PENDEDERAN IKAN KERAPU

Indonesia merupakan produsen utama benih kerapu, dengan tempat-tempat pembenihan di utara Bali yang memproduksi 200.000–1.000.000 kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) per bulan dan sejumlah benih kerapu tikus (Cromileptes altivelis) yang lebih sedikit dan kerapu sunu (Plectropomus leopardus). Tempat pembenihan umumnya membesarkan bibit hingga panjang total (TL/total length) sekitar 2–3 cm, sementara pembudidaya ikan yang membesarkan dalam keramba jaring apung membutuhkan ukuran benih yang lebih besar, kisaran TL 5–10 cm. Untuk memenuhi ukuran yang diperlukan, sub sektor khusus pendederan ikan kerapu telah dikembangkan untuk membesarkan bibit berukuran 2–3 cm menjadi 5–10 cm atau lebih besar, guna selanjutnya ditebar di keramba di laut untuk pembesaran.

Pendederkan kerapu dilakukan baik di tangki di lokasi pantai dengan air laut (tangki budi daya), maupun dalam keramba yang diset dalam tambak payau (tambak). Umumnya, juvenil kerapu yang dideder di tambak berwarna lebih gelap daripada yang dideder di tangki. Namun, kerapu juvenil yang dipelihara di tambak cenderung memiliki toleransi yang lebih baik terhadap variabel parameter lingkungan (seperti salinitas) dan lebih disukai untuk dibesarkan di keramba di laut karena mereka sudah cukup beradaptasi untuk hidup di keramba.

Budidaya dengan tangki

Fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan untuk budi daya ikan kerapu di tangki adalah:

  • tangki yang terbuat dari beton atau fiberglass tangki dapat berbentukbulat, persegi empat atau persegi panjang
  • atap/naungan di atas tangki untuk mengurangi intensitas cahaya lingkungandan mencegah masuknya air tawar selama hujan. Penelitian kami telah menunjukkan bahwa intensitas cahaya sampai sekitar 600 lux memberikan sintasan optimal ikan kerapu selama fase pendederan
  • persediaan air laut (pompa dan pemipaannya) air laut harus tersedia terus menerus (24 jam per hari) dan salinitas harus berada pada kisaran 15 dan 35 ppt
  • saringan pasir untuk menyaring air laut sebelum air memasuki tangki
  • blower bertekanan udara rendah untuk menyediakan aerasi
  • ember plastik dan serokan
  • alat sortir ikan yang ukurannya disesuaikan dengan kisi-kisi sejajar atau dengan ukuran mata jala

Pengelolaan air

Air harus terus menerus disirkulasikan di tangki pendederan dengan minimal pertukaran air 300% per hari. Arus air di tangki harus bervariasi, disesuaikan dengan ukuran ikan. Jangan sampai ikan dibuat berenang kepayahan melawan arus, atau terdorong mundur oleh arus. Arus yang terlalu kuat menyebabkan ikan stres dan memicu munculnya penyakit. Untuk sistem budi daya di tangki, air laut yang masuk dipompa ke dalam saringan pasir untuk membuang partikel-partikel. Saringan pasir dibuat dari lapisan pasir, lapisan kerikil dan batu-batu di dalam tangki beton atau fiberglass. Sistem perpipaan saluran air keluar dirancang untuk mengumpulkan air yang tersaring dari seluruh bagian bawah saringan pasir dan terbuat dari pipa polyvinil klorida (PVC) yang dibor dengan banyak lubang atau dengan celah yang dipotong dengan gergaji besi. Suatu lapisan membran permeabel (seperti geo-tekstil) atau saringan halus di pipa saluran air keluar akan membantu mencegah penyumbatan lubang saluran air keluar

Pertimbangan desain pendederan

Padat penebaran tinggi dalam tangki mungkin dapat dilakukan asalkan tangki diberikan pasokan air laut berkualitas baik. Namun, dengan kepadatan tinggi, oksigen tambahan mungkin diperlukan, hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan oksigen murni dalam tabung yang disediakan melalui difuser khusus. Keuntungan kepadatan penebaran yang tinggi adalah proses makan menjadi lebih cepat dan jauh lebih efsien (sehingga memberikan rasio konversi pakan/FCR yang lebih rendah) daripada kepadatan di tambak yang rendah. Namun, wabah penyakit mungkin lebih umum terjadi pada kepadatan penebaran tinggi, sehingga ikan harus dipantau dan dilakukan penanggulangan sesegera mungkin ketika mulai ada tanda penyakit.

Budi daya tambak

Kontruksi

Tambak yang umumnya digunakan untuk pendederan kerapu awalnyadibangun sebagai tambak bandeng (Chanos chanos) atau udang (keluarga Penaeidae). Meskipun pergantian air hanya berdasarkan pasang surut, akan lebih baik lagi bila disediakan pompa air sehingga pergantian air tidak tergantung pasang surut. Salinitas harus berkisar antara 15–35 ppt.

Di Aceh, luasan tambak pendederan berkisar antara 500 sampai 8.000 m2. Ikan dipelihara dalam keramba jaring tancap kecil (dikenal secara lokal sebagai kelambu) yang terpancang pada substrat dengan tiang kayu. Dua jenis Kelambu yang digunakan: ‘hijau’ (ukuran jala 1 mm) yang ukurannya berkisar dari 1,8 × 1,0 × 0,6 m sampai 2,5 × 1,25 × 0,8 m, dan ‘hitam’ (ukuran jala 4 mm) yang berkisar dari 1,5 × 1,0 × 0,5 m sampai 2,5 × 1,25 × 0,8 m (Komarudin dkk. 2010). Untuk membantu menjaga kualitas air yang memadai, daerah yang digunakan untuk memasang keramba jaring tancap harus kurang dari sepertiga dari luas total tambak dan keramba jaring tancap harus dipisahkan satu sama lain setidaknya dengan jarak 1 m.

 

Proses pemeliharaan

Pendederan dibagi menjadi dua tahap: tahap awal menggunakan kelambu ‘hijau’ dan memakan waktu 10–15 hari. Kerapu ditebar sekitar 500–2.000 ekor per keramba (tergantung pada ukuran keramba), dan diberi pakan utama udang dan ikan liar kecil yang ditangkap dari tambak. Setelah 10–15 hari, ikan dipindahkan ke kelambu ‘hitam’ yang lebih besar dan kepadatan tebar dikurangi menjadi 300–1.000 ikan per keramba. Selama tahap kedua, ikan diberi makan ikan rucah (Komarudin dkk. 2010). Jaring harus dibersihkan secara teratur untuk melancarkan pertukaran air di keramba, sehingga kualitas air dalam keramba terjaga. Pembersihan/pencucian kelambu biasanya dilakukan bersamaan dengan penyortiran. Ikan dipanen ketika sudah mencapai panjang total (TL) 7–10 cm yang umumnya diperoleh setelah dipelihara 30–50 hari dari saat penebaran awal. Ikan disortir setiap 3 hari untuk mengurangi angka kematian akibat kanibalisme. Pendederan biasanya dilakukan 7–8 siklus produksi per tahun. Pengelolaan tambak di tambak tradisional relatif sederhana: air tambak digelontorkan dua kali setiap bulan pada pasang tertinggi (Komarudin dkk. 2010).

Penebaran benih kerapu

Benih kerapu untuk kegiatan pendederan dipasok baik dari tempat perbenihan maupun dari tangkapan alam (kerapu lumpur). Saat penebaran, benih umumnya berukuran TL 2–3 cm. Bibit ikan harus diperiksa untuk memastikan bahwa ikan sehat dan bebas dari parasit sebelum ditebar di tempat pendederan. Ikan harus berukuran seragam dan tidak cacat. Kepadatan tebar yang direkomendasikan untuk kerapu macan dalam budi daya di tangki dan di tambak tercantum dalam Tabel .Kepadatan ini dapat ditingkatkan jika oksigen tambahan disediakan, seperti disebutkan di atas, namun insiden wabah penyakit dapat terjadi lebih tinggi pada kepadatan tebar yang lebih tinggi.

Pengelolaan kanibalisme

Kanibalisme merupakan penyebab utama kematian dalam fase pendederan, utamanya spesies ikan laut bersirip, termasuk barramundi/ kakap putih atau Asian seabass (Lates calcarifer) dan kerapu. Teknik-teknik utama yang digunakan untuk mengurangi kanibalisme adalah penyortiran dan pengelolaan pakan. Penyortiran bertujuan untuk memastikan bahwa hanya ikan yang berukuran seragam yang disimpan di tiap tangki atau jaring sedangkan pengelolaan pakan untuk mengendalikan nafsu makan.

Penyortiran

Kerapu secara teratur disortir untuk mengurangi variasi dalam ukuran, guna mengurangi kanibalisme. Kerapu macan (E. fuscoguttatus), kerapu lumpur (E. coioides) dan kerapu kertang (E. lanceolatus) harus disortir sehingga perbedaan panjang total (TL) antara ukuran kelas kurang dari 30% (Hseu dkk. 2003, 2007b). Misalnya, jika ikan disortir hingga ukuran TL 50 mm, jangkauan ukuran untuk kelas ini seharusnya memiliki TL 45–59 mm. Sementara penyortiran yang dilakukan teratur mengurangi distribusi ukuran yang berbeda, penyortiran berkala juga menyebabkan stres saat penanganan dan dapat menyebabkan kerusakan fsik pada ikan yang dapat berujung pada penyakit. Beberapa tempat pendederan melakukan penyortiran pada interval waktu 3–4 hari sekali, yang lain memilih periode yang lebih lama (1 minggu atau lebih). Tiap kali penyortiran usahakan untuk mengurangi dampak kesehatan karena proses penyortiran.

Dua jenis alat sortir digunakan yaitu bar graders dengan serangkaian kisi-kisi yang sejajar dan mesh graders (mata jala). Mesh grader lebih disukai untuk ikan yang sangat kecil (TL <1 cm), sedangkan bar grader lebih disukai untuk ikan yang lebih besar (dan karenanya lebih disukai untuk budi daya pendederan ikan kerapu) karena alat sortir ini menyebabkan kerusakan kulit ikan yang lebih sedikit saat penyortiran. Lebar palang, atau ukuran lubang jala, membatasi ukuran ikan yang melewatinya, ikan yang lebih besar tertahan dalam alat sortir dan dipindahkan ke kelompok ukuran terbesar berikutnya. Hubungan antara jarak lebar palang, atau ukuran jala saringan, dapat digunakan untuk memperkirakan panjang dari ikan yang disortir.

Pengelolaan pakan

Berbagai jenis pakan digunakan selama tahap pendederan, termasuk jenis pakan pelet kering (komersial), pelet basah, ikan ‘rucah’, udang mysid (rebon), atau kombinasi semuanya Namun, penggunaan ikan ‘rucah’ tidak dianjurkan, kecuali tidak ada alternatif lain, karena kemungkinan perpindahan parasit dari pakan ikan ke ikan yang sedang dibudi daya, yang dapat menyebabkan meningkatnya kematian akibat wabah penyakit (Rückert dkk. 2009)

Jika juvenil ikan kerapu dimaksudkan untuk pembesaran dengan pakan pelet kering, maka ikan pada saat di hatcheri harus dibiasakan dengan pakan pelet sebelum di pindahkan ke tempat pendederan. Perubahan pemberian pakan ikan rucah ke pelet berdampak terhadap laju pertumbuhan karena ikan kerapu tidak mudah menerima perubahan pakan rucah ke pelet. Akibatnya, kanibalisme meningkat dan banyak ikan melemah akibat gizi buruk, yang berujung pada mewabahnya penyakit. Hal ini terutama menjadi masalah dalam budi daya pendederan kerapu macan.

Kerapu juvenil harus diberi makan sesering mungkin selama fase pendederan: setidaknya 4–6 kali sehari. Pemberian pakan yang sering akan mengurangi kanibalisme. Penting diketahui, bahwa penelitian kami menunjukkan bahwa pemberian pakan  sewaktu subuh pada saat menjelang matahari terbit (yaitu saat fajar) secara nyata dapat mengurangi kanibalisme pada kerapu macan dibandingkan dengan mulai memberi makan lebih siang di pagi hari.

Pengelolaan kualitas air

Rekomendasi nilai parameter fisika-kimia untuk pendederan ikan kerapu. Sebagai catatan, hanya ada sedikit informasi yang tersedia mengenai toleransi kerapu juvenile untuk berbagai parameter lingkungan. Angka-angka dalam tabel ini didasarkan pada pengalaman kami sendiri dengan berbagai spesies ikan kerapu dalam kondisi yang berbeda dan informasi yang dipublikasikan secara terbatas (APEC/SEAFDEC 2001).

Pengelolaan kesehatan

Aspek utama pengelolaan kesehatan ikan kerapu secara umum adalah:

  • meminimalkan stres pada ikan, terutama saat penyortiran
  • menyediakan pakan berkualitas baik dalam jumlah yang tepat untukmemastikan nutrisi yang memadai
  • menjaga kualitas air yang baik
  • mendeteksi dan memindahkan ikan sekarat dan mati secepat mungkin
  • mempraktikkan kebersihan yang baik pada fasilitas dan peralatan.

Tangki dan jaring harus tetap bersih untuk meminimalkan risiko mewabahnya penyakit. Tangki dan jaring harus dibersihkan setidaknya sekali sehari untuk membuang makanan yang tak termakan dan kotoran seperti yang telah tercantum dalam bagian sebelumnya. Ikan yang telah disortir harus dipindahkan ke tangki yang bersih, dan tangki yang telah dikosongkan perlu dibersihkan serta didisinfeksi. Demikian juga, ikan yang dibudidayakan di tambak harus dipindahkan ke jaring yang bersih setelah penyortiran. Frekuensi pembersihan jaring akan bervariasi bergantung pada ukuran jala (ukuran jala yang lebih kecil akan lebih mudah tersumbat dan karenanya perlu dibersihkan lebih sering) dan juga akan berbeda bergantung pada kondisi setempat. Perlengkapan yang digunakan untuk budi daya pendederan (jaring, alat sortir, kontainer dll) harus didisinfeksi setelah digunakan kemudian dikeringkan untuk mengurangi kemungkinan penularan organisme penyakit.

Mandi air tawar secara berkala direkomendasikan untuk membasmi parasit eksternal. Tempatkan ikan, dalam kelompok kecil di air tawar selama kurang dari 15 menit. Sementara beberapa spesies kerapu toleran terhadap air tawar (misalnya kerapu kertang dan kerapu lumpur, keduanya biasanya ditemukan di muara), spesies kerapu yang lain tidak toleran (misalnya kerapu sunu dan kerapu tikus). Beberapa ikan kerapu, seperti kerapu macan, berada diantaranya dan cukup toleran terhadap perendaman air tawar, meskipun kurang begitu toleran daripada spesies ikan yang hidup di muara. Lama perendaman dalam air tawar bervariasi, bergantung pada toleransi spesies yang sedang diberi perlakuan. Jika terjadi wabah penyakit, isolasikan ikan yang terkena penyakit dengan menempatkan ikan dalam tangki atau tambak untuk memisahkan mereka dari ikan yang sehat. Pastikan bahwa ikan yang menunjukkan gejala penyakit tidak dicampur dengan ikan yang tampak sehat. Ikan yang sekarat (misalnya yang sudah hampir mati) harus dibunuh, sebaiknya dengan dibekukan. Ikan semacam ini sering membawa organisme penyakit paling banyak, sehingga pemindahan ikan-ikan tersebut akan mengurangi jumlah patogen yang dapat menginfeksi ikan lainnya.

Evaluasi ekonomi

Pendederan kerapu untuk pembudidayaan skala kecil sangat populer karena pendapatan pembudidaya berskala kecil teratur—ikan dipanen setelah 30–50 hari. Evaluasi ekonomi pendederan kerapu di Aceh menunjukkan bahwa suatu keramba tunggal diisi dengan 300–1.000 ikan, dan dengan sintasan 75% hingga panen, keramba dapat menghasilkan keuntungan rupiah (Rp) 280.000–900.000 (Komarudin dkk. 2010). Asumsinya, dibutuhkan masa pemeliharaan 1 bulan dari berukuran panjang total 3 cm yang dibeli dari tempat pembenihan dan dibesarkan hingga TL 7 cm. Contoh ini mengasumsikan harga benih Rp. 1.000 per ekor dengan ukuran TL 3 cm. Harga benih kerapu macan bervariasi, tergantung musim dan jumlah permintaan, harga biasanya berkisar antara Rp. 700 hingga Rp. 1.200 per ekor. Analisis sederhana ini tidak termasuk penyusutan aset modal atau aspek-aspek lain yang dapat mempengaruhi kemungkinan keuntungan secara keseluruhan. Hal ini akan tergantung pada ukuran dan sifat usaha. Model bisnis yang digunakan di Indonesia untuk skala kecil pendederan kerapu dibahas dalam Komarudin dkk. (2010).

Referensi

APEC/SEAFDEC (Asia–Pacifc Economic Cooperation/Southeast Asian Fisheries Development Centre) 2001. Husbandry and health management of grouper. APEC: Singapore and SEAFDEC: Iloilo, Philippines.

Hseu J.R., Shen P.S., Huang W.B. and Hwang P.P. 2007b. Logistic regression analysis applied to cannibalism in the giant grouper Epinephelus lanceolatus fry. Fisheries Science 73, 472–474.

Komarudin U., Rimmer M.A., Islahuttaman Zaifuddin and Bahrawi S. 2010. Grouper nursing in Aceh, Indonesia. Aquaculture Asia–Pacifc Magazine 6(2), 21–25.

Williams K.C. 2009. A review of feeding practices and nutritional requirements of postlarval groupers. Aquaculture 292, 141–152.

Agustyar

Mahasiswa perikanan UGM 2014

One thought to “PENDEDERAN IKAN KERAPU”

Leave a Reply

Your email address will not be published.