing-masing berisi 3 digit. Contohnya diambil baris kode dengan angka 24814. Kemudian ditambahkan 2 angka depan kebelakang 5 angka tersebut menjadi 2481424. Selanjutnya diambil 3 kode dari depan secara berurutan dan menghasilkan kode 248, 481, 814, 142 dan 424.
Panelis menguji tingkat kehalusan dengan cara merasakannya dengan ujung jari. Panelis diminta mengisi sampel mana yang lebih halus dari kedua sampel tersebut dan mengisinya pada scoresheet. Apabila sampel 156 lebih halus daripada sampel 644 maka dipilih 156> 644, sedangkan jika sampel 644 lebih halus daripada sampel 156 maka dipilih 156 < 644. Setelah hasil didapat, dilakukan analisis uji T. Berdasarkan praktikum yang dilakukan oleh golongan B, sebanyak 16 panelis menyatakan bahwa kode 156 < 644 dan 1 orang panelis menyatakan bahwa 156> 644. Pada parameter kehalusan memiliki hipotesis Ho : Tidak ada beda nyata terhadap parameter kehalusan diantara 2 sampel tepung dan H1 : Terdapat beda nyata terhadap parameter kehalusan diantara 2 sampel tepung.
Data dari penilaian atribut kehalusan diperoleh nilai X dengan rumus X = N– jumlah pemilih terkecil diperoleh nilai 17-1 = 16. Sedangkan untuk perhitungan nilai Z diperlukan nilai P yang merupakan probabilitas dengan rumus P=Y/n atau P=1/2 menghasilkan nilai sebesar 0,5. Nilai Q dihasilkan dari perhitungan Q=1-P atau Q=1-0,5 sehingga menghasilkan nilai sebesar 0,5. Nilai Z dapat dihitung sebagai berikut :
Nilai Z adalah nilai t hitung hasil perhitungan yang akan dibandingkan dengan nilai t tabel dengan probabilitas 95% dan derajat bebas (db=n-1=16) sehingga diperoleh nilai t tabel sebesar 2,120. Nilai t hitung yang diperoleh dari perhitungan adalah 3,425 sehingga dapat diketahui bahwa t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa Terdapat beda nyata terhadap parameter kehalusan diantara 2 sampel tepung (sampel 156 dan sampel 644). Karena ada perbedaan diantara kedua sampel, maka dilakukan uji lanjut menggunakan uji chi square.
Hipotesis dari uji chi square yaiitu H0 : Tidak ada perbedaan tingkat variansi pada parameter kehalusan diantara 2 sampel tepung dan H1 : Terdapat perbedaan tingkat variansi pada parameter kehalusan diantara 2 sampel tepung. Perhitungan uji chi square dilakukan untuk melihat adanya perbedaan dari masing-masing sampel ditingkat variansi atau tidak. Masing-masing sample kemudian dilakukan uji chi square sebagai berikut :
Kehalusan 156
O = jumlah panelis yang memilih kode 156
O = 1
d = O – E =1 – 0,5 = 0,5
Kehalusan 644
O = jumlah panelis yang memilih kode 644
O = 16
d = O – E = 16 – 8 = 8
Uji chi square digunakan untuk menguji hubungan atau pengaruh dua buah variabel nominal dan mengukur kuatnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel nominal lainnya. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dengan nilai X2 tabel = 26 dan X2 hitung = 8,5 maka X2 hitung < X2 tabel sehingga H0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada beda nyata tingkat variansi diantara kedua sampel tepung (sampel 156 dan sampel 644) pada parameter kehalusan.
Panelis menguji atribut warna dengan cara melihat secara langsung warna kedua sampel tepung tersebut. Panelis diminta mengisi sampel mana yang warnanya lebih terang dari kedua sampel tersebut dan mengisinya pada scoresheet. Apabila sampel 156 lebih terang warnanya daripada sampel 644 maka dipilih 156> 644, sedangkan jika sampel 644 lebih terang warnanya daripada sampel 156 maka dipilih 156 < 644. Setelah hasil didapat, dilakukan analisis uji T. Berdasarkan praktikum yang dilakukan oleh golongan B, sebanyak 5 panelis menyatakan bahwa kode 156 < 644 dan 12 orang panelis menyatakan bahwa 156> 644. Pada parameter warna memiliki hipotesis H0 : Tidak ada beda nyata terhadap parameter warna diantara 2 sampel tepung dan H1 : Terdapat beda nyata terhadap parameter warna diantara 2 sampel tepung.
Data dari penilaian atribut kehalusan diperoleh nilai X dengan rumus X = N– jumlah pemilih terkecil diperoleh nilai 17-5 = 12. Sedangkan untuk perhitungan nilai Z diperlukan nilai P yang merupakan probabilitas dengan rumus P=Y/n atau P=1/2 menghasilkan nilai sebesar 0,5. Nilai Q dihasilkan dari perhitungan Q=1-P atau Q=1-0,5 sehingga menghasilkan nilai sebesar 0,5. Nilai Z dapat dihitung sebagai berikut :
Nilai Z adalah nilai t hitung hasil perhitungan yang akan dibandingkan dengan nilai t tabel dengan probabilitas 95% dan derajat bebas (db=n-1=16) sehingga diperoleh nilai t tabel sebesar 2,120. Nilai t hitung yang diperoleh dari perhitungan adalah 1,446 sehingga dapat diketahui bahwa t hitung < t tabel maka H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa Tidak ada beda nyata terhadap parameter warna diantara 2 sampel (sampel 156 dan sampel 644). Karena tidak ada perbedaan diantara kedua sampel, maka tidak dilakukan uji lanjut menggunakan uji chi square.
- PENUTUP
- Kesimpulan
- Paired comparison merupakan uji sederhana dan berfungsi menilai ada tidaknya perbedaan antara dua macam produk Prinsip pengujian uji perbandingan berpasangan (paired comparison) adalah dengan membandingkan dua sampel berdasarkan parameter tertentu sesuai dengan sifat produk yang diuji.
- Berdasarkan hasil analisis paired comparison menggunakan uji t menunjukan adanya beda nyata pada atribut kehalusan sampel 156 dengan sampel 644 namun hasil uji chi square menunjukan bahwa tidak ada beda nyata tingkat variansi diantara kedua sampel tepung pada parameter kehalusan. Berdasarkan atribut warna, disimpulkan bahwa tidak ada beda nyata terhadap parameter warna diantara 2 sampel (sampel 156 dan sampel 644).
- Saran
Sampel yang digunakan saat praktikum paired comparison hendaknya menggunakan sampel yang dapat diuji dengan indera pengecap. Hal tersebut dimaksudkan untuk melatih indera pengecap panelis karena pada industri perikanan pengujian sensori yang digunakan umumnya menggunakan indera pengecap.
DAFTAR PUSTAKA
Dianita, P.S., Tamrin dan Dwi, D.N. 2015. Pengaruh Suhu Dan Waktu Penyangraian Terhadap Karakteristik Tepung Tulang. Artikel Ilmiah Teknik Pertanian Lampung: 45- 50.
Iwansyah, A.C., Herminiati, A, dan Setiyoningrum, F. 2008. Pengaruh Penambahan Tepung Tulang Ikan sebagai Sumber Kalsium terhadap Mutu Kimia Kerupuk Ikan. Prosiding. Universitas Lampung. Lampung.
Jannah, R. 2003. Pengaruh Variasi Penambahan Tepung Ikan Terhadap Kadar protein dan Sifat Organoleptik Tiwul Instan. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Semarang. Semarang.
Kartika, B., Pudji, H., Wahyu, S. 1988. Pedoman Uji Indrawi Bahan Pangan. UGM-Press. Yogyakarta.
Kent, J. D.W. and A.J. Ames,1967. Modern Cereal Chemistry. Food Trade. Press Inc. London.
Krissetiana, H. 2014. Uji Organoleptik Bahan Pangan. PT. Cita Aji Parama. Yogyakarta.
Kusmawati, Aan, Ujang H., dan Evi E. 2000. Dasar-Dasar Pengolahan Hasil Pertanian. Central Grafika. Jakarta.
McDonald,R.P. 1999 Test Theory: A Unified Threament. Lawrence Erlbaum Associates. London.
Susiwi, S. 2009. Penilaian Organoleptik. Jurusan Pendidikan Kimia. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.