Review Jurnal “Inventarisasi dan Identifikasi makroalga di Perairan Pulau Untung Jawa”

Review Jurnal “Inventarisasi dan Identifikasi makroalga di Perairan Pulau Untung Jawa”

Makroalga termasuk salah satu sumberdaya hayati laut yang banyak terdapat di perairan Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk inventarisasi dan identifikasi jenis-jenis makroalga di Perairan Pulau Untung Jawa, yaitu pulau konservasi yang berpenghuni di Kepulauan Seribu. Berdasarkan hasil penelitian didapat 11 jenis makroalga yang dikelompokkan dalam 3 Divisi, yaitu Chlorophyta (Caulerpa racemosa, Caulerpa sertularioides, Halimeda macrophysa), Phaeophyta (Padina minor, Dictyota dichotoma, Sargassum binderi, Sargassum asperifolium, Sargassum ilicifolium,Sargassum polycystum) dan Rhodophyta (Amphiroa foliaceae, Hypnea sp.).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, jenis makroalga yang banyak dijumpai di lokasi penelitian yaitu jenis dari divisi Phaeophyta (6 jenis). Hal tersebut dikarenakan jenis dari divisi phaeophyta memiliki toleransi yang baik terhadap ombak yang terdapat di daerah pasang surut. Jenis makroalga yang umumnya tahan terhadap ombak akan dapat tumbuh dengan baik, contohnya makroalga dari Divis Phaeophyta (Sargassum, Turbinaria, Padina). Sargassum merupakan makroalga yang mampu membentuk lingkungan khas, dengan cara berasosiasi bersama organisme laut lainnya, sehingga dapat mempertahankan diri serta tahan hidup di perairan laut.

Pada penelitian ini, dilakukan perlakuan perbedaan substrat yaitu substrat karang berpasir, karang berpasir sedikit lumpur , dan karang berpasir sedikit lumpur serta banyak mangrove. Berdasarkan penelitian ini, semua jenis makroalga dapat hidup disemua substrat tersebut. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan makroalga tidak hanya tipe substrat, melainkan faktor-faktor lingkuan lainnya, seperti suhu, pH, kedalaman air, dan kuat arus air.

Jenis-jenis alga yang ditemukan antara lain :

1. Caulerpa racemosa
Memiliki talus silindris, tumbuhnya merambat. Talus makroalga ini menyerupai setangkai anggur (green vine-like Caulerpa), sehingga C. racemosa juga disebut sebagai anggur laut (sea grapes macroalgae). Talus berbentuk anggur tersebut memiliki kisaran ukuran 1 – 3 mm.

2. Caulerpa sertularioides
Memiliki stolon yang bercabang-cabang. Cabang ke bawah akan membentuk rhizoid dan cabang ke atas membentuk talus. Talus merambat dengan ramuli berbentuk seperti daun, bertangkai pendek, tersusun menyirip rapat dan tipis menyerupai bulu, ujungnya mendua arah.
3. Halimeda macrophysa
Mempunyai talus kompak, membentuk segmen-segmen yang bertumpuk. Segmen tersebut realtif kecil, gepeng dan membulat. Holdfast berupa kumpulan massa akar serabut mampu mengkait substrat keras maupun partikel pasir.

4. Padina minor
Memiliki talus seperti kipas. Talus tersebut membentuk segmen-segmen tipis dan bergaris-garis radial. P. minor berwarna coklat kekuning-kuningan atau kadang kadang memutih karena terdapat perkapuran.

5. Dictyota dichotoma
Mempunyai talus berbentuk batang pipih dan seperti pita. Ujung talusnya bercabang tumpul atau rata. Percabangan talus dikotom dengan ujung meruncing (acuminatus) dan membentuk rumpun yang rimbun.

6. Sargassum binderi
memiliki batang agak pipig, halus licin, dengan percabangan berselang-seling (alternate) taratur. Talus S.binderi berbentuk seperti daun, berbentuk bulat lonjong (bulat telur), pinggir bergerigi, permukaan halus atau licin. Reseptakel S.binderi memiliki tangkai khusus, menggarpu (dichasium).

7. Sargassum asperifolium
Memiliki talus seperti daun pada percabangan yang pipih, licin, berselang-seling teratur. Stolon silindris pendek.

8. Sargassum ilicifolium
Memiliki talus agak lonjong, bulat di ujung daun, dan tepi bergerigi. Percabangan berselang seling, stolonnya pipih dan licin.

9. Sargassum polycystum
Memiliki talus berbentuk daun, lonjong atau oblong, sessil, tepi daun bergerigi. Reseptakel dan vesikel muncul dari aksil (ketiak) talus daun. Talus berwarna pirang gelap hingga pirang kekuningan.

10. Amphiroa foliaceae
Memiliki talus silindris dan licin. Percabangan secara dikotomi pada setiap cabang yang timbul.

11. Hypnea sp.
Memiliki talus silindris, panjang dan berumbai. Percabangan tidak teratur membentuk rumpun yang rimbun, sehingga tampak menggumpal.

Agustyar

Mahasiswa perikanan UGM 2014

Leave a Reply

Your email address will not be published.